Pages

10 Juni 2010

Menaruh Harapan pada Tuhan


Ada seorang yang buta sejak usia 15 tahun. Ia sempat menikmati indahnya alam sekitar. Ia mengalami penurunan penglihatannya ketika berusia sepuluh tahun. Baru ketika berusia 15 tahun, ia tidak bisa melihat secara total. Meski buta, ia tetap memiliki suatu pengharapan bahwa suatu ketika ia akan dapat melihat lagi. Karena itu, ia tidak pernah putus berada dalam pengharaoan seperti itu. Bahkan ia bertambah semangat dalam meniti hari-hari hidupnya.

Di mana harapan itu ia letakkan? Menurut pengakuannya, ia letakkan harapannya pada Tuhan. Ia masih berharap bahwa suatu ketika terjadi mukjizat atas dirinya. Dan yang hanya dapat membuat mukjizat adalah Tuhan. Karena itu, ia menyiapkan hatinya sebaik-baiknya, agar mukjizat dapat terjadi atas dirinya.

Suatu hari, seorang temannya datang mengunjunginya. Teman itu sangat menaruh rasa simpatik padanya. Ia sedih menyaksikan sahabatnya itu mengalami penderitaan itu. Namun si buta itu berkata, “Teman, Anda tidak perlu sedih melihat penderitaan saya. Saya bahkan tidak menderita sedikit pun. Saya punya harapan bahwa suatu ketika Tuhan akan menyembuhkan saya. Saya yakin, Tuhan yang mampu melakukan semua itu.”

Temannya ia bertanya, “Seandainya mukjizat itu tidak terjadi, apa kamu masih percaya kepada Tuhan?”

Tanpa pikir panjang, si buta itu berkata, “Tentu saja. Tuhan toh tidak hanya membuat mukjizat penyembuhan. Tuhan juga begitu dekat dengan saya. Tuhan melindungi saya setiap hari. Jadi tidak ada alasan untuk meninggalkan Tuhan.”

Inilah pengalaman iman manusia akan Tuhan yang begitu baik kepada manusia. Tuhan yang menciptakan manusia itu tidak akan membiarkan ciptaanNya musnah. Tuhan senantiasa melindungi dan memberikan yang terbaik bagi manusia. Inilah keyakinan yang mesti selalu dipegang teguh dalam perjalanan hidup manusia.

Mengapa persoalan-persoalan selalu menjadi bagian dari orang yang kurang percaya? Karena Tuhan dijauhkan dari hidup mereka. Mereka kurang punya pengharapan akan Tuhan yang begitu baik dan murah hati. Tuhan telah memberi segala sesuatu yang kita butuhkan dalam hidup ini. Tetapi manusia seringkali menggerutu, ketika terjadi sesuatu yang kurang baik atas dirinya. Manusia kurang percaya kepada Tuhan.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa ketergantungan kita kepada Tuhan menjadi suatu kemutlakkan. Orang beriman itu orang yang senantiasa menaruh harapannya pada Tuhan. Orang beriman itu orang yang senantiasa menyerahkan seluruh hidupnya kepada penyelenggaraan Tuhan.
Karena itu, kita diajak untuk senantiasa menaruh harapan kita pada Tuhan. Kita mesti yakin dan percaya bahwa hanya Tuhan yang menyelenggarakan hidup ini bagi kita. Suka dan duka yang kita alami mesti membawa kita pada iman yang benar dan tulus kepada Tuhan. Mari kita hidup dalam pengharapan akan Tuhan. Dengan demikian, hanya Tuhanlah tumpuan hidup kita. Tuhan memberkati. **

Pertanyaan-Pertanyaan Refleksi:
1. Dalam terang iman, siapa harapan hidup Anda?
2. Sampai sejauh mana Anda menaruh harapan padanya?
3. Mengapa Anda berani menaruh harapan padanya?



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com



404

Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.