Pages

11 Oktober 2010

Belajar Terus-menerus untuk Membangun Cinta Kasih


Ada seorang pemuda yang baru saja lulus dari perguruan tinggi. Ia tampak gembira. Wajahnya dihiasi dengan senyum kebahagiaan. Betapa tidak? Sudah empat tahun ia berjuang untuk meraih cita-citanya menjadi seorang sarjana. Ijasah yang dimilikinya akan ia gunakan untuk mencari pekerjaan. Ia ingin membahagiakan kedua orangtuanya dan membangun masa depan yang lebih cerah.

Untuk beberapa saat ia membiarkan ilmu-ilmu yang dipelajarinya di perguruan tinggi itu meresap dalam dirinya. Ia tidak ingin segera menggunakan ilmu-ilmu itu. Menurutnya, ia butuh waktu. Ia tidak mau tergesa-gesa. Ia ingin agar ilmu-ilmunya itu sungguh-sungguh berguna di lapangan pekerjaan.

Benar. Selama berada di rumah ia seolah-olah melupakan ilmu-ilmunya. Ia berusaha untuk tidak diganggu lagi oleh buku-buku kuliah. Yang ia inginkan adalah menjauhi dulu buku-buku itu. Empat tahun sudah cukup baginya untuk disibukan oleh buku-buku itu.

Sayang, pekerjaan yang ia tunggu-tunggu tidak datang-datang juga. Ia sudah memasukkan lamaran ke berbagai instansi, namun tidak ada yang memanggilnya. Ketika ia menghubungi instansi-instansi itu, jawaban mengecewakan yang ia terima. Misalnya, kondisi perusahaan yang lagi kurang baik. Pegawai yang cukup. Atau perusahaan sedang mengadakan pengurangan pegawai.

Pemuda itu menjadi kecewa. Ia tidak mau belajar lagi. Ia membakar semua buku kuliahnya. Bahkan hampir saja ia membakar ijasah asli yang sudah ia peroleh dengan kerja keras itu.

Sahabat, kalau Anda merasa bahwa Anda sudah tidak perlu lagi belajar setelah meraih ijasah sarjana, maka Anda keliru. Anda melakukan langkah yang salah. Dunia kita berjalan semakin cepat dan cepat. Manusia bekerja semakin baik. Skills dan ketrampilan semakin banyak dimiliki oleh banyak orang. Persoalan-persoalan hidup pun semakin rumit dalam hidup ini.

Karena itu, setelah meraih ijasah, orang tidak boleh berhenti belajar. Belajar itu seumur hidup. Orang tidak bisa membatasi diri dalam belajar. Mengapa? Karena orang mesti membangun kehidupan yang lebih baik. Orang mesti mengulurkan tangan menggapai dunia yang luas dan lebar ini. Membiarkan diri seperti katak dalam tempurung hanyalah suatu tindakan yang menyia-nyiakan waktu.

Untuk itu, orang mesti berani mengadakan eksperimen. Orang mesti berani mempelajari hal-hal baru dengan penuh antusias. Orang tidak boleh alergi terhadap hal-hal baru. Belajar berarti orang membuka diri terhadap dunia yang begitu luas dan rumit ini. Belajar berarti orang ingin terlibat dalam suka duka hidup orang lain.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa belajar terus-menerus. Kita belajar tentang cinta kasih yang telah dikaruniai oleh Tuhan kepada kita. Kita belajar tentang membangun persaudaraan dengan setiap orang yang ada di sekitar kita. Karena itu, berusaha dan belajar terus-menerus bagi orang beriman adalah suatu kewajiban. Orang beriman tidak boleh berhenti belajar. Berhenti berarti orang beriman tidak mensyukuri kebaikan Tuhan bagi dirinya. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

522

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.