Pages

22 Januari 2010

Menerima Sesama Apa Adanya




Suatu pagi, waktu saya masih SMA, saya disenggol oleh seorang pemabuk. Bahkan ia mengumpat-umpat saya dengan sangat kasar. Tidak hanya itu. Ia juga menampar saya dua kali. Saya sama sekali tidak tahu penyebabnya. Yang terjadi adalah saya melintas di jalan menuju rumah orangtua saya. Orang yang mabuk itu baru saja bangun dari tidur di pinggir jalan itu. Rupanya semalam suntuk ia begadang bersama teman-temannya dengan minum arak yang kadar alkoholnya sangat tinggi. Teman-temannya yang lain sudah pulang ke rumah masing-masing. Sedangkan dia sendiri tidak kuat berjalan sampai di rumahnya.

Saya sangat terkejut, ketika dia mengumpat-umat saya. Apalagi dia sampai menampar saya dua kali. Saya tidak mau membalas, karena orang yang berada dalam keadaan mabuk berat biasanya kondisi kejiwaannya setengah sadar. Jadi saya biarkan saja. Yang saya lakukan adalah saya menuntunnya pulang ke rumahnya. Meski dia tetap mengumpat-umpat saya, saya berusaha untuk tidak membalasnya.

Rupanya sikap saya itu berhasil menenangkan orang yang mabuk berat itu. Setelah sampai di rumahnya, saya menyerahkannya ke keluarganya. Istrinya bahkan memarahinya habis-habisan. Ia tidak habis pikir, kalau suaminya masih juga mencicip arak dengan kadar alkohol yang tinggi itu. Bahkan ia mengambil sebatang kayu dan mulai memukuli suaminya.

Melihat hal itu, saya jadi heran. Saya tidak bisa mengerti. Mengapa tidak ada ampun bagi sang suami? Saya malah merasa bersalah, karena telah membawa pulang orang yang mabuk itu ke rumahnya. Kalau saja saya membiarkan dia tetap di pinggir jalan sambil hilang mabuknya, tentu dia tidak akan dipukuli istrinya. Tapi sudah terlanjur.

Dalam hidup ini bisa saja terjadi hal-hal aneh. Orang yang berada dalam keadaan lemah semestinya dibantu. Namun kadang-kadang kita menjumpai ada orang yang begitu kejam terhadap sesamanya. Ia tidak peduli bahwa yang dihadapi itu orang yang menjadi bagian dari hidupnya.

Karena itu, dibutuhkan pentingnya mengampuni dan menerima apa adanya sesama. Sering kali yang terjadi adalah kita terlalu banyak menuntut orang melakukan hal-hal yang baik untuk hidup kita. Kita tidak membiarkan orang itu melakukan sesuatu yang terbaik untuk dirinya sendiri.

Kita semua menghendaki hidup ini baik dan harmonis. Namun kita juga mesti mengakui bahwa untuk sampai pada suasana seperti itu dibutuhkan suatu perjuangan. Ada kalanya usaha untuk mencapai suasana seperti itu terbentur oleh realitas yang sungguh-sungguh berbeda dengan harapan kita. Untuk itu, kita mesti menerimanya dengan lapang dada sambil berusaha untuk memperbaikinya.

Setiap hari kita menerima begitu banyak hal baik dari Tuhan dan sesama. Mari kita bawa semua itu dalam hidup kita hari ini. Dengan demikian, hari ini menjadi hari yang damai bagi kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

305
Bagikan

1 komentar:

Vincent mengatakan...

Masih lanjut ya Romo renungannya....? sippp Romo...
Bagimana dengan Bingkai Kehidupannya Romo? apakah masih dilanjutkan...?

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.