Pages

23 Agustus 2009

Mendidik Kepekaan Hati







Ada seorang anak yang begitu peduli terhadap sesamanya yang menderita. Waktu terjadi gempa bumi di Bengkulu tanggal 12 September 2007 lalu, ia memecahkan celengannya. Ketika ditanya oleh ibunya untuk apa ia memecahkan celengannya, anak itu mengatakan bahwa ia ingin menyumbang untuk sesamanya. Banyak korban gempa yang membutuhkan pertolongan. Jadi ia ingin membagikan apa yang dimilikinya untuk sesamanya.

Untuk itu, ia sendiri membawa hasil tabungannya yang sudah bertahun-tahun ia kumpulkan itu kepada para korban. Banyak orang heran melihat sikap anak itu. Seorang ibu yang melihat perbuatan anak itu meneteskan air mata. Lantas ia bertanya kepada anak itu, “Nak, apa kamu tidak merasa rugi memberikan hasil tabunganmu yang sudah bertahun-tahun kamu kumpulkan itu?”

Anak itu tersenyum. Lantas ia menjawab, “Ibu, saya memberi dengan sepenuh hati. Saya tidak pernah merasa rugi.”

Dalam hidup ini banyak hal tidak terduga terjadi dalam hidup kita. Ada anak yang menurut kita memiliki egoisme yang begitu tinggi, ternyata begitu rela memberikan apa yang dimilikinya untuk sesamanya. Padahal yang dimilikinya itu sudah ia tabung bertahun-tahun. Hal seperti ini bisa terjadi, kalau orang memiliki hati yang mudah tergerak oleh penderitaan sesamanya.

Dalam hidup kita, kita berjumpa dengan banyak orang yang mengalami kesulitan. Mereka akan tetap tidak mendapatkan bantuan, kalau tidak ada orang yang tergerak hatinya untuk membantu. Siapa yang mesti membantu? Yah, kita yang ada di dekatnya. Kita yang mesti memiliki kepekaan hati untuk mereka. Kalau kita tidak mau membantu, siapa lagi yang akan membantu?

Untuk itu, kita perlu mendidik kepekaan hati. Hati yang peka itu tidak datang dengan sendirinya. Dibutuhkan suatu proses pendidikan yang berlangsung terus-menerus. Dibutuhkan banyak waktu untuk memiliki kepekaan hati itu. Ada kalanya orang merasa jenuh, karena orang yang dibantu tidak pernah mengucapkan sepatah kata terima kasih pun. Dalam hal ini orang ditantang untuk tetap bertahan dalam berbuat baik. Orang mesti tetap bertahan dalam membangun hati yang peka terhadap sesama.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk selalu memiliki kepedulian terhadap mereka yang menderita. Artinya, kita mau agar mereka yang menderita itu mendapatkan bantuan dari kita. Hanya dengan membantu itu kita memupuk kepekaan hati terhadap sesama yang menderita. Mari kita berusaha untuk selalu tetap setia pada komitmen kita untuk membantu sesama yang menderita. **





Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.143

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.