Pages

27 Juni 2011

Menghayati Iman dalam Hidup


Seorang ibu bercerita bahwa suatu waktu ia mengalami sakit tenggorokan sampai suaranya hilang. Sakit itu ia alami selama satu tahun. Ketika ia berobat ke rumah sakit, dokter mengatakan bahwa ia mengalami radang tenggorokan yang akut. Dokter menganjurkan dirinya untuk beristirahat selama satu minggu.

Anjuran itu tidak bisa dilaksanakan oleh ibu itu, karena profesinya sebagai guru TK yang menuntutnya untuk mengeluarkan suara. Ibu itu tidak bisa meninggalkan tugasnya. Ia tetap masuk ke kelas untuk mengajar anak-anak. Ia memaksakan diri untuk mengeluarkan suara, karena tuntutan profesinya. Akibatnya, penyakit radang tenggorokan itu malah menjadi-jadi sampai mengeluarkan darah.

Ia tidak tinggal diam. Seribu satu langkah ia ambil untuk menyelamatkan tenggorokannya. Ia terus mengobatinya. Namun ia juga memohon bantuan kepada Tuhan. ia yakin, mukjijat akan terjadi dalam hidupnya. Ia yakin, Tuhan akan selalu membantunya untuk kesembuhan tenggorokannya. Keyakinannya ini meneguhkan semangatnya untuk terus maju dalam hidup ini. Ia berhasil. Kombinasi antara usaha diri sendiri dan bantuan Tuhan telah menyembuhkan tenggorakannya.

Ibu itu berkata, “Melalui peristiwa tersebut, iman saya menjadi semakin kuat. Saya menyediakan waktu setiap hari untuk membaca Kitab Suci, berdoa dan beramal.”

Sahabat, banyak orang mengaku beriman kepada Tuhan. Namun kenyataan hidup mereka sering bertentangan dengan iman itu. Misalnya, ada orang yang rajin beribadat, rajin membaca Kitab Suci, namun ternyata ia seorang koruptor kelas kakap. Ada orang yang punya semangat sosial yang tinggi seperti memberi sumbangan untuk kegiatan-kegiatan sosial. Namun kemudian orang ini berurusan dengan polisi, karena menjadi bandar narkoba.

Tentu saja contoh-contoh tadi merupakan kehidupan yang menyimpang dari iman. Kehidupan iman ternyata tidak selaras dengan hidup sehari-hari. Iman yang luhur dan mulia itu tidak diimbangi dengan penghayatan hidup yang baik dan benar. Ada ketimpangan antara iman dan kenyataan hidup sehari-hari.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa kita masih tetap butuh iman yang hidup. Iman yang hidup itu tumbuh dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Suatu sikap iman yang selaras dengan penghayatan iman. Orang tidak bisa hanya mengharapkan mukjijat. Orang juga mesti berusaha untuk menghayati imannya dalam hidup sehari-hari.

Karena itu, sebagai orang beriman, kita senantiasa diajak untuk terus-menerus menghidupi iman kita dalam perjalanan hidup ini. Hanya dengan menjadikan iman kita nyata dengan melaksanakan ajaran-ajaran agama kita masing-masing, kita mampu menjadi orang beriman yang baik.

Mari kita berusaha untuk menyerahkan hidup kepada Tuhan. Dengan cara ini, kita memiliki iman yang kuat dan tahan uji. Iman kita tidak hanya tampak dalam ibadat dan doa-doa. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


711

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.