Pages

20 Juni 2011

Rahasia Tujuh Juta Dollar


Grace Groner meninggal dunia Januari 2011 lalu ketika ia berusia 100 tahun. Ia berasal dari Lake Forest, Illinois, Amerika Serikat. Rumahnya sangat sederhana di sebuah rumah dengan satu kamar. Ia membeli pakaian untuk dirinya dari penjualan di bagasi rumah pada musim panas.

Namun di balik kesederhanaannya itu, ia telah mendonasikan tujuh juta dolar Amerika Serikat untuk alma maternya, Lake Forest College. Dari mana uang sebanyak itu ia miliki? Ternyata uang itu ia peroleh dengan membeli saham di Laboratorium Abbot di mana ia bekerja selama 43 tahun. Ia pernah menjadi sekreteris jendral di laboratorium tersebut.

Pada tahun 1935 ia membeli tiga lembar saham yang masing-masing seharga 60 dollar. Dari pembelian saham itu kemudian ia mendapatkan pembagian keuntungan. Ia tidak gunakan keuntungan itu untuk kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Ia menginvestasikan keuntungan itu dengan membeli saham.

Setelah bertahun-tahun menginvestasikan dananya di laboratorium itu, Groner mengumpulkan uang sebesar 7 juta dollar. Ia mendirikan sebuah yayasan untuk college tersebut yang digunakan untuk beasiswa, khususnya bagi para mahasiswa yang tertarik untuk belajar di luar negeri.

Sahabat, apa yang dilakukan oleh Grace Groner merupakan suatu kebajikan yang berguna bagi banyak orang. Ia punya kepedulian terhadap sesama. Ia ingin memajukan kehidupan banyak orang. Karena itu, ia berani mengorbankan diri bagi hidup orang lain. Ia rela hidup dalam kesederhanaan demi kemajuan generasi muda.

Tentu saja hal seperti ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang beriman kepada Tuhan. Orang yang beriman itu orang yang senantiasa ingin membahagiakan sesamanya. Orang yang tidak ingin menyaksikan sesamanya mengalami penderitaan dalam hidupnya. Orang beriman itu orang yang rela mengorbankan hidupnya bagi sesamanya.

Karena itu, apa yang mesti kita lakukan? Yang mesti kita lakukan adalah kita berani menemukan peluang-peluang untuk membahagiakan sesama kita.

Untuk itu, kita mesti menghentikan egoisme dan mengejar kepentingan diri sendiri. Orang seperti ini orang yang memiliki cinta yang mendalam terhadap sesamanya. Orang seperti ini biasanya peduli terhadap kehidupan sesamanya. Orang seperti ini tidak menggerutu ketika membantu sesamanya. Justru orang seperti ini mengalami sukacita dan bahagia menyaksikan sesamanya bahagia.

Mari kita membahagiakan sesama kita dengan memiliki kepedulian terhadap mereka. Dengan demikian, kebahagiaan juga menjadi bagian hidup mereka. Tuhan membekati. **



Frans de Sales, SCJ


713

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.