Pages

22 Januari 2011

Hati-hati terhadap Pujian

Sepasang angsa bersiap meninggalkan danau yang airnya mulai mengering. Seekor kodok memohon untuk bisa ikut dengan mereka pindah ke danau lain. Namun, angsa bingung bagaimana cara membawa si kodok.

Si kodok punya ide brilian, ”Kalian gigit kedua ujung akar rumput ini, saya akan menggigit bagian tengahnya. Kemudian bawalah saya terbang. Saya akan bersama kalian ke mana pun kalian pergi.”

Kedua angsa itu setuju. Mereka pun terbang tinggi ke angkasa untuk mencari danau yang berair. Tiba-tiba mereka berpapasan dengan sekelompok burung yang juga terbang untuk mencari sumber air. Sekelompok burung memuji kecerdikan mereka dan bertanya, ”Kalian sungguh cerdik, siapa yang punya ide secemerlang ini?”

Mendengar pujian itu, si kodok tersinggung. Lantas ia menjawab dengan bangga, ”Ini ide saya!” Saat itu juga terlepaslah gigitannya. Ia pun jatuh ke bawah dan mati. Tidak ada ampun baginya. Hidupnya berakhir secara tragis.

Sahabat, kesombongan sering berbuahkan tragedi kehidupan. Hal ini terjadi karena orang merasa diri hebat. Pujian yang dialamatkan kepadanya ditelan mentah-mentah. Orang tidak belajar dari padi yang semakin berisi semakin merunduk. Orang lupa bahwa pujian yang diberikan kepadanya itu sebagai motivasi yang mesti memacu dirinya untuk semakin maju.

Begitu banyak orang yang mencari pujian dalam hidup mereka. Mereka lakukan apa saja, yang penting mereka mendapatkan pujian. Akibatnya, mereka jatuh karena pujian. Setelah pujian tidak diberikan lagi kepada mereka, mereka menjadi loyo. Hidup ini seolah-olah tidak berarti apa-apa. Tidak ada gunanya lagi hidup ini tanpa pujian.

Tentu saja sikap seperti ini keliru. Semestinya pujian yang diperoleh itu membantu orang semakin produktif dalam hidupnya. Pujian semestinya mendorong orang untuk meningkatkan perbuatan baiknya bagi sesama. Karena itu, orang mesti mampu menguasai dirinya. Orang tidak perlu terlalu lama terbuai oleh pujian-pujian itu.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk tetap rendah hati di kala berbagai pujian dialamatkan kepada kita. Kita mesti menghentikan upaya-upaya untuk mencari pujian. Mengapa? Karena pujian dapat menghancurkan hidup kita. Pujian dapat membawa kita untuk mengerjakan hal-hal yang baik hanya sebagai pamer kebaikan.

Orang beriman itu orang yang melakukan suatu perbuatan baik dengan tulus dan ikhlas. Orang beriman tidak mudah terjerumus ke dalam pujian yang menghancurkan hidupnya. Mari kita berusaha untuk menguasai diri kita dalam menerima setiap pujian yang diberikan kepada kita. Mabuk pujian adalah awal dari kehancuran. Untuk itu, kita mohon kekuatan dari Tuhan untuk membantu kita, agar kita mampu bertahan dalam pujian-pujian. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


597

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.