Pages

31 Juli 2011

Hidup Ini Milik Tuhan


Suatu hari ada seorang yang baik dan sangat jujur jatuh sakit. Penyakit yang diderita itu pun mengancam nyawanya. Ia menderita sakit kanker. Waktu memeriksakan diri, dokter mengatakan bahwa kanker yang dideritanya sudah mencapai stadium empat. Orang baik itu sangat terkejut. Para anggota keluarganya pun tidak percaya akan hal itu. Selama ini ia tampak baik-baik saja. Ia jarang jatuh sakit. Baru sekali ini ia sakit dan langsung parah.

Banyak sahabatnya pun tidak percaya akan hal ini. Mereka merasa bahwa tidak mungkin Tuhan memberikan hukuman yang begitu kejam terhadap dirinya. Namun dokter tidak membohongi orang baik itu. Ia sudah menelitinya dengan sangat cermat. Kesimpulannya adalah orang baik dan jujur itu menderita kanker ganas. Bahkan obat-obat yang ia berikan tidak mempan. Orang baik itu hanya bisa membaringkan diri di tempat tidur. Lima bulan kemudian orang baik dan jujur itu menghembuskan nafas terakhirnya. Sungguh tragis!

Para anggota keluarganya tidak mudah menerima kenyataan itu. Namun selama perawatan, orang baik itu berusaha untuk menerima kenyataan yang ada. Ia tidak bisa menolaknya. Bahkan ia berusaha untuk menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Ia yakin, penyakit hanya mampu membunuh tubuh manusiawinya. Namun penyakit yang ganas itu tidak mampu membunuh jiwanya.

Karena itu, ketika ada sahabatnya yang bertanya, mengapa Tuhan membiarkan orang baik menderita, ia menjawab, ‘Hidup ini milik Tuhan. Hidup ini bukan milik saya. Tuhan mau buat apa terhadap hidup saya ini, itu terserah Tuhan.’

Sahabat, apa yang terjadi seandainya Anda yang mengalami penderitaan seperti yang dialami orang baik dalam kisah tadi? Rasanya Anda akan memberontak. Anda akan menolak penderitaan yang terjadi atas diri Anda. Mengapa? Karena Anda akan merasa bahwa Tuhan itu tidak adil terhadap Anda. Anda masih ingin hidup untuk waktu yang lama. Tetapi kenapa Tuhan begitu cepat mengambil Anda dari dunia ini.

Sikap orang baik dalam kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa Tuhan tidak menghukum manusia. Penderitaan yang dialami oleh manusia itu melulu karena sifat keinsanan kita. Yang diinginkan oleh Tuhan bagi manusia adalah keselamatan. Untuk itu, Tuhan telah memberikan kasihNya kepada manusia. Melalui orang-orang yang ada di sekitar kita, Tuhan menunjukkan kasih setiaNya itu. Tuhan tetap peduli terhadap kehidupan manusia. Tuhan tidak meninggalkan manusia berjuang sendiri.

Dalam penderitaan itu, Tuhan tetap hadir. Tuhan tidak meninggalkan manusia berjuang sendirian melawan sakitnya. Tuhan memberikan semangat kepada setiap orang yang sedang menderita dengan harapan akan kehidupan abadi. Karena itu, orang beriman mesti memiliki fighting spirit atau semangat juang.

Dalam semangat juang itu, manusia memiliki harapan untuk terbebas dari penderitaan. Dalam semangat juang itu, manusia menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Mengapa? Karena hidup ini milik Tuhan. Kapan Tuhan mau mengambil hidup ini dari kita, Dia akan mengambilnya. Itu hak Dia, karena Dia yang menganugerahkan hidup ini kepada kita.

Mari kita menyerahkan seluruh hidup kita ke dalam kuasa Tuhan. Dengan demikian, hidup kita semakin memiliki makna. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

743

Mengusir Rasa Bosan


Kebosanan sering dirasakan oleh manusia. Apalagi pekerjaan yang dijalani dari waktu ke waktu hanya itu-itu saja. Orang mengalami kebosanan sebagai sesuatu yang menyiksa batinnya. Karena itu, orang ingin cepat-cepat lari dari kebosanan itu. Orang berusaha menemukan hal-hRata Penuhal lain untuk mengakhiri kebosanan itu. Misalnya, ada yang memelihara burung di rumah usai bekerja. Atau memelihara dan merawat bunga di halaman rumah setelah seharian lelah bekerja. Atau ada yang pergi ke kolam untuk memancing.

Usaha-usaha yang positif mesti selalu dilakukan untuk menyegarkan kembali diri sendiri setelah lelah bekerja. Orang yang tidak menemukan cara-cara kreatif untuk menyegarkan diri dari rutinitas akan mudah stress.

Pemeran sinetron dan film Dude Harlino hingga kini tetap setia dengan sinetron-sinetron yang terkadang shooting-nya melelahkan. Dude kembali meramaikan layar kaca dengan sinetron terbarunya, Seindah Senyum Winona, bersama pasangan main Velove Vexia.

Tentang bekerja, ia berkata, ”Saya bekerja seperti orang-orang bekerja. Jadi tidak bosan, karena ini pekerjaan. Seperti wartawan yang tiap hari mencari dan membuat berita, enggak bosan, kan?”

Karena itu, berbagai persoalan yang timbul ketika pengambilan gambar harus bisa diatasi. Dengan membaca, mendengarkan musik dan menonton film, rasa bosan itu bisa diusir.

Sahabat, kita hidup dalam dunia yang semakin sibuk. Kita dituntut untuk kreatif dalam hidup ini. Kreatif bukan hanya dalam usaha memperoleh hasil yang berlimpah-limpah. Tetapi kreatif juga dalam menemukan cara-cara untuk mengusir kebosanan hidup. Orang yang bosan terhadap hidup dan pekerjaannya mudah tergoda untuk melakukan hal-hal yang negatif. Untuk itu, kita mesti hati-hati dalam hidup ini.

Ada berbagai cara untuk mengusir kebosanan. Dude Harlino menemukan cara mengusir kebosanan dengan membaca, mendengarkan musik dan nonton film. Tentu saja setiap orang punya cara-cara sendiri dalam usaha mengusir kebosanan itu. Yang penting adalah orang tetap konsisten pada apa yang dikerjakannya. Meski pekerjaan itu tampaknya rutin terus-menerus sepanjang puluhan tahun, tetapi ketika orang sungguh-sungguh tetap setia pada pekerjaannya, orang akan terhindar dari rasa bosan.

Karena itu, orang beriman mesti senantiasa mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi dalam hidupnya. Hal ini menjadi penting, ketika kita membuat strategi-strategi bagi kemajuan hidup kita. Kita perlu menemukan titik lemah dalam diri kita. Salah satu titik lemah itu adalah rasa bosan. Kalau orang telah menemukan rasa bosan itu, orang akan dengan mudah mampu mengatasinya.

Mari kita berusaha untuk menemukan penyebab-penyebab rasa bosan dalam hidup kita. Kita tetap menyertakan Tuhan dalam hidup kita, dengan demikian kita dapat mengusir rasa bosan dari hidup kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


742

29 Juli 2011

Memperjuangkan Martabat Manusia


Trafficking atau perdagangan manusia masih saja terjadi di negeri ini. Ada anak-anak dan kaum perempuan yang menjadi korban trafficking ini. Mereka dijual setelah dijanjikan untuk bekerja atau menjadi orang yang punya pekerjaan yang mendatangkan banyak uang.

Apa yang terjadi setelah itu adalah mereka tidak lebih baik daripada para budak belian di zaman dulu. Mereka dipaksa bekerja seperti menjadi pembantu rumah tangga tanpa digaji. Atau mereka menjadi buruh dengan gaji yang sangat tidak layak. Lebih parah lagi, mereka dijadikan pekerja seks komersial. Mereka tidak punya kekuatan untuk menuntut gaji yang sesuai dengan pekerjaan mereka. Mereka kehilangan hak-hak mereka sebagai manusia yang bermartabat.

Melihat kondisi seperti ini, penyanyi dan pemain sinetron, Agnes Monica, prihatin. Ia tidak ingin kaum perempuan dan anak-anak menjadi korban trafficking atau perdagangan manusia. Ia ingin setiap orang punya hak dan martabat yang sama. Karena itu, ia menjadi duta atau juru bicara MTV Exit Indonesia. Exit adalah singkatan dari End Exploitation and Trafficking. MTV Exit adalah kampanye untuk memerangi perdagangan manusia.

Di Indonesia saat ini banyak terjadi perdagangan manusia, terutama anak-anak dan perempuan. Sebagian dari mereka dipaksa bekerja seperti menjadi pembantu rumah tangga dan buruh yang tidak digaji dengan layak. Bahkan lebih kejam lagi banyak yang dijadikan pekerja seks komersial.

Agnes berkata, ”Trafficking ini merupakan bentuk baru perbudakan modern.”

Menurut Agnes, persoalan perdagangan manusia ini terjadi karena kurangnya pendidikan bagi kaum remaja. Ia berkata, ”Ini soal kesenjangan pengetahuan. Orang Indonesia selalu bilang iya. Mereka tidak dapat berkata tidak, karena tidak ingin menyakiti orang lain. Akhirnya, mereka terjebak dan dirugikan.”

