Pages

25 Januari 2010

Membangun Keluarga Berlandaskan Persaudaraan







Keluarga Pak Anis tampak rukun dan bersahabat. Banyak hal mereka kerjakan bersama ketika berada di rumah. Makan malam selalu bersama. Kalau ada anggota keluarga yang belum berada di meja makan, semua yang lain menunggu. Kalau ada anggota keluarga yang sakit mereka selalu memperhatikan dengan sangat baik.

Ketika ditanya tentang kondisi keluarganya yang harmonis, Pak Anis mengatakan bahwa ia dan istrinya sudah membangun persaudaraan sejak mereka menikah. Ketika anak pertama lahir, ia dan istrinya selalu mengajarkan untuk selalu makan bersama. Persaudaraan terus mereka bangun ketika anak-anak lain lahir. Hasilnya, jarang sekali terjadi pertengakaran di dalam keluarga ini. Mereka saling mengerti dan saling mendukung cita-cita mereka.

Keluarga yang harmonis itu tidak dicapai dalam waktu yang singkat. Ada proses yang mesti dilewati oleh keluarga semacam ini. Kadang-kadang ada perselisihan kecil-kecil. Ada kalanya terjadi pertengkaran. Namun persoalan-persoalan yang ada itu bukan menjadi batu sandungan untuk menciptkan keluarga yang harmonis. Justru persoalan-persoakan yang ada itu menjadi pemacu bagi sebuah keluarga untuk mencapai cita-cita keluarga yang bahagia.

Ada banyak keluarga yang mencari jalan pintas dalam mencapai keluarga yang harmonis. Suami merasa bahwa keluarga yang harmonis itu tercapai kalau ia dapat memenuhi kebutuhan materi keluarganya. Karena itu, ia bekerja keras tanpa mengenal waktu. Ia lupa bahwa istrinya lebih ingin banyak waktu untuk duduk bersamanya. Anak-anak kurang ia perhatikan, karena kesibukannya bekerja itu. Persaudaraan yang mendalam dalam keluarga itu sulit tercipta, karena masing-masing keluarga mengurus diri sendiri.

Apa yang akan terjadi dengan keluarga seperti ini? Sedikit saja persoalan, pasti akan terjadi suatu malapetaka yang besar bagi keluarga ini. Karena itu, dalam hidup berkeluarga dibutuhkan suatu kebersamaan untuk membangun persaudaraan di antara anggota keluarga.

Setiap keluarga semestinya menjadi tempat anak-anak membangun persaudaraan yang tulus. Untuk itu, orangtua mesti menunjukkan bagaimana anak-anak dapat membangun persaudaraan yang tulus itu. Persaudaraan yang tulus itu persaudaraan yang membahagiakan semua orang. Suatu persaudaraan yang dibangun berdasarkan kehendak baik untuk membahagiakan orang lain.

Anak-anak biasanya belajar dari orangtuanya. Kalau orangtuanya tidak memiliki ketulusan dalam membangun persaudaraan dalam hidup, anak-anak juga akan mengikutinya. Kalau orangtua selalu tulus, jujur dalam membangun persaudaraan, anak-anak juga akan mencontoh. “Buah itu jatuh tidak jauh dari pohonnya,” begitu kata pepatah. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com


308
Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.