Pages

16 Mei 2010

Menimba Semangat Juang


Suatu hari seorang anak muda mendatangi seorang seniman terkenal yang telah menghasilkan jendela-jendela kaca yang sangat indah. Ia ingin belajar pada seniman itu untuk melukis di atas kaca. Ia merasa dirinya memiliki bakat di bidang seni lukis. Setiap hari ia belajar di tempat seniman itu. Seniman itu dengan sabar membimbing anak muda itu.

Suatu ketika ia merasa penasaran, mengapa ia tidak bisa melukis seindah seniman itu. Lalu dia meminjam alat-alat yang digunakan oleh gurunya. Ia berpikir, jangan-jangan alat-alat itu yang membuat seniman itu tidak bisa disamainya. Dia berpikir, dengan meminjam alat-alat itu dia akan menjadi sama dengan gurunya.

Anak muda itu mulai melukis dengan alat-alat gurunya. Namun hasilnya masih jauh dari yang ia harapkan. Ia merasa kesal. Ia kecewa. Lalu dia mendatangi gurunya dan berkata, “Saya tidak dapat melukis lebih baik meski menggunakan alat-alat guru.”

Seniman itu menjawab, “Bukan alat-alat itu yang engkau butuhkan. Yang engkau butuhkan sekarang ialah semangat gurumu.”

Anak muda itu tertegun. Ia menyadari semangat gurunya belum ia transfer ke dalam dirinya. Ia masih memiliki semangat lama, semangat dari dirinya sendiri. Karena itu, semangatnya itu mesti diganti dengan semangat gurunya. Dengan demikian dia dapat melukis lebih baik lagi, bahkan kalau bisa lebih indah daripada gurunya.

Yang kita butuhkan dalam perjalanan hidup kita adalah semangat dari orang yang kita ikuti. Banyak anak muda di jaman kini mengikuti suatu trend tertentu. Misalnya, model rambut atau pakaian. Seringkali yang terjadi adalah mereka cepat bosan. Mereka merasa itu bukan dari diri mereka sendiri. Karena itu, mereka suka gonta-ganti model rambut atau pakaian. Trend itu ternyata hanyalah suatu tempelan, bukan menjadi semangat hidup.

Atau banyak anak muda yang mengikuti gaya para bintang olahraga tertentu. Mereka cepat bosan juga karena mereka tidak bisa mentransfer nilai-nilai baik yang dihidupi oleh bintang-bintang itu. Seseorang menjadi bintang lapangan hijau itu setelah melalui suatu perjuangan yang panjang. Ia mesti latihan setiap hari sepuluh jam, misalnya. Ia hidup secara teratur. Tidak begadang hingga larut malam. Nah, anak-anak muda lupa akan hal ini. Yang mereka tiru adalah gaya bintang di lapangan hijau itu. Mereka tidak menimba semangat juangnya. Karena itu, banyak anak muda menjadi stress karena tidak bisa menyamai bintang yang mereka idolakan.

Mari kita timba semangat juang, kesabaran, keuletan dan keberanian dari sesama yang kita jumpai. Setiap hari kita berjuang untuk meraih keinginan-keinginan kita. Mari kita memetik semangat juang dari sesama kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

379


Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.