Sahabat, pertanyaan yang mendasar bagi kita adalah mengapa manusia diperdagangkan? Jawabannya bisa macam-macam. Namun satu hal yang pasti adalah cinta pada diri sendiri sangat dominan dalam hidup manusia. Orang yang melakukan jual beli manusia itu hanya berpikir tentang dirinya sendiri. Orang seperti ini tidak pernah berpikir tentang kebahagiaan sesamanya. Martabat manusia diabaikannya.

Orang seperti ini hanya memanfaatkan ketidaktahuan manusia. Soal martabat manusia yang harus diperjuangkan tidak dihiraukannya. Akibatnya, orang hanya mencari dan menemukan keinginan dirinya sendiri. Orang tidak peduli terhadap keselamatan orang lain. Orang hanya ingin memenuhi keinginan dirinya sendiri. Orang lain boleh menderita. Martabat orang lain boleh diinjak-injak.

Tentu saja situasi seperti ini tidak boleh terjadi. Situasi seperti ini mesti dienyahkan dari hidup manusia. Martabat manusia harus semakin dihargai dan dilindungi. Sebagai orang beriman, kita dipanggil untuk memperjuangkan martabat hidup manusia. Mari kita berusaha untuk selalu memperjuangkan martabat manusia. Dengan demikian, hidup ini semakin baik dan damai. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

28 Juli 2011

Tumbuhkan Cinta dalam Hidup


Ada seorang ibu yang mesti memelihara anaknya sendirian selama empat puluh tahun. Suaminya meninggal dalam suatu kecelakaan. Sedangkan satu dari tiga orang anaknya mengalami cacat fisik sejak kecelakaan bersama ayahnya. Sejak bangun pagi hingga beranjak ke tempat tidurnya, ibu itu selalu punya perhatian terhadap anaknya. Apalagi sang anak tidak bisa berjalan sendiri. Ia hanya bisa terbaring di tempat tidur. Kaki dan tangannya lumpuh.

Suatu hari seorang teman kelasnya dulu datang mengunjungi ibu itu beserta anaknya. Temannya itu merasa tersentuh oleh situasi hidup ibu itu. Ia berkata, “Kamu pasti merasa capek. Kamu pasti merasa terbebani dengan kondisi anakmu.”

Ibu itu tersenyum mendengar kata-kata teman lamanya itu. Ia berkata kepadanya, “Saya tidak pernah merasa terbebani oleh kondisi anak saya. Sudah empat puluh tahun saya lakukan semua hal untuk dia. Saya merasa bahagia. Saya merasakan begitu besar cinta Tuhan terhadap saya. Tuhan telah memberi tanggung jawab ini kepada saya.”

Temannya terkejut mendengar kata-kata bijak ibu itu. Ia heran, mengapa kondisi seperti itu tidak sedikit pun membuat ia terbebani. Ia berdecak kagum mendengar kata-kata ibu itu. Ia bahkan merasa malu terhadap dirinya sendiri. Ia merasa gagal dalam mendidik anak-anaknya. Dua anaknya tidak berhasil dalam hidup mereka. Mereka menjadi orang-orang yang sering menyusahkan dirinya.

Sahabat, cinta yang begitu besar telah mendorong seorang ibu menerima kehadiran anaknya yang cacat. Tampak cacat fisik yang dimiliki anaknya itu membuat ibu itu mengambil tindakan kasih yang nyata. Ia merawatnya dengan penuh perhatian. Ia tidak mau membiarkan sang anak menderita dalam kondisinya seperti itu.

Banyak orang sering merasa bahwa suatu perbuatan baik bagi sesama itu menjadi suatu beban. Melakukan suatu kebaikan itu memberikan beban terhadap hidupnya. Karena itu, orang enggan untuk melakukan hal-hal yang baik bagi orang lain. Orang merasa bahwa melakukan hal-hal baik bagi orang lain itu membuang-buang waktu saja. Lebih baik melakukan sesuatu untuk diri sendiri saja.

Orang yang berpandangan seperti ini biasanya orang-orang yang kurang punya kasih. Cinta mereka terhadap sesama dibatasi oleh egoisme yang begitu besar. Orang hanya ingin mencari kepuasan bagi dirinya sendiri saja. Orang seperti ini lebih memperhitungkan untung rugi bagi dirinya sendiri saja. Karena itu, orang seperti ini lebih sering mengeluh ketika mengalami kesulitan-kesulitan dalam hidupnya. Orang seperti ini lebih mudah sewot ketika terjadi jalan buntu dalam hidupnya.

Kisah ibu tadi memberi inspirasi bagi kita untuk memiliki cinta yang kuat terhadap sesama. Cinta yang kuat itu dilatih dalam pergulatan kehidupan. Cinta yang kuat itu dapat bertumbuh dan berkembang dalam perbuatan baik bagi sesama. Untuk itu, orang mesti terus-menerus menumbuhkembangkannya dalam hidupnya. Orang mesti yakin bahwa hanya dengan melakukan hal-hal baik bagi sesama, orang dapat mengalami cinta yang besar pula dalam hidupnya.

Mari kita bertumbuh dan berkembang dalam cinta kasih terhadap sesama. Kita berusaha untuk terus-menerus mengasihi sesama dengan segenap hati. Tuhan memberkati. **

Frans de Sales, SCJ

740

27 Juli 2011

Melepas Egoisme bagi Hidup yang Lebih Baik



Ketika kaum perempuan belum mendapatkan pendidikan yang memadai, mereka dianggap sebagai kaum yang lemah. Akibatnya, mereka sering tidak diikutsertakan dalam berbagai segi kehidupan. Mereka sering dianggap sebagai pelengkap saja dalam kehidupan kaum pria.

Di zaman dulu, mereka dipingit. Mereka tidak boleh melakukan hal-hal yang baik di luar rumah. Kehidupan publik mereka sangat dibatasi. Akibatnya, kaum perempuan tetap tertinggal dari kaum lelaki dari berbagai segi kehidupan. Kondisi seperti ini mesti bukan menjadi suatu kebanggaan bagi umat manusia. Kita semestinya merasa trenyuh terhadap kondisi seperti ini. Yang mesti kita lakukan adalah kita memperjuangkan kemajuan kaum perempuan. Namun setelah pembatasan-pembatasan dibuka, kaum perempuan semakin mendapatkan kesempatan yang banyak untuk mengembangkan diri.

Kemajuan-kemajuan di berbagai bidang kehidupan pun diraih. Ada yang menjadi guru besar di perguruan tinggi. Ada yang menjadi pilot. Berliana Febrianti, pemain film dan sinetron, merasa bahwa kemajuan perempuan Indonesia sampai sekarang ini sangat membanggakan. Ia berkata, ”Perempuan itu makhluk yang kuat. Biarpun mereka mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perempuan (pada umumnya) tetap memiliki kekuatan untuk bertahan.”

Tentang KDRT yang sering terjadi, ia mengatakan bahwa kelihatannya perempuan yang mengalami KDRT tersebut tidak memberontak. Hal itu karena mereka ingin melindungi anaknya. Perempuan selalu berpikir panjang.

Untuk itu, ia berharap agar kaum pria tidak berlaku kasar terhadap kaum perempuan. Ibu dari tiga orang anak ini berkata, ”Lebih baik jika kaum lelaki mengerti, kekuatan perempuan itu luar biasa. Setidaknya, mereka bisa mengingat betapa besar kekuatan yang dimiliki ibu mereka.”

Sahabat, KDRT yang terjadi dalam kehidupan bersama itu merupakan salah satu bentuk perendahan terhadap martabat manusia. Kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga itu suatu bentuk tumbuh kuatnya egosime. Orang yang melakukan kekerasan itu hanya mementingkan diri sendiri. Kuasa egoisme itu bisa dihilangkan, kalau orang menyadari kehadiran sesama bukan hanya sebagai pelengkap. Namun kehadiran sesama itu sebagai suatu keharusan. Mengapa? Karena manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan sesama untuk menjalani kehidupan ini. Orang yang ingin maju dalam hidupnya mesti menerima kehadiran sesamanya. Kalau kesadaran ini senantiasa tumbuh dalam diri seseorang, ia akan mudah untuk menghargai kehadiran sesamanya. Karena itu, orang beriman mesti menukik ke dalam dirinya sendiri. Orang beriman mesti berani menerima kehadiran sesamanya sebagai partner dalam suka dan duka. Dengan demikian, hidup ini menjadi suatu kegembiraan bagi semua orang. Tuhan memberkati. **

Frans de Sales, SCJ


738

26 Juli 2011

Kurangi Pemanasan Global, Tanam Pohon


Pemanasan global menjadi keprihatinan banyak orang di dunia ini. Mengapa? Karena pemanasan global itu mengancam kehidupan manusia. Bumi yang semakin panas menyebabkan hidup ini tidak nyaman. Bumi bukan lagi menjadi tempat yang aman bagi hidup manusia.

