Pages

18 Juni 2011

Hidup dalam Persaudaraan dan Persahabatan


Ada seorang bapak yang sewot luar biasa ketika mengetahui bahwa bemper mobil sedannya tergores. Seseorang baru saja menyerempet mobilnya itu. Orang itu tidak melarikan diri. Ia meminggirkan mobilnya dan turun menemui pemilik sedan itu. Ia meminta maaf atas kekilafannya. Ia tidak sengaja melakukan hal itu. Peristiwa itu terjadi secara kebetulan.

Bapak pemilik sedan itu sama sekali tidak menghiraukan permintaan maaf itu. Ia lebih peduli terhadap bemper mobilnya yang lecet itu. Beberapa saat kemudian, bapak itu menatap wajah orang yang menyerempet mobilnya. Ia memarahinya dengan kata-kata yang pedas dan kasar. Tidak ada pengampunan dari dalam dirinya. Yang ia pentingkan adalah bemper mobilnya yang lecet itu.

Orang yang menyerempet mobil itu tidak habis pikir. Mengapa bapak itu begitu sadis? Mengapa ia begitu peduli terhadap bemper mobilnya yang lecet itu? Padahal lecet itu bisa dihilangkan dalam beberapa saat dengan cat.

Dengan sedih, orang itu berkata, “Bapak, saya minta maaf. Kita sama-sama berada di tempat yang ramai. Jadi kekeliruan sedikit saja bisa terjadi serempetan. Kalau bapak tidak mementingkan permohonan maaf saya, saya akan segera pergi.”

Bapak itu semakin marah. Ia tidak mau memberikan maaf. Baginya, lecet itu mesti diganti dengan sejumlah uang. Namun ia enggan mengatakan berapa jumlah uang yang mesti diberikan kepadanya. Orang yang menyerempet mobil itu lantas meninggalkan bapak itu sendirian.

Sahabat, kita hidup dalam dunia yang menampilkan berbagai segi kehidupan. Ada yang begitu peduli dengan harta benda yang mereka miliki. Ada yang peduli terhadap kehidupan sosial dan kebersamaan.

Ada yang tidak peduli terhadap permohonan maaf dari sesamanya. Karena itu, orang seperti ini sulit sekali mengampuni sesamanya. Orang seperti ini lebih peduli terhadap kepentingan dirinya sendiri. Tujuan kehadiran orang lain di sekitarnya hanya demi kepentingan dirinya sendiri.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa dalam kebersamaan hidup yang mesti dipentingkan adalah terciptanya persaudaraan. Kesalahan yang kecil tidak perlu dibesar-besarkan. Kesalahan yang kecil itu mesti segera ditutup dengan bangunan persaudaraan dan persahabatan. Kalau orang membesar-besarkan kesalahan, persahabatan tidak akan terjadi dalam kehidupan bersama.

Karena itu, membangun persaudaraan dan persahabatan menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan ini. Persahabatan yang baik mampu mengubah yang buruk menjadi lebih baik. Orang mengatakan bahwa lebih baik memiliki sahabat yang baik daripada memiliki harta berlimpah, namun tidak punya sahabat yang baik.

Sebagai orang beriman, kita mesti berusaha untuk mendahulukan persaudaraan dan persahabatan dalam hidup ini. Mengapa? Karena hidup dalam persaudaraan dan persahabatan yang baik itu membuahkan kebaikan. Kita akan diperkaya oleh bangunan persaudaraan dan persahabatan itu. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

702

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.