Pages

08 Agustus 2009

Menabur Kebaikan dalam Hidup


Di suatu perkampungan puncak gunung Pegunungan Bintang, hiduplah sekelompok orang yang masih murni. Mereka belum mengenal kemajuan modern. Mereka masih mengandalkan hasil alam. Mereka percaya bahwa alam dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Suatu hari datanglah seorang dari negeri maju. Melihat kondisi masyarakat di perkampungan itu, ia merasa prihatin. Lantas timbul keinginannya untuk memajukan masyarakat di perkampungan itu. Ia mulai memperkenalkan bibit-bibit pertanian. Yang paling menarik adalah bibit yang terbungkus dalam plastik putih, yaitu ‘bibit angin’.

Menurut orang itu, kalau bibit angin itu ditabur, akan tumbuh mata angin yang menyemburkan angin segar. Hasilnya, udara akan makin segar dan menyehatkan. Puluhan bahkan ratusan bungkus bibit angin ludes. Bahkan masyarakat di kampung itu rela mengeluarkan kekayaan mereka untuk membeli bibit angin.

Selang beberapa hari, udara pegunungan mulai terasa sejuk, karena bibit angin mulai tumbuh. Angin mulai bertiup dari bibit kecil itu kian ke mari sampai pegunungan lain. Bulan berganti bulan. Tumbuhan itu semakin besar. Lobang untuk keluar angin pun semakin besar. Akibatnya, bukan lagi angin yang keluar. Yang keluar adalah badai angin yang tak terkendali. Masyarakat pun mulai ketakutan. Angin yang ditabur, ternyata badai yang dituai.

Seringkali manusia tidak bisa mengendalikan diri. Sudah memiliki barang-barang kebutuhan hidup yang sudah melimpah, tetapi masih juga ingin memiliki barang-barang itu. Mengapa Komisi Pemberantasan Korupsi mesti dibentuk oleh DPR? Jawabannya, karena manusia tidak bisa mengendalikan diri. Korupsi yang terjadi itu merupakan akibat dari kurangnya manusia mengendalikan dirinya. Manusia tidak bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Yang diinginkan itu belum tentu sudah menjadi kebutuhan hidup.

Karena itu, dalam hal ini orang mesti sungguh-sungguh memperhatikan kebutuhan hidupnya. Keinginan manusia itu mesti diatur dan dikendalikan. Tujuannya agar manusia tidak dikuasai oleh keinginan itu. Orang yang berhasil menguasai keinginannya akan menikmati hidup ini dengan damai dan tenteram. Orang tidak dikejar-kejar oleh keinginan dirinya.

Sebagai orang beriman, kita ingin agar hidup kita senantiasa berada di bawah kontrol diri kita. Untuk itu, kita perlu bertanya diri, apa yang sesungguhnya kita butuhkan dalam hidup ini? Mengapa sesuatu itu ingin kita miliki?

Kalau kita berani bertanya diri tentang kebutuhan hidup kita, saya yakin kita akan lebih kritis dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan hidup kita. Kita akan menjadi orang-orang yang mampu mengendalikan diri kita terhadap setiap bentuk godaan. Mari kita berusaha terus-menerus menaburkan benih kebaikan dalam diri kita. Dengan demikian, kita tidak menuai badai yang menghancurkan diri kita sendiri. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
123

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.