Hal ini disebabkan oleh penghancuran hutan dan ekosistem yang menjaga bumi ini dari pemanasan global. Hutan tropis yang menyediakan oksigen dalam jumlah yang besar bagi dunia sudah semakin hilang. Burung-burung dan binatang-binatang hutan terus-menerus punah. Padahal kehadiran mereka untuk menjaga keseimbangan ekosistem di bumi manusia ini.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini bisa terjadi karena manusia rakus. Manusia mau menguasai seluruh alam ciptaan Tuhan ini. Manusia menebang pohon-pohon yang memadati bumi ini dengan alasan yang sangat suci. Manusia memunahkan binatang-binatang yang menghuni bumi ini. Akibatnya, bumi semakin memanas. Bumi seolah-olah marah terhadap bangsa manusia. Bencana alam silih berganti menimpa kehidupan manusia.

Apa yang harus dibuat oleh manusia untuk mengatasi pemanasan global itu? Pantaskah manusia mencuci tangan terhadap pemanasan global yang menimpa kehidupan ini? Bukankah manusia mesti bertanggungjawab atas pemanasan global ini?

Minggu, tanggal 18 April 2010 lalu, pemain film dan presenter Luna Maya terlibat dalam penanaman pohon di jalan pantai utara di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Mngenakan kaus putih berkerah hijau bertuliskan ”Trees for Life”, ia bersama 40 karyawan PT Djarum menghijaukan tepi jalan itu dengan pohon trembesi (Samanea saman. Luna mengaku prihatin terhadap kerusakan lingkungan dan pemanasan global. Salah satu upaya memulihkan kondisi tersebut adalah dengan menanam pohon, baik di jalur-jalur lalu lintas padat, kawasan industri, maupun lahan gundul. Ia berkata, ”Jangan lupa, sebisa mungkin pekarangan rumah kita ditanami pohon. Saya menanam mangga dan rambutan di halaman rumah.” Sebagai upaya konkret menghargai lingkungan hidup, Luna juga berusaha menghemat air bersih. Ia memilah-milah antara sampah organik dan anorganik. Pada waktu senggang, dia juga menyempatkan diri menyiram tanamannya. Ia berkata, ”Tanaman itu berguna bagi kehidupan generasi
mendatang.”

Sahabat, melestarikan lingkungan hidup dengan menanam pohon di sekitar kita menjadi tanggung jawab kita semua. Karena itu, kita mesti ambil langkah yang tepat untuk menyelamatkan bumi kita dari pemanasan global. Pohon-pohon yang kita tanam itu bukan hanya berguna bagi diri kita sendiri. Namun juga berguna bagi generasi mendatang.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa peduli terhadap lingkungan di mana kita hidup. Lingkungan yang segar dan sehat membantu kita untuk menjalani hidup ini dengan lebih baik. Hutan yang lestari itu membantu bumi ini terbebas dari pemanasan yang terus-menerus. Tuhan memberkati. **

Frans de Sales, SCJ

736

25 Juli 2011

Cinta Sejati Itu Tak Mengenal Batas


Cinta yang tulus tidak mengenal batas-batas. Cinta yang tulus tumbuh dalam situasi apa pun. Karena itu, orang yang saling mencintai itu tidak membatasi diri pada hal-hal yang baik dan menyenangkan saja. Orang yang saling mencintai itu saling menerima apa adanya. Mereka tidak memperhitungkan untung rugi dalam membina relasi cinta. Kisah cinta di bawah ini bukan sebuah dongeng. Ini kisah seorang istri yang rela mencintai dan berbagi kehidupan dengan lelaki, yang secara fisik tidak sempurna. Mengapa ia mau menjalin relasi cinta dengan sang suami yang tidak sempurna secara fisik itu?

Irma, begitu nama perempuan itu, berkata, “Karena saya yakin cinta datang dari hati. Meski saya pada awalnya tidak menyetujui.” Irma adalah seorang guru yang menikah dengan Zulfan, seorang duda yang mengalami lumpuh kedua kakinya. Awalnya Irma mengaku ragu untuk menerima Zulfan sebagai kekasihnya. Hal itu terjadi terutama karena melihat kekurangan fisik lelaki itu. Tetapi akhirnya hatinya pun luluh. Namun belum selesai sampai di situ. Ia kemudian menghadapi tantangan berikutnya. Orangtuanya menolak mentah-mentah lamaran Zulfan. Kekuatan cintalah yang kemudian
meyakinkan orangtuanya untuk menerimanya. Sahabat, sering orang mendahulukan penampilan fisik yang gagah perkasa atau cantik menawan. Sering hal-hal ini mendasari orang dalam menjalin percintaan. Benarkah pandangan seperti ini? Bukankah cinta menuntut sesuatu yang tidak terbatas? Bukankah cinta yang sejati menuntut orang
untuk saling menerima apa adanya?

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa cinta yang sejati tidak terlalu banyak membuat perhitungan. Cinta yang sejati itu mengalir begitu saja dalam hidup ini. Yang penting bagi manusia adalah menumbuhkan cinta yang sejati itu. Orang mesti berani menerima kekasihnya apa adanya. Tidak terlalu banyak memberikan penilaian terhadap kekasihnya. Namun sering yang terjadi dalam hidup sehari-hari adalah orang membendung cinta yang tanpa batas. Orang membatasi diri memilih sesuai dengan kesukaannya. Orang kurang melihat cinta yang tulus dari kekasihnya. Akibatnya, terjadi perendahan martabat manusia. Kita menyaksikan istri yang bunuh suaminya. Atau sebaliknya, suami yang tega menghilangkan nyawa istrinya. Hidup manusia akhirnya tidak damai. Hidup yang semestinya bahagia berubah menjadi hidup yang mengerikan. Karena itu, kita mesti bercermin dari cinta Tuhan yang begitu besar kepada manusia. Tuhan tidak pernah memilih untuk mencintai seseorang lebih dari yang lainnya. Tuhan mencintai semua orang yang telah diciptakan-Nya. Tuhan menerima semua ciptaan-Nya itu, entah cacat atau tidak. Tuhan menawarkan kasih-Nya itu kepada semua orang. Mari kita membangun cinta yang tanpa batas di antara kita. Dengan demikian, hidup ini menjadi lebih baik dan berguna bagi semua orang. Hidup ini menjadi suatu kesaksikan tentang kebaikan Tuhan. Rata PenuhTuhan memberkati. **

Frans de Sales, SCJ

735

24 Juli 2011

Menghargai Produk dalam Negeri


Menghargai karya sendiri tampaknya masih harus diperjuangkan oleh banyak warga negeri ini. Mengapa? Karena lebih banyak warga negeri ini yang lebih menyukai produk-produk luar negeri. Mereka merasa gengsi mereka lebih tinggi, ketika mereka menggunakan produk luar negeri itu. Padahal produk dalam negeri belum tentu kalah kualitasnya daripada produk luar negeri.

Salah seorang yang punya kecintaan terhadap produk dalam negeri adalah Carmanita. Perempuan perancang lulusan Jurusan Administrasi dan Keuangan Universitas San Fransisco, Amerika Serikat, ini menyukai batik. Ia mempromosikan batik untuk dipakai oleh anak-anak bangsa ini. Caranya sangat unik. Ia merancang motif batik menggunakan mobil Mercedes Benz. Mobil batik itu dicat dengan teknik air brush bermotif batik warna ungu dengan paduan putih. Tentang karyanya ini, ia berkata, “Saya mengerjakannya selama lebih kurang sebulan. Motifnya saya ambil dari motif kain batik kesayangan saya. Ya, tentu, ini kebanggaan saya karena karya ini the first in the world.”

Sahabat, tidak gampang mencintai produk negeri sendiri. Memang ada pepatah, hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Artinya, kecintaan terhadap produk-produk di negeri sendiri mesti menjadi hal yang utama. Namun dalam kenyataan hidup, banyak orang lebih memilih produk luar negeri untuk kebutuhan hidupnya.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Mungkin jawabannya adalah orang ingin tampil lebih bergengsi. Orang ingin dikatakan sebagai orang yang punya kemampuan yang lebih daripada orang lain. Orang ingin diakui kehadirannya. Orang ingin diakui kemapanannya. Meskipun untuk itu, orang mesti bayar lebih mahal. Tentu saja sikap seperti ini sah-sah saja. Orang memiliki kebebasan untuk menggunakan apa yang menjadi
keinginannya.

Namun orang juga mesti selalu terbuka untuk menghargai produk-produk negeri ini. Produk-produk negeri ini sebenarnya tidak kalah kualitas dari produk-produk luar negeri. Ada begitu banyak produk negeri ini yang memiliki kualitas yang tinggi. Karena itu, anak-anak bangsa ini mesti memiliki kepedulian untuk mempromosikannya.

Apa yang dibuat oleh Carmenita merupakan suatu langkah awal untuk sungguh-sungguh menghargai produk-produk negeri ini. Tentu saja ada banyak tantangan dan rintangan yang mesti dilalui. Orang mesti yakin bahwa produk negeri ini memiliki nilai dan mutu yang baik bagi kehidupan manusia.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa menghargai produk-produk unggul negeri ini. Dengan demikian, kita dapat memiliki daya kreatif yang tinggi untuk menciptakan produk-produk yang bermutu. Tuhan memberkati. **

Frans de Sales, SCJ

734

18 Juli 2011

Memaknai Alat-alat Teknologi sebagai Sarana




Suatu hari seorang bapak mengeluh tentang anaknya yang duduk di SMA. Bapak itu mengatakan bahwa anaknya sangat jauh berbeda. Tidak seperti waktu masih di SMP. Dulu anaknya itu mematuhi perintah-perintahnya. Sekarang anak itu sulit diatur. Dia lebih suka bermain game di komputer. Sampai tidak tahu waktu.

