Pages

20 Mei 2010

Membangun Arah Hidup

Ada seorang teman yang mengalami depresi yang luar biasa setelah kerusuhan Mei 1998 lalu. Ia kehilangan usahanya, hartanya, rumahnya bahkan istrinya kemudian meninggal dunia. Beberapa saat ia seolah-olah kehilangan pegangan hidup. Ia tidak tahu mau buat. Tetapi kemudian ia menemukan dirinya sebagai orang yang beriman. Iman itulah yang menjadi pegangan satu-satunya baginya.

Suatu hari teman ini berjalan-jalan di sebuah gedung tinggi yang sedang dibangun. Ia berhenti di situ lalu menyaksikan para tukang melakukan pekerjaan mereka. Kepada seorang tukang yang sedang memasang batu, ia bertanya, “Apa yang Anda lakukan dengan batu itu?”

Tukang batu itu menjawab, “Apakah Anda melihat celah di atas sana, di dekat puncak atap itu? Ya, saya membentuk batu ini di bawah sini, agar ia cocok terpasang di atas sana.”

Teman itu terhenyak. Lantas air mata menggenangi matanya. Ia sadar, ia mesti tetap bangkit dari keterpurukannya. Orang beriman itu tidak boleh putus asa. Orang beriman mesti bangkit dari kegagalannya. Orang beriman mesti menghadapi setiap penderitaan dengan kepala tegak. Mengapa? Karena Tuhan selalu menyertai orang yang menyerahkan seluruh hidup kepadaNya.

Seringkali orang mudah menyerah pada setiap kegagalan yang mereka hadapi. Seorang mahasiswa, misalnya, begitu mudah memutuskan berhenti kuliah hanya karena bosan atau capek. Padahal untuk meraih cita-cita orang mesti berani capek. Orang mesti berani jatuh dan bangun kembali dari kegagalan.

Soalnya, mengapa orang begitu mudah menyerah dalam hidup ini? Mengapa orang tidak berani bangkit dari keterpurukannya? Ada banyak alasan. Tetapi satu hal bisa dikatakan bahwa orang seperti ini tidak punya arah hidup yang jelas. Ia bagai layang-layang putus yang terbang tanpa arah. Tidak tahu mau terbang ke mana. Kalau dia memiliki arah hidup, dia tetap akan berdiri tegak kembali ketika dia mengalami kegagalan atau cobaan-cobaan dalam hidup. Dia akan tetap gigih berjuang sampai meraih cita-cita yang ia inginkan.

Karena itu, kita mesti mulai membangun suatu arah hidup yang jelas. Kita perlu membuat suatu komitmen dalam hidup ini. Kita mau apa dengan hidup ini. Misi apa yang kita bawa dalam perjalanan hidup kita di dunia ini. Ini yang penting. Untuk itu, kita perlu menyusun program dan strategi dalam hidup kita. Dengan demikian, hidup kita menjadi lebih tertata dan memiliki arah yang jelas.

Saya yakin, setiap hari ini kita menata hidup kita sedemikian rupa. Kita telah berjuang, agar hidup ini tidak sia-sia belaka. Tetapi kita telah berusaha memaknai hidup ini dengan semakin baik. Kita mohon agar Tuhan yang mahapengasih dan penyayang senantiasa memberi berkat berlimpah bagi kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com


383

Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.