Pages

06 Agustus 2009

Membangun Hidup yang Kokoh

Suatu hari dua orang pemuda termenung di tepi sebuah danau. Hari itu langit biru dan angin bertiup menderu. Lama mereka membisu mengamati betapa angkuhnya bongkahan batu tempat mereka duduk merenung. Dalam hati mereka, bergejolak sebuah pertanyaan, “Mengapa batu ini seolah tak peduli dengan sapaan ombak danau yang begitu ramah?”

Deburan ombak danau itu tak henti menimbulkan pertanyaan sekaligus kekaguman. Ombak itu memang hebat. Meski batu tak bergeming sedikit pun, ombak itu tak mau berhenti menyapa, menghantam dan mendorong batu besar yang diduduki dua pemuda itu.

Hidup kita itu bagai ombak dan batu yang kokoh. Ombak yang tampak ramah, tidak begitu peduli kalau sapaannya tidak didengar oleh lingkungan sekitarnya. Ia terus menyapa. Ia terus menunjukkan kedigdayaannya. Ia tidak putus asa.

Ombak begitu mengagumkan. Ia begitu bersemangat mencoba membangunkan yang angkuh. Ombak begitu semangat meski usahanya tampak tanpa hasil. Di balik semua itu, deburan ombak menarik perhatian begitu banyak orang. Banyak orang yang datang ke pantai dapat menikmati deburan ombak yang mendesah. Hati orang yang sedang suntuk dan stress dapat diobati. Ombak dapat menghalau kegalauan hati manusia. Ada orang yang dapat mengalami kesembuhan berkat deburan ombak yang ramah.

Sementara batu yang kokoh itu dapat menjadi simbol ketegaran hati manusia. Batu yang kokoh itu bagai hati manusia yang kokoh yang tak terpengaruh oleh terjangan erosi jaman. Hati yang kokoh itu tidak mudah ditemukan. Hati yang kokoh itu dibangun melalui proses perjalanan yang lama. Ada kalanya orang gagal. Ada kalanya orang merasa putus asa. Namun proses seperti ini mesti dilalui untuk memiliki hati yang kokoh.

Memiliki hati yang kokoh itu tidak berarti memiliki hati yang kaku dan keras. Hati yang kokoh dan kuat itu hati yang memiliki kepastian hidup. Hati yang terarah kepada kebenaran dan kesempurnaan. Memang, tidak mudah. Namun orang mesti berusaha memiliki hati yang kokoh, agar tidak mudah dipengaruhi oleh kejahatan-kejahatan dunia. Kejahatan itu selalu menggoda manusia untuk meninggalkan imannya. Ini yang mesti diwaspadai oleh setiap orang beriman.

Sebagai orang beriman, kita ingin membangun hidup yang baik dalam hidup sehari-hari. Hidup yang baik itu hidup yang selalu terarah kepada kebaikan. Hidup yang senantiasa mengandalkan Tuhan. Hidup yang menuju kepada Tuhan yang merupakan sumber kebaikan. Mari kita membangun hidup yang kokoh dengan mengandalkan kebaikan Tuhan kepada kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

(120)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.