Bapak itu berkata, “Anak saya sekarang ini lebih banyak waktu di depan komputer. Begitu selesai sekolah, dia langsung menghilang. Tidak makan dulu. Sampai jam lima sore baru pulang ke rumah.”

Situasi seperti ini membuat bapak itu semakin resah. Ia semakin sulit mengatasi anaknya. Ada banyak alasan yang dikemukakan oleh anaknya. Tentang makan, misalnya, anaknya selalu mengatakan ia sudah makan. Padahal nyata-nyatanya belum makan. Ia kuatir kalau-kalau anaknya itu nanti jatuh sakit.

Bapak itu berkata, “Anak saya ini pernah sakit berat, karena kurang gizi. Dia harus dirawat di rumah sakit beberapa hari. Saya harus keluarkan biaya untuk rumah sakit. Padahal saya ini bukan orang kaya...”

Bapak itu tidak punya cara lagi untuk menghentikan kebiasaan buruk anaknya. Suatu hari bapak itu mendapatkan satu cara yang menurutnya sangat ampuh. Ia membelikan anaknya sebuah komputer lengkap dengan gamenya. Ia merasa senang melihat anaknya tidak meninggalkan rumahnya. Namun kebiasaan anaknya tetap sama. Ia terpaku di depan komputer itu bermain game.

Sahabat, alat-alat modern sedang menguasai hidup manusia. Manusia mudah terkecoh oleh hadirnya barang-barang elektronik yang mewah itu. Seolah-olah alat-alat itu menjadi segalanya dalam hidup manusia. Orang gampang tergoda. Orang sulit untuk melepaskan diri dari pengaruh alat-alat teknologi cangggih.

Keresahan bapak terhadap kebiasaan anaknya dalam kisah tadi menjadi salah satu contoh betapa orang mudah dikuasai oleh kecanggihan teknologi. Karena itu, orang mesti ingat bahwa alat-alat tekhnologi itu hanyalah sarana yang memudahkan manusia dalam hidup ini. Alat-alat itu bukanlah segalanya. Alat-alat itu mesti diperlakukan sebagai sarana. Bukan hal yang utama dalam hidup manusia.

Ketika orang mengandalkan alat-alat teknologi canggih itu dalam hidup, orang akan mengalami keresahan dalam hidupnya. Orang tidak akan mengalami ketenteraman dalam hidup ini. Rasa damai menjadi hilang. Orang akan bertengkar satu sama lain.

Sebagai orang beriman, kita mesti mengandalkan kekuatan Tuhan dalam hidup ini. Damai akan terjadi dalam hidup ini. Ketika orang mengandalkan Tuhan, yang terjadi adalah orang menjalani hidup ini dengan tenteram. Tidak akan ada keresahan dalam hidup ini. Soalnya, apakah manusia mau menyerahkan hidupnya kepada Tuhan? Atau manusia lebih mengandalkan diri dan alat-alat tekhnologi canggih dalam hidupnya?

Mari kita andalkan Tuhan dalam hidup ini. Alat-alat tekhnologi canggih yang kita miliki itu hanyalah sarana yang membantu kita untuk menyerahkan hidup kepada Tuhan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


733

17 Juli 2011

Terus Berjuang bagi Kepentingan Bersama



Masih adakah sosok orang-orang yang berani berkorban bagi bangsa dan negara di negeri ini? Bukankah banyak orang hanya mementingkan diri sendiri? Bukahkah berbagai persoalan korupsi di negeri ini bermula dari penonjolan kepentingan diri sendiri? Orang ingin kaya mendadak. Orang ingin memiliki harta dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Akibatnya, uang rakyat dirampas begitu saja dengan cara-cara yang tidak halal.

Kasus-kasus korupsi yang melibatkan berbagai pihak di negeri ini menjadi salah satu contoh tidak adanya orang-orang yang berani berkorban bagi bangsa dan negara. Mereka hanya bekerja demi kepentingan diri sendiri. Kepentingan rakyat banyak diabaikan. Akibatnya terjadi jenjang yang begitu dalam antara si kaya dan si miskin. Si kaya boleh berfoya-foya. Sedangkan si miskin terpaksa hidup apa adanya. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok saja tidak mampu.

Krisbiantoro merasakan situasi sekarang ini sebagai situasi yang memprihatinkan. Pria berusia 73 tahun ini pernah terlibat dalam masa perjuangan kemerdekaan negeri ini. Ia merasakan ada berbedaan yang begitu besar antara generasinya dengan generasi sekarang. Ia memberi contoh kasus kejahatan uang milik rakyat yang dilakukan oleh Gayus Tambunan.

Kris Biantoro mengatakan bahwa sepertinya generasi muda sekarang perlu untuk kembali ”dipertemukan” dan ”diperkenalkan” dengan sosok-sosok ksatria. Sosok orang-orang yang berani berkorban demi bangsa dan negara. Ia memberi contoh Jenderal Sudirman, Jenderal Ahmad Yani, Jenderal Gatot Subroto yang menjadi idola kaum muda pada zamannya. Mereka telah menunjukkan korban yang begitu besar bagi bangsa dan negara ini.

Sambil berseloroh, ia berkata, ”Jangan seperti sekarang. Hampir setiap hari kita ini dicekoki soal Gayus Tambunan.”

Sahabat, tugas setiap warga negara adalah menyelamatkan bangsa dan negara ini dari kehancuran. Namun soalnya adalah kita kekurangan kesatria yang berani berkorban. Artinya, orang-orang yang sungguh-sungguh berjuang bagi kepentingan bangsa dan negara ini.

Tentu saja hal ini terjadi karena bangsa kita sudah kehilangan semangat berjuang. Yang ada sekarang ini adalah bangsa penikmat. Perjuangan untuk merebut kemerdekaan sudah lama berlalu. Perjuangan untuk membangun bangsa dan negara ini juga tampaknya sudah berlalu. Karena itu, yang ada sekarang adalah menikmati hasil perjuangan dan pembangunan. Tidak usah heran tumbuh dan berkembang Gayus-gayus dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Karena itu, apa yang dikatakan oleh Krisbiantoro patut kita serap dalam hidup kita. Sebagai bangsa, kita perlu mencontoh sosok-sosok pejuang. Mereka telah berani mengorbankan hidup untuk kita. Mereka memberi semangat bagi kita untuk memacu diri menjadi bangsa pejuang. Mari kita terus-menerus berjuang bagi kemajuan bangsa dan negara ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


732

16 Juli 2011

Membangun Komunikasi Kasih



Brutalisme bisa terjadi karena miskomunikasi atau komunikasi yang tidak berjalan dengan baik. Peristiwa berdarah yang terjadi di Koja, Jakarta Utara, Rabu tanggal 14 April 2010 lalu merupakan salah satu contohnya. Menurut beberapa sumber, ada miskomunikasi antara pimpinan dengan anak buah di lapangan. Komunikasi yang tidak berjalan dengan baik itu menyebabkan terjadinya kerusuhan. Orang tidak saling mengerti. Akibatnya, yang dilakukan adalah menyerang orang lain.

Menyaksikan hal ini, seorang penyiar radio sekaligus pembawa acara, merasa galau. Jatuhnya korban tewas dan banyaknya korban luka mengusik hatinya. Ia berkata, ”Brutalitasme ini buah dari ranting dan cabang miskomunikasi yang buruk antara aparat dan masyarakat. Akarnya adalah hukum yang tak kenal rasa keadilan, lalu ditiup angin bisik-bisik kepentingan. Ini puisi kegalauan hatiku.”

Menurutnya, ketidakadilan yang dirasakan rakyat sudah demikian dalam. Akibatnya, mudah sekali meluap menjadi kebrutalan. Ia berkata, ”Pendengar radio di mana aku siaran juga mempertanyakan mengapa hal itu bisa terjadi? Satpol PP memang menggemaskan. Tetapi saat personelnya ada yang meninggal dunia, kita juga merasa prihatin dan simpati. Mereka juga manusia.”

Ia mengimbau para penegak hukum supaya tidak hanya bicara soal hukum formal, tetapi memperhatikan juga rasa keadilan. Ia berkata, ”Kalau negara ini cinta rakyatnya, sebaiknya aparat negara tidak menggunakan cara-cara kekerasan. Lebih baik kita berdialog. Meski alot dan lama, hasilnya memuaskan dan bisa meminimalkan korban.”

Sahabat, kita hidup dalam dunia komunikasi yang begitu maju. Ada alat-alat komunikasi yang dapat membantu manusia untuk menjalin komunikasi dengan sesamanya. Soalnya adalah apakah manusia sungguh-sungguh menggunakan komunikasi itu demi kebaikan? Atau manusia menggunakan alat-alat komunikasi itu untuk menindas yang lain?

Persoalan yang terjadi adalah manusia tidak sungguh-sungguh menjalin komunikasi. Dalam komunikasi itu yang terjadi hanya satu arah. Akibatnya, komunikasi yang tidak berjalan dengan semestinya itu dapat menimbulkan ketidakadilan. Pihak yang satu memaksakan kehendaknya kepada pihak yang lain. Ada tindakan penindasan dalam hal ini.

