Pages

23 Juni 2011

Membagikan Pengalaman Kegembiraan


Suatu pagi, seorang mahasiswi mendapat telephon dari kampusnya. Ia diminta untuk segera ke kampus. Ia segera berangkat. Seribu satu pikiran timbul tenggelam dalam benaknya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah tiba di kampus. Namun ia tetap yakin, ada sesuatu yang baik yang akan ia peroleh dari kampusnya.

Setelah beberapa lama, ia pun tiba di kampusnya. Ia langsung menuju ke bagian administrasi universitas itu. Begitu bertemu dengan petugas administrasi, jantungnya berdetak kencang. Namun tiba-tiba ia menjadi tenang. Ia pun dapat tersenyum gembira, begitu petugas itu berkata, “Selamat. Anda mendapat beasiswa!”

Ia melonjak kegirangan. Ia merasakan hidup ini menjadi lebih bermakna. Hidup ini menjadi lebih mudah. Ia datang dari keluarga miskin yang tidak berpunya, namun ia mendapatkan perhatian yang luar biasa dari pihak universitas. Ia pun bersyukur atas kebaikan Tuhan. Ternyata Tuhan tetap menyertai umat-Nya yang miskin. Tuhan tetap peduli terhadap orang yang lemah.

Kegembiraan itu kemudian ia bagikan kepada sang ibu di rumah. Sang ibu sampai meneteskan air mata. Ia begitu bahagia. Ia tidak perlu lagi bekerja terlaku keras untuk membiayai putrinya itu.

Gadis itu mengucapkan terima kasih atas perhatian ibunya. Ia menyadari, sikap cerewet yang selama ini ditunjukkan oleh ibunya itu sungguh-sungguh bermanfaat. Ia mendapatkan dukungan dan dorongan untuk meraih prestasi yang tinggi dalam kuliahnya.

Sahabat, kegembiraan yang kita miliki bukan hanya untuk diri kita sendiri. Kegembiraan itu juga mesti dibagikan kepada sesama. Mengapa? Karena kegembiraan itu menjadi suatu situasi kita memberi semangat hidup kepada orang lain. Ketika kita berani membagikan kegembiraan kita kepada orang lain, kita ingin mengungkapkan betapa hidup ini memiliki makna yang begitu mendalam.

Banyak orang berpikir, kegembiraan itu miliki diri mereka sendiri. Karena itu, mereka memendam kegembiraan itu untuk diri mereka sendiri. Mereka enggan membagikan kegembiraan itu kepada sesamanya. Akibatnya, kegembiraan itu hanya untuk diri mereka sendiri. Kegembiraan itu hanya bermakna bagi diri mereka sendiri. Bukan menjadi bagian dari sesama.

Melalui kisah di atas kita diajak untuk berani membagikan kegembiraan yang kita miliki kepada sesama kita. Mengapa? Karena kegembiraan yang kita miliki itu bukan hanya milik kita. Kegembiraan itu juga milik sesama kita. Kegembiraan itu pantas kita bagikan kepada sesama kita.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk menyadari bahwa kegembiraan itu berasal dari Tuhan. Tuhan sendiri ingin membagikan kegembiraannya kepada ciptaan-Nya. Tuhan ingin agar kita menemukan kegembiraan dalam hidup kita. Karena itu, mari kita saling berbagi kegembiraan. Dengan demikian, hidup ini menjadi semakin bermakna. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

707

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.