Pages

20 Juli 2009

Peduli terhadap Sesama yang Miskin


Suatu hari diumumkan kepada penduduk seluruh negeri bahwa Raja Muda hilang dari istana. Kontan saja semua punggawa kerajaan dikerahkan untuk menemukan Baginda Muda. Berhari-hari, berminggu-minggu tidak ketemu, bertanyalah seorang petinggi kerajaan kepada seorang pertapa yang dikenal punya indra keenam.

“Raja sedang menyamar sebagai seorang miskin yang kelaparan,” kata sang pertapa.

Dikumpulkannya seluruh orang miskin dan pengemis di seluruh pelosok negeri di alun-alun kota. Tetapi ketika diteliti dan diinterogasi, tidak seorang pun mengaku sebagai Baginda Muda. Takut bahwa Baginda Muda telanjur kelaparan, kerajaan memutuskan untuk membagikan separuh kekayaan untuk orang-orang miskin.

Para penduduk kaya di kerajaan itu pun melakukan hal yang sama. Mereka kuatir jangan-jangan mereka telah berlaku tidak adil kepada Baginda Muda yang mungkin menyamar sebagai buruh, pembantu maupun pengemis. Dalam waktu tidak begitu lama, kerajaan ini masyur di seluruh kawasan, karena terjadi pemerataan kesejahteraan.

Keprihatinan yang mendalam di negeri ini adalah terjadinya jurang yang begitu dalam antara kaum kaya dan miskin. Orang miskin itu tidak punya apa-apa untuk menjadi penyambung hidup. Untuk dapat meneruskan hidup keesokan hari, mereka mesti bingung. Mereka tidak tenang dalam hidup ini. Tetapi begitu banyak orang kaya yang kurang peduli terhadap hidup mereka. Tambahan lagi ada begitu banyak pula pejabat yang melakukan tindakan korupsi. Akibatnya, dana yang semestinya digunakan untuk mengentaskan kemiskinan justru hilang lenyap. Lalu kapan kaum miskin dapat keluar dari belenggu kemiskinan mereka?

Beruntunglah bahwa beberapa tahun terakhir ini dilaksanakan Bantuan Langsung Tunai atau BLT bagi rakyat miskin. Bantuan ini didapat dari subsidi pemerintah. Namun disinyalir terjadi banyak penyimpangan dalam pelaksanaannya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini bisa terjadi karena ada egoisme yang terlalu kuat mengakar dalam diri. Orang tidak peduli akan penderitaan sesamanya. Orang kurang punya hati yang peka terhadap situasi kemiskinan sesama di sekitarnya.

Karena itu, dibutuhkan suatu pendidikan kepekaan hati terhadap sesama yang berkekurangan dan miskin. Kisah di atas mau mau mengatakan bahwa situasi kemiskinan itu menggugah hati Baginda Muda untuk peduli terhadap mereka yang miskin. Kepeduliannya itu telah membawa suatu perubahan yang sangat besar dalam hidup manusia. Dalam waktu yang singkat terjadi suatu pemerataan kesejahteraan hidup.

Dalam salah satu pengajaran-Nya, Yesus mengidentikan diri dengan orang-orang yang miskin dan menderita. Ia mau mengatakan kepada orang-orang yang mendengarkan pengajaran-Nya bahwa peduli terhadap mereka yang miskin juga berarti peduli terhadap diri-Nya. Tuhan hadir dalam diri setiap orang, termasuk mereka yang miskin dan menderita. Karena itu, kalau kita peduli terhadap sesama yang miskin dan menderita, kita peduli terhadap Tuhan yang hadir dalam hidup kita.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa memiliki kepedulian terhadap sesama yang miskin dan menderita. Mereka selalu hadir dalam hidup kita. Mereka juga menjadi bagian dari hidup kita. Kita diajak untuk senantiasa memiliki kepedulian terhadap situasi kemiskinan mereka. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB. (94)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.