Karena itu, manusia mesti mengubah pola berkomunikasi. Dengan alat-alat komunikasi yang canggih di zaman modern ini, orang mesti menggunakannya sebaik-baiknya untuk kemajuan bersama.

Untuk itu, komunikasi yang dilakukan itu mesti mendahulukan kepentingan bersama. Komunikasi yang mementingkan kedamaian bagi semua orang. Tentu saja hal ini tidak mudah dilakukan. Namun kalau orang sungguh-sungguh mau belajar, orang akan menemukan suatu komunikasi yang membahagiakan semua orang.

Sebagai orang beriman, komunikasi yang kita lakukan mesti berlandaskan pada kasih seorang terhadap yang lain. Kita ingin membangun komunikasi, karena kita mengasihi sesama kita. Kita ingin agar kasih itu menjadi andalan dalam hidup ini. Mari kita terus-menerus membangun komunikasi kasih di antara kita. Dengan demikian, hidup ini menjadi sesuatu yang membahagiakan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


731

Dahulukan Karakter Damai



Kisah mengerikan terjadi di daerah Koja, Tanjung Priok, Rabu, tanggal 14 April 2010 lalu. Di jalanan, ribuan warga melempari aparat Satuan Polisi Pamong Praja dan polisi dengan apa saja. Sesekali mengejar petugas, kemudian merampas peralatan mereka. Aparat juga melawan. Mereka bergiliran melemparkan batu ke arah warga. Sesekali menembakkan meriam air atau gas air mata ke kerumunan warga. Kejar-kejaran tak terhindarkan.

Perang kota ini hanya berlangsung di jalan di wilayah Koja, Jakarta Utara. Perang tak terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja yang menjadi tempat perawatan korban-korban luka. Kedua pihak dirawat di satu ruang, Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Koja. Rumah sakit ini juga menjadi tempat berlindung bagi mereka yang lelah berperang di jalan.
Rata Penuh
Di RSUD Koja tidak ada permusuhan. Semua yang berada di tempat ini hanya mereka yang memerlukan pertolongan. Pihak rumah sakit mengambil sikap tegas. Caroline, Wakil Direktur RSUD Koja, berkata, ”Kami harap tenang, sabar. Jangan ganggu kami memberi pengobatan. Semua warga akan kami tolong.”

Selama bentrok berdarah itu, kepanikan terpusat di Ruang IGD RSUD Koja. Sanak keluarga menunggu di depan pintu masuk ruangan itu. Hampir semua korban dibawa tim medis dengan ambulans ke ruangan ini. Suasana di IGD RSUD Koja hiruk-pikuk. Selama penantian para korban luka, mereka yang bertikai tak saling bentrok di rumah sakit. Kedua pihak sama-sama bisa menahan diri.

Sahabat, bentrokan fisik selalu meninggalkan kepedihan bagi mereka yang menjadi korban. Ada yang mesti menanggung penderitaan. Peristiwa yang terjadi di Tanjung Priok itu (atau di mana saja) menjadi sebuah bahan refleksi bagi manusia. Rakyat dan pihak yang memiliki kekuasaan mesti merefleksikan peristiwa yang terjadi. Mengapa harus terjadi bentrokan fisik di antara manusia? Bukankah ada cara-cara damai yang mesti dilalui untuk mengatasi bentrok fisik?

Karena itu, yang dibutuhkan dalam hidup manusia ini adalah karakter manusia yang senantiasa mendahulukan damai. Tidak gampang menemukan orang yang memiliki karakter seperti ini. Orang mesti berusaha dengan berbagai cara untuk memiliki karakter yang kuat dalam memperjuangkan damai dalam hidup. Ada berbagai tantangan yang mesti dihadapi.

Orang beriman diajak untuk memiliki karakter yang senantiasa mendahulukan damai. Untuk itu, orang beriman mesti menjauhkan dirinya dari permusuhan dan kebencian dalam hatinya. Orang mesti melepaskan diri dari dua hal ini untuk menumbuhkan karakter damai dalam dirinya. Tentu saja hal ini tidak mudah.

Namun kita dapat menyerap contoh dalam tragedi Tanjung Priok dalam kisah tadi. Orang mesti berani untuk saling mengampuni dalam hidup ini. Dengan demikian, hidup ini memiliki makna yang lebih mendalam. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


730

Berani Meninggalkan Keinginan Pribadi


Perceraian selalu meninggalkan kepedihan dalam hidup. Pasangan yang bercerai sebenarnya mengingkari cinta yang telah lama mereka jalin. Mereka mengakui kegagalan dalam membangun cinta itu. Karena itu, jalan pintas mereka pilih. Untuk sementara, peristiwa Rata Penuhperceraian menguntungkan kedua belah pihak. Namun mesti diakui bahwa peristiwa perceraian meninggalkan luka dalam diri orang-orang yang hidup di sekitar mereka.

Pengalaman ini dialami aktor Jake Gyllenhaal yang tak kuasa menghilangkan rasa sedihnya saat kedua orangtuanya mengabarkan perceraian mereka setelah 29 tahun menikah. Namun, bintang film Brokeback Mountain berusia 29 tahun ini menghormati keputusan orangtuanya itu.

Ia berkata, ”Sesakit apa pun perceraian itu, kita semakin realistis melihat sebuah hubungan. Ada hubungan pernikahan yang bisa berlangsung selamanya, tetapi ada pula yang sementara saja. Perlu keberanian mereka untuk membuat keputusan ini. Mereka tetap orangtua yang luar biasa bagi saya dan saudara saya aktris Maggie Gyllenhaal.”

Melalui perceraian orangtuanya ini, Gyllenhaal mengaku bahwa tidak ada yang sempurna dalam hidup ini. Namun orang mesti tetap selalu berusaha untuk meraih kesempurnaan dalam hidup ini. Untuk mencapai kesempurnaan itu tidak gampang. Tidak sekali jadi dalam satu usaha. Ada aral yang melintang dalam usaha untuk meraih kesempurnaan itu.

Sahabat, banyak orang tahu dan mengerti bahwa perceraian itu meninggalkan penderitaan dalam hidup ini. Ada luka yang terasa sakit yang menusuk hati seseorang. Namun sering orang mengambil langkah nekat untuk saling bercerai. Orang memutuskan untuk berpisah dengan berbagai alasan.

Pertanyaannya, mengapa manusia tega untuk saling memisahkan diri dari perkawinan yang sakral dan suci itu? Jawaban atas pertanyaan ini tentu saja bermacam ragam. Namun satu hal yang pasti, yaitu egoisme menjadi faktor paling kuat dalam perceraian itu. Orang hanya mementingkan keinginan dirinya sendiri. Orang memaksakan keinginan dirinya sendiri kepada pasangannya. Tidak ada kesepakatan di antara pasangan ini. Yang mereka pentingkan hanyalah pemenuhan egoisme mereka.

Karena itu, orang beriman mesti selalu hati-hati dalam hal ini. Orang tidak boleh cepat-cepat memutuskan untuk berpisah setelah menjalin relasi cinta yang mendalam dan lama. Orang mesti berusaha untuk mengerti pasangannya. Orang tidak boleh memaksakan kehendaknya sendiri terjadi dalam kehidupan berkeluarga.

Ketika sebuah pasangan menyadari sungguh-sungguh makna perkawinan dalam hidup mereka, perkawinan mereka akan langgeng. Namun ketika orang hanya mementingkan keinginan dirinya sendiri, perkawinan akan mudah rapuh dan goyah. Karena itu, orang beriman yang hidup dalam perkawinan mesti selalu menyadari pentingnya perkawinan bagi keselamatan dan kebahagiaan masing-masing pasangan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


729

13 Juli 2011

Berani Menghadapi Persoalan Hidup


Suatu hari ada seorang pemuda yang datang kepada seorang guru bijaksana. Ia mengaku ia sedang punya persoalan yang sangat sulit ia pecahkan. Persoalannya, ia harus menjalani studi yang tidak ia sukai. Studi yang sekarang ia jalani itu dipaksakan oleh orangtuanya. Karena itu, ia meminta nasihat kepada guru bijaksana itu untuk memutuskan untuk tidak melanjutkan studinya itu.

Ia berkata, “Guru, saya tidak bisa mengikuti paksaan orangtua begitu saja. Saya ingin studi menurut apa yang saya kehendaki. Jurusan yang saya geluti sekarang tidak saya sukai. Saya mengalami kesulitan yang luar biasa.”

Guru bijaksana itu memandang pemuda itu dengan wajah sedih. Ia menatap dalam-dalam mata pemuda itu. Dalam hati ia bertanya, “Mengapa pemuda ini begitu resah dengan hidupnya?”

Setelah beberapa lama terdiam, pemuda itu berkata, “Guru, bantu saya untuk keluar dari persoalan saya ini. Saya ingin pindah jurusan. Saya tidak kuat lagi.”

