Pages

10 Februari 2011

Belajar Memiliki Hati yang Lembut


Alkisah di jaman dulu ada empat benda yang bisa berbicara. Mereka adalah kapak, gergaji, palu dan nyala api. Suatu ketika mereka mengadakan perjalanan bersama-sama. Tiba-tiba dalam perjalanan itu mereka terhenti oleh sepotong besi baja yang menghalangi perjalanan mereka. Mereka memutuskan untuk menyingkirkan baja tersebut dengan kekuatan mereka masing-masing.

Sambil memandang ketiga temannya, si Kapak berkata, “Besi baja itu bisa aku singkirkan.” Ia pun menggunakan fungsinya untuk memukul. Pukulan-pukulannya keras sekali menghantam besi baja yang kuat dan keras itu. Namun setiap pukulannya hanya menyebabkan dirinya semakin tumpul. Ia pun berhenti.

Si gergaji tertawa menyaksikan usaha si kapak yang sia-sia. Serta merta ia berkata, “Biar aku saja yang urus. Besi itu pasti akan putus berkeping-keping waktu kugigit dia.”

Si gergaji pun mulai menggergaji besi baja itu. Sial baginya! Semua giginya menjadi tumpul dan rontok. Ia pun menyerah. Ia tidak bisa buat apa-apa lagi.

Kini giliran si palu. Dengan sombong, ia berkata, “Sudah kubilang, kalian tidak cukup kuat menghadapi besi baja jelek itu. Aku akan tunjukkan caranya melumpuhkan besi baja itu.” Ia pun mulai memukul-mukul besi baja itu. Baru tiga kali pukulan, kepalanya terpental sendiri. Besi baja itu tidak berubah. Tidak bergeser sedikit pun.

Melihat semua kejadian itu, nyala api menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia kuatir kalau-kalau ia tidak mampu berbuat sesuatu untuk menyingkirkan besi baja itu. Tetapi ia mau mencoba. Ia melingkarkan diri dengan lembut menggeluti, memeluk dan mendekap besi baja itu erat-erat. Ia tidak mau melepaskannya. Besi baja yang keras itu pun meleleh. Besi itu mencair. Mereka pun bisa melanjutkan perjalanan.

Sahabat, banyak orang merasa diri sebagai yang terbaik dan terhebat. Mereka sering memamerkan kekuatan otot mereka. Seolah-olah kekuatan otot itulah segala-galanya. Padahal kekuatan otot saja belum cukup menyelesaikan suatu persoalan. Masih ada sesuatu yang lain yang mesti digunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan dalam hidup ini.

Kekuatan lain itu adalah kelemahlembutan. Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa sesuatu yang keras tidak selamanya mesti dilawan dengan kekerasan. Ternyata sesuatu yang keras itu mesti dilawan dengan kemahlembutan. Hati yang lembut dapat mengatasi berbagai suasana yang kurang menyenangkan. Hanya dengan hati yang lembut itu orang dapat mengalami kasih sayang dalam hidup ini.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa menggunakan hati yang lemah lembut dalam menghadapi setiap persoalan hidup. Untuk itu, kita mesti belajar untuk memiliki hati yang lemah lembut. Tentu saja hal ini tidak mudah kita peroleh. Mengapa? Karena dunia kita selalu menyediakan kekerasan hati. Dunia kita telah mengkondisikan situasi yang keras mesti dilawan dengan kekerasan.

Mari kita belajar untuk memiliki hati yang lembah lembut. Dengan demikian, setiap persoalan dapat kita hadapi dengan hati yang lembut. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.