Pages

26 Oktober 2010

Bertekun dalam Kesabaran


Suatu hari, seorang anak mendapat pelajaran tentang membuat kue dari ibunya. Ia mencampurkan takaran-takaran dari bahan pembuat kue itu. Ia mengikuti dengan eksama setiap aturan yang diberikan oleh ibunya. Setelah mencampur semua bahan, ia menuang adonan ke dalam loyang dan memasukkannya ke dalam oven.

Setelah 40 menit, kue telah tercium harum, sehingga ia tidak sabar mengintip kaca oven. Ia melihat kue telah mengembang dan tampak sudah matang. Karena itu, ia mematikan oven dan mengeluarkan kue itu. Tampak keceriaan menghiasi wajahnya. Ia siap untuk menikmati kue yang enak.

Namun, saat memotong kue, ibunya menemukan bahwa bagian tengah kue itu belum benar-benar matang. Ibunya mengatakan bahwa seharusnya ia menunggu lima menit lagi supaya kue itu sepenuhnya matang. Sang anak tertegun. Ternyata ia tidak cukup sabar menunggu untuk mendapatkan kue yang sungguh-sungguh telah matang. Namun ia tidak putus asa. Ia berjanji untuk terus belajar untuk bersabar.

Sahabat, berapa dari Anda yang tidak sabar menunggu terkabulnya doa-doa Anda? Bahkan ada yang sampai mengumpat Tuhan, karena merasa bahwa doa-doanya tidak dikabulkan oleh Tuhan. Orang merasa bahwa setelah kewajibannya berdoa kepada Tuhan dengan segala cara, Tuhan mesti mengabulkan doa mereka cepat-cepat. Tidak boleh ditunda-tunda lagi.

Tentu saja sikap seperti ini bukanlah sikap orang yang beriman sejati. Pengabulan atas doa-doa kita itu adalah hak Tuhan. Kita serahkan semuanya kepada Tuhan. Yang mesti kita lakukan adalah kita menunggu dengan sabar pengabulan doa-doa kita itu. Karena itu, kita mesti belajar untuk sabar menunggu. Kita bersabar seperti orang yang sedang antre di restoran yang sangat ramai. Perut kita sudah terasa sangat lapar, namun kita belum mendapatkan giliran untuk mengambil makanan.

Soalnya adalah yang sering terjadi dalam hidup kita adalah banyak orang menghendaki suatu solusi instan. Solusi yang cepat jadi. Suatu solusi yang cespleng yang tidak perlu waktu yang lama. Tentu saja sikap seperti ini juga bukan sikap orang beriman yang sejati. Sikap ini menunjukkan orang yang kurang percaya pada penyelenggaraan Tuhan.

Orang beriman itu mesti menyerahkan setiap permohonannya kepada Tuhan. Orang seperti ini biasanya yakin dan percaya bahwa Tuhan akan memberikan ganjaran yang setimpal kepadanya. Orang seperti ini percaya bahwa Tuhan akan memberikan apa yang dimintanya pada waktunya. Tuhan tidak pernah terlambat dalam memberikan pertolongan. Tuhan selalu memberikan pertolongan pada saat dibutuhkan.

Sebagai orang beriman, mari kita belajar untuk tetap setia dan sabar dalam menantikan pengabulan doa-doa kita oleh Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan selalu tepat waktu. Tuhan tidak pernah membiarkan kita terlalu lama menderita. Tuhan selalu mengulurkan bantuanNya demi keselamatan kita. Mari kita bertekun dalam kesabaran. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 20.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com


537

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.