Sambil menatap matanya, guru bijaksana itu berkata, “Anakku, saya mengerti sekarang ini Anda sedang menghadapi persoalan. Tetapi apakah Anda tidak berpikir sebaliknya? Kalau dulu Anda sekolah di jurusan ini berdasarkan kehendak orangtua, sekarang Anda mesti berpikir bahwa studi Anda saat ini berdasarkan kehendak Anda. Mengapa? Karena saya tidak ingin Anda lari dari persoalan Anda. Anda mesti menyelesaikannya dengan bijaksana.”

Sahabat, sering orang mudah lari dari persoalan-persoalan yang dihadapinya. Orang tidak berani menghadapi persoalannya itu. Sebenarnya ketika seseorang melarikan diri dari persoalannya, persoalan itu tetap ada dalam dirinya. Persoalan itu akan tetap menjadi ganjalan bagi hidupnya. Karena itu, cara yang terbaik adalah menghadapi persoalan itu hingga tuntas.

Orang yang sering lari dari persoalannya menunjukkan bahwa orang itu tidak bisa bertanggung jawab atas hidupnya. Orang seperti ini lebih mudah meninggalkan setiap persoalan yang dihadapinya. Sebenarnya hal ini merugikan dirinya sendiri. Mengapa? Karena persoalannya menjadi banyak dan bertumpuk-tumpuk. Ia dililit oleh persoalan demi persoalan. Ia menjadi tidak tenang.

Karena itu, orang beriman itu mesti berani menghadapi setiap persoalan yang dihadapinya. Orang beriman itu mesti berani menyelesaikan persoalan demi persoalan yang dihadapinya. Hanya dengan cara ini, orang bertanggungjawab atas hidupnya. Orang tidak gampang melarikan diri dari persoalan-persoalan.

Mari kita berusaha untuk menyelesaikan setiap persoalan yang kita hadapi dengan lapang dada. Dengan demikian, hidup kita menjadi damai dan bahagia. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


728

12 Juli 2011

Mensyukuri Anugerah Hidup

Ada seorang pemuda yang selalu berusaha untuk mensyukuri hidup ini. Mengapa? Karena ia merasa bahwa hidup ini anugerah dari Tuhan. Hanya Tuhan yang mampu memberikan hidup ini kepada manusia. Karena itu, hidup ini bukan milik manusia. Tuhanlah yang memiliki kehidupan ini. Manusia hanya diberi tanggung jawab untuk memelihara hidupnya sebaik-baiknya.

Cara pemuda itu mensyukuri hidup ini adalah dengan menjaga tubuhnya tetap sehat. Ia rajin berolahraga. Ia makan makanan yang sehat dan bergizi. Ia tidak merokok. Ia menjauhi minuman keras. Bahkan ia selalu berusaha untuk mengingatkan teman-temannya untuk selalu hidup sehat. Ia ingin agar usaha mensyukuri hidup ini tidak hanya datang dari dirinya sendiri saja. Ia ingin agar teman-temannya pun mensyukuri hidup ini.

Dengan cara begitu, ia mau mengatakan bahwa setiap orang punya kesempatan untuk merefleksikan anugerah Tuhan berupa hidup kepada manusia. Dengan mensyukuri hidup ini, manusia akan mengalami kebahagiaan dalam hidupnya. Manusia tidak perlu kuatir akan hidup ini. Mengapa? Karena Tuhan sendirilah yang menyelenggarakan hidup ini. Tuhan sendiri yang melindungi dan menyertai perjalanan hidup manusia. Inilah iman yang ditunjukkan oleh pemuda itu. Dalam iman itu, ia memiliki keyakinan bahwa hidup manusia mesti selalu dipertahankan.

Sahabat, kita hidup di zaman yang serba instan dan serba gampang. Orang tidak mau susah-susah untuk menjalani hidup ini. Kalau ada persoalan, orang gampang melarikan diri. Orang tidak berani menghadapi persoalan hidupnya.

Akibatnya, manusia sering tidak kuat dalam hidupnya. Manusia pasrah begitu saja pada apa yang terjadi pada dirinya. Akibatnya, manusia kurang mensyukuri hidup ini. Kalau dirinya disakiti, ia akan membalasnya dengan menyakiti orang lain.

Untuk itu, apa yang mesti dibuat oleh manusia? Pertama-tama yang harus dilakukan adalah manusia mesti berani menerima hidup ini apa adanya. Manusia mesti berani mempertanggungjawabkan kehidupan yang telah dianugerahkan Tuhan bagi dirinya.

Lantas manusia mesti mensyukuri hidup ini. Artinya, manusia berusaha terus-menerus untuk merawat dirinya. Orang tidak mudah jatuh ke dalam godaan-godaan yang menghancurkan dirinya sendiri. Orang mesti menjaga dan memelihara hidup yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya.

Tentu saja hal ini tidak mudah. Butuh waktu dan perjuangan. Orang tidak bisa mengatakan bahwa dirinya akan seratus persen berhasil dalam hidupnya. Ada berbagai hal yang mesti dilakukan untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya.

Karena itu, sebagai insan ciptaan Tuhan, kita diharapan untuk terus-menerus mensyukuri hidup ini. Dengan demikian, kita akan menemukan kebahagiaan dan damai. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

727

11 Juli 2011

Hidup dalam Proses untuk Meraih Sukses



Kata orang, manusia yang meraih kesuksesan dalam waktu singkat dan instan itu mesti dipertanyakan. Mungkin saja orang tersebut adalah orang yang sangat jenius. Atau orang tersebut baru saja mendapatkan warisan triliunan rupiah. Tetapi kalau hidup biasa-biasa saja, tentu saja orang tidak akan bisa meraih kesuksesan dalam waktu singkat secara instan. Orang mesti berusaha terus-menerus dengan berbagai strategi untuk meraih kesuksesan itu.

Karena itu, dalam benak orang mesti selalu ditanamkan bahwa suatu kesuksesan mesti diraih melalui suatu proses. Dalam proses itu orang dapat saja mengalami jatuh dan bangun. Orang mungkin mengalami kegetiran dalam hidupnya, karena kesuksesan belum juga diraih. Orang mungkin harus mengubah strategi untuk meraih kesuksesan secara maksimal.

Penyanyi dan pencipta lagu populer Melly Goeslaw, misalnya, mengalami bahwa ia tidak meraih kesuksesannya secara instan. Perempuan yang berusia 37 tahun ini memulainya sejak masih sekolah dasar dengan kebiasaan menuliskan kemarahan dan keinginan hati yang malu dia sampaikan kepada orangtuanya.

Ketika membentuk band Potret, lagu-lagunya belum diterima masyarakat. Album pertama mereka hanya laku 3.000 keping. Namun, dia tak berhenti. Potret lalu mengusung konsep minimalis dan lirik nyeleneh. Musik Potret pun mulai diapresiasi para kritikus. Band ini dianggap berani beda, baik musik maupun vokalisnya. Ketika itu, vokalis band umumnya lelaki.

Ia berkata, ”Adakalanya secara finansial kita gagal, tetapi secara konsep diakui bagus. Tak selalu kita bisa mendapatkan kedua hal itu sekaligus.”

Dari band yang awalnya tidak laku, kemudian Potret menjadi pembuka konser band Slank. Setelah itu, Potret terus berproses hingga lagu-lagunya dikenal masyarakat.

Sahabat, banyak orang bermimpi untuk sukses dalam waktu yang serba cepat. Kalau seseorang membuka usaha tambak ikan, misalnya, ia bermimpi dalam waktu beberapa bulan ia akan meraup hasil yang berlimpah.

Harus dikatakan bahwa orang boleh bermimpi tentang hal ini. Namun orang mesti sadar bahwa bisa saja sebagian besar ikan yang ditabur di dalam tambak itu hilang. Bisa saja di dalam kolam ada predator yang memangsa ikan-ikan yang baru ditabur itu. Karena itu, orang mesti belajar untuk mencermatinya.

Apa yang dialami oleh Melly Goeslaw menjadi pelajaran bagi kita semua untuk menjalani hidup ini dalam suatu proses. Ketika kita menjalani hidup ini melalui suatu proses, kita akan menemukan berbagai kesuksesan dalam hidup ini.

Ketika kita gagal, kita berusaha untuk mencari strategi-strategi baru untuk mengatasi kegagalan itu. Dengan demikian, kita akan meraih sukses bagi hidup kita. Hidup kita menjadi lebih baik dan bahagia. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

726

10 Juli 2011

Pentingnya Air dan Lingkungan Hidup



Kepedulian terhadap lestarinya lingkungan hidup mesti menjadi bagian dari semangat hidup semua orang. Berbagai cara mesti dilakukan untuk menjaga dan menyelamatkan lingkungan hidup. Semua orang mesti dilibatkan dalam usaha menyelamatkan lingkungan hidup itu. Mengapa? Karena lingkungan hidup itu bukan hanya milik segelintir orang saja. Lingkungan hidup ini milik kita semua.

Apa jadinya kalau lingkungan hidup yang kita diami ini semakin tidak bersahabat dengan kita? Apa jadinya, kalau kita semua hidup di suatu dunia yang gersang? Tentu kita akan mengalami kegelisahan dalam hidup ini. Ketika air menghilang dari bumi kita, misalnya, kita tidak bisa hidup lagi. Ketika pohon-pohon lenyap dari lingkungan kita hidup, misalnya, kita akan mengalami situasi kekeringan.

Karena itu, upaya pelestarian hidup mesti selalu didengung-dengungkan. Band God Bless, misalnya, erpartisipasi dalam konser peduli air Live Earth, Minggu, tanggal 18 April 2010 lalu di Bali. Band rock legendaris yang digawangi Achmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), Donny Fattah (bas), Abadi Soesman (kibor) dan Yaya Moektio (drum) ini membawakan sejumlah lagu yang sarat pesan sosial dan lingkungan. Lagu-lagu tersebut adalah Biarkan Hijau, Bara Timur dan Anak Adam.

Ia Antono berkata, ”Kami senang bisa berpartisipasi di konser Live Earth. Melalui acara ini, kami berharap masyarakat peduli krisis air yang melanda dunia. Minimal mereka tahu ada persoalan itu.”

Konser itu merupakan salah satu dari acara serupa yang digelar di berbagai tempat di dunia, seperti di Buenos Aires (Argentina), Cape Town (Afrika Selatan), serta Chicago (Amerika Serikat). Konser Live Earth pertama kali digelar di tujuh benua pada tahun 2007 lalu atas prakarsa produser Kevin Wall bekerja sama dengan mantan Wakil Presiden AS Al Gore.

Konser itu diawali dengan lari bersama sejauh enam kilometer sebagai simbol jarak yang harus ditempuh warga di negara krisis air untuk mendapatkan air bersih. Dari konser itu, tergalang dana guna penyediaan air bersih di desa rawan air di Indonesia.

Sahabat, kesadaraan akan pentingnya air dan lingkungan hidup menjadi sangat mendesak saat ini. Mengapa? Karena air menjadi salah satu sumber kehidupan manusia. Tanpa air, manusia tidak bisa hidup. Para ahli mengatakan bahwa tubuh manusia ini terdiri dari 70 persen air. Artinya, tanpa air manusia akan menjadi kering dan mati.

Namun sering manusia kurang peduli terhadap hadirnya air dalam hidup ini. Manusia begitu terbiasa untuk mencemari air. Manusia mudah sekali menghancurkan hutan-hutan dari mana sumber air itu berasal.

Karena itu, melalui konser air Live Earth itu mudah-mudahan kita semua disadarkan akan pentingnya air bagi kehidupan kita. Mari kita terus-menerus berusaha untuk melestarikan air bagi kebutuhan hidup kita. Dengan demikian, kita menjadi makhluk yang senantiasa peduli terhadap air dan lingkungan hidup kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


725

09 Juli 2011

Jaukan Diri dari Korupsi


Indonesia mendapat cap negeri terkorup di dunia. Tentu saja cap ini membuat telinga kita memerah. Betapa tidak? Korupsi itu suatu tindak pidana merampok uang rakyat. Karena itu, tidaklah sesuai dengan semangat reformasi yang telah dihembuskan oleh para pemimpin negeri ini.

Beberapa tahun lalu presiden negeri ini sudah menyerukan pemberantasan korupsi. Banyak koruptor yang sudah mendekam di penjara. Namun sistim korupsi pun diubah oleh para koruptor yang masih berkeliaran.

Karena itu, apa yang mesti dibuat? Yang mesti dilakukan adalah memberikan penyadaran kepada setiap insan yang hidup di negeri ini. Orang mesti sadar bahwa korupsi merupakan bentuk pengkhianatan terhadap hati nurani. Orang tidak berani mengakui keterbatasan dirinya. Orang memaksakan diri untuk menjadi kaya dalam waktu singkat.

Salah satu kegiatan penyadaran itu dilakukan oleh Mahfud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi. Awal April tahun lalu, ia berpidato di depan ratusan anggota Korpri Jawa Timur di Kantor Gubernur Jatim di Surabaya. Dalam pidatonya, Mahfud membahas habis-habisan soal korupsi di Indonesia.

Ia berkata, ”Saya mengimbau, nikmati saja pekerjaan sebagai PNS (pegawai negeri sipil). Lakukanlah pekerjaan dengan jujur, enggak usah macam-macam.”

Di hadapan para PNS, Mahfud mengatakan, para koruptor sering kali bersembunyi di balik hukum. Mereka menjadikan hukum sebagai sarana untuk menyembunyikan diri dari segala macam tindakan korupsi.

Ia berkata, ”Mereka memang berpegang pada hukum, tetapi tidak pada moral.”

Mahfud menilai, kebiasaan buruk korupsi di Indonesia sudah sedemikian parah. Kondisi ini bukan karena jeleknya hukum, melainkan karena buruknya mental masyarakat. Karena itu, pemberantasan korupsi membutuhkan waktu lama.

Sahabat, perubahan sikap hidup dan moral mesti segera dilakukan oleh setiap insan yang hidup di negeri ini. Mengapa? Karena sikap hidup dan moral manusia Indonesia sudah terkontaminasi oleh korupsi yang terjadi di negeri ini. Korupsi sudah mengakar kuat dalam kehidupan manusia. Satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari situasi ini adalah mengubah pola hidup, sikap hidup dan moral.

Sebagai orang beriman, kita tentu prihatin terhadap situasi karut marut yang mencabik bangsa kita dengan skandal korupsi. Namun tidak cukup kita hanya prihatin. Harus ada gerakan dari diri kita untuk memerangi korupsi itu.

Caranya adalah dengan hidup ugahari sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Kita tidak memaksakan kehendak untuk menjadi kaya dalam waktu singkat. Kita mesti ingat bahwa kita hidup dalam suatu proses. Mari kita berusaha untuk menjauhkan diri dari korupsi. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


724

08 Juli 2011

Berani Memberi Hidup bagi Sesama




Ia tergolong siswi yang tangguh, cerdas, dan tegas. Betapa tidak? Baru SMA ia sudah menjadi pramusaji di sebuah restoran. Menurut pengakuan gadis berusia 15 tahun ini, ia harus melakukan pekerjaan itu untuk menghidupi keluarganya. Ia datang dari keluarga tidak mampu. Apalagi ayahnya sudah tidak bisa bekerja lagi. Ayahnya mengalami suatu kecelakaan yang menyebabkan kedua kakinya diamputasi.

Ketika pertama kali menyaksikan kondisi ayahnya yang tak berdaya, ia tidak tahan. Ia berbisik kepada ibunya, “Bu, saya yang harus menggantikan peran ayah dalam keluarga kita. Ibu tidak usah kuatir.”

Sang ibu hanya sedih memandangnya. Sebenarnya ia tidak tega menyaksikan anak yang masih kecil itu banting tulang bekerja untuk keluarga. Namun demi kelangsungan hidup keluarga, ia pun rela. Ia masih punya dua orang anak yang mesti ia hidupi. Dua anak itu masih kecil-kecil. Mereka masih butuh pendampingan darinya.

Si sulung mesti berkorban untuk keluarganya. Ia pergi ke kota yang terdekat. Di sana ia mulai bekerja di sebuah restoran. Setiap bulan ia pulang ke rumahnya dengan segepok uang di tangan. Uang itulah menjadi biaya hidup bagi orangtua dan kedua adiknya. Ia merasa bahagia. Ia merasa senang menjalani pekerjaan itu. Hidupnya pun tetap ugahari. Tidak berubah.

Sahabat, kita hidup dalam dunia yang begitu menantang. Tantangan itu bisa saja datang dari orang lain di sekitar kita. Tantangan itu juga datang dari diri kita sendiri. Soalnya adalah bagaimana orang menghadapi tantangan-tantangan itu?

Kalau orang tidak berani menghadapi tantangan, ia akan terpuruk dalam kehidupan ini. Namun kalau ia kuat dan berani menghadapi tantangan, ia akan tegar menjalani kehidupan ini. Ada kreativitas yang akan tumbuh dalam perjalanan hidupnya. Ada cara-cara yang baik yang dapat ditemukan untuk keluar dari persoalan-persoalan hidup.

Gadis dalam kisah di atas mengatakan kepada kita bahwa tantangan hidup mesti ia jawab. Ia tidak bisa menghadapi kehidupan ini dengan menyerah begitu saja pada keadaannya. Ia mesti bangkit. Ia mesti mengambil alih tanggung jawab. Yang ia pikirkan bukan dirinya sendiri lagi. Yang ia pikirkan adalah keselamatan keluarganya. Karena itu, ia berani berkorban. Ia memberikan dirinya demi cinta yang besar kepada sesamanya. Cinta itu menjadi nyata dalam tindakan. Cinta itu tidak hanya di mulut saja.

Sebagai orang beriman, kita mesti sadar bahwa kita hidup bukan hanya untuk diri kita sendiri. Kita juga hidup untuk orang lain. Kita memberikan hidup kita untuk orang lain.

Ketika kita menyatakan kita mencintai sesama kita, yang mesti kita lakukan adalah berbuat baik kepada sesama itu. Kita mesti berani melakukan hal-hal yang berguna bagi kehidupan bersama. Dengan demikian, hidup ini menjadi bermakna bagi sesama. Mari kita berusaha untuk memberi hidup kita bagi kesejahteraan bersama melalui cinta yang nyata. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


723

07 Juli 2011

Sejarah Masa Lalu sebagai Titik Pijak Kemajuan



Banyak orang merasa bahwa sejarah masa lalu hanyalah kenangan yang tidak harus dikenang lagi oleh manusia. Mengapa? Mungkin ada yang merasa sejarah masa lalunya begitu pahit, sehingga ia tidak perlu mengingat-ingat lagi. Karena itu, mengingat sejarah masa lalu hanyalah saat untuk membangkitkan lagi kepahitan masa lalu.

Andara Rainy (24) adalah Putri Pariwisata Indonesia berdecak kagum ketika menyaksikan dari dekat benda-benda pusaka Keraton Kesultanan Ternate. Selama dua hari, Rabu hingga Kamis awal April 2010, ia berada di bumi rempah-rempah itu untuk menghadiri Legu Gam Moloku Kie Raha, pesta rakyat Maluku Utara 2010.

Setelah menyaksikan Sultan Ternate ke-48 Jo Ou Kolano Mudaffar Sjah melepas kirab obor keliling Kota Ternate, Rabu malam, Andara mengelilingi ruang utama keraton yang terletak di lantai II. Ditemani Permaisuri Sultan Ternate Boki Ratu Nita Budi Susanti, ia antusias melihat pajangan pakaian kebesaran dan panji-panji Kesultanan Ternate yang sudah eksis sejak tahun 1500.

Perempuan kelahiran Jakarta 24 tahun lalu ini berkata, ”Saya teringat zaman keemasan kerajaan-kerajaan Nusantara masa lalu. Dulu cuma tahu dari buku-buku pelajaran sejarah, betapa rempah-rempah Ternate diperebutkan Portugis, Spanyol dan Belanda. Sekarang saya sudah berada langsung di keratonnya.”

Ia mengagumi Kesultanan Ternate sebagai simpul budaya Nusantara yang hingga kini masih dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat. Dalam era globalisasi, ia memandang keraton sebagai salah satu pranata pelestari sistem nilai dan budaya bangsa yang luhur.

Sahabat, usaha mengenang sejarah masa lalu bukanlah suatu cara untuk mengungkit luka lama. Mengenang sejarah masa lalu membantu kita untuk membangun kehidupan kita yang lebih baik. Bagi mereka yang mengalami kepahitan di masa lalu, pengenangan sejarah masa lalu menjadi suatu kesempatan untuk memacu diri untuk lebih maju. Bagi mereka yang mengalami masa lalu sebagai masa yang indah dapat menggunakannya untuk memacu dirinya agar lebih maju.

Karena itu, orang mesti melihat sejarah masa lalu sebagai suatu peristiwa yang membantu hidupnya menjadi lebih baik. Mengenal sejarah kehidupan manusia dapat membantu manusia untuk membangun kehidupan yang lebih sejahtera. Untuk itu, orang mesti berani menerima masa lalunya entah baik atau buruk. Langkah selanjutnya adalah mengolah masa lalu itu menjadi suatu kekuatan untuk pengembangan dirinya.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa mengenal sejarah masa lalu menjadi suatu unsur yang penting dalam hidup ini. Mengenal sejarah masa lalu itu menumbuhkan cinta yang semakin besar terhadap kehidupan. Ternyata ada perjuangan yang begitu besar dalam meraih kesuksesan hidup.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk tidak menutup-nutupi sejarah masa lalu kita. Sejarah masa lalu itu kita terima dengan sukacita, sehingga menjadi dasar bagi kita untuk memperjuangkan kehidupan ini. Mari kita berusaha untuk menerima sejarah masa lalu kita untuk kita jadikan titik pijak bagi kemajuan dan kesuksesan hidup kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


722

06 Juli 2011

Hidup Ini Anugerah Cuma-cuma


Awal April tahun lalu diberitakan hilangnya seorang anak cacat bernama Paulette Gebara Farah di kota Meksiko. Lenyapnya anak berusia emnpat tahun ini menjadi pembicaraan banyak orang di seluruh kota. Orang membicarakan peristiwa itu di jalan-jalan, restoran. Media massa di negeri itu memberitakan peristiwa menyedihkan itu. Bahkan jejaring sosial pun ikut sibuk membicarakan hilangnya anak yang tidak bisa bicara dan berjalan itu.

Gadis cilik itu tinggal bersama orangtuanya di sebuah apartemen mewah. Ibu gadis cilik yang seorang pengacara itu mengalami penderitaan atas peristiwa itu. Ia memasang poster di berbagai tempat. Ia memohon agar kalau ada orang yang menemukan putrinya segera mengembalikannya.

Ia berkata, ”Satu-satunya yang saya inginkan adalah mendapatkan anak saya kembali. Dia bocah khusus yang memerlukan orangtuanya, yang tak bisa bertahan sendiri. Dia mempunyai keluarga yang sangat mencintainya dan mau memberikan nyawa mereka untuknya.”

Namun para penyelidik polisi menemukan sesuatu yang aneh. Setelah menyelidiki seluruh isi apartemen itu, polisi menemukan jenazah anak itu terbungkus seprei dan terjepit di antara kasur dan tempat tidur. Masyarakat sangat marah mendengar berita itu. Pihak polisi menduga bahwa orangtua anak itu berusaha melenyapkan anak mereka yang cacat itu.

Sahabat, kehidupan manusia adalah segala-galanya. Karena itu, kehidupan itu tidak boleh dilenyapkan. Seorang anak cacat yang membutuhkan bantuan mesti diberi bantuan untuk mengalami sukacita dan damai dalam hidupnya. Anak-anak seperti ini mesti mendapat dukungan yang khusus. Mereka mesti diperhatikan secara istimewa, karena mereka adalah buah hati dari orangtua sendiri.

Karena itu, orang akan marah begitu mengetahui kehidupan itu disepelekan. Kehidupan yang begitu berharga itu tidak boleh dilenyapkan. Martabat manusia mesti dijunjung tinggi. Ketika martabat manusia itu tidak dijunjung tinggi, yang ada hanyalah penodaan terhadap kehidupan itu sendiri.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa ada penolakan terhadap kehidupan manusia. Mengapa orang sampai hati menolak kehidupan? Karena orang tidak mau repot mengurus kekurangan yang ada dalam dirinya. Orang mau lepas tangan. Orang mau menikmati hidup ini hanya untuk diri sendiri.

Karena itu, mereka merasa bahwa hidup ini hanya untuk mereka sendiri. Akibatnya, kehidupan orang lain tidak dipikirkan. Atau kehidupan orang lain dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk meraih kenikmatan dalam hidup.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa memberikan penghargaan yang tinggi terhadap hidup ini. Mengapa? Karena hidup ini adalah anugerah. Tuhan memberi kita hidup ini dengan cuma-cuma. Tuhan menghendaki agar kita memperjuangkan hidup ini dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan bersama. Dengan demikian, hidup ini menjadi sesuatu yang berguna. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


721

Berani Mengambil Keputusan untuk Hidup


Seorang gadis sedang bingung. Apa yang mesti ia lakukan antara mengikuti kehendak orangtua atau mengikuti suara hatinya. Kehendak orangtua terhadap dirinya adalah ia harus menerima lamaran dari seorang pria yang bukan menjadi pilihannya. Sedangkan suara hatinya berkata lain. Ia tidak mau menerima lamaran pria yang tidak dicintainya. Ia ingin agar urusan cinta itu menjadi urusan pribadinya. Bukan urusan orangtuanya. Apalagi dalam memilih seorang kekasih.

Karena itu, terjadi keguncangan dalam diri gadis itu. Ia seorang yang setia kepada orangtuanya. Ia mengalami dilema. Mana yang mesti ia dahulukan. Apakah kehendak orangtuanya atau suara hatinya sendiri. Ia merasa, ia dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama sulit. Memilih salah satu berarti ia mesti mengorbankan yang lain. Ini yang sulit ia lakukan. Ia tidak ingin kehilangan orangtuanya. Ia ingin tetap membaktikan dirinya kepada orangtuanya. Namun ia juga tidak ingin kehilangan dirinya sendiri. Ia ingin memiliki kebebasan dalam hidupnya.

Apa yang kemudian gadis itu putuskan? Ia tidak mengambil keputusan apa-apa. Ia membiarkan semuanya berlalu. Ketika ditanya oleh orangtuanya, ia tidak mau memberikan pendapat. Ia juga tidak mau menyerahkan keputusan pada orangtuanya. Ia membiarkan persoalan itu tetap mengambang.

Sahabat, dalam hidup ini manusia memiliki kesempatan-kesempatan untuk memutuskan sesuatu. Banyak orang mengalami kesulitan untuk membuat keputusan yang tepat bagi hidupnya. Mengapa? Ada berbagai aspek yang mesti dipertimbangkan. Ada berbagai hal yang harus dilakukan untuk membuat keputusan yang sangat penting bagi hidup.

Namun orang juga mesti punya sikap yang jernih dalam membuat suatu keputusan atas hidupnya. Orang mesti mendahulukan suara hatinya yang murni. Orang mesti berani mengambil langkah, apa pun resiko yang akan dihadapi. Banyak orang tidak berani mengambil keputusan, karena takut menanggung resiko. Orang enggan untuk bertanggungjawab atas keputusan yang diambilnya.

Untuk itu, orang membiarkan suatu persoalan tetap mengambang. Tentu saja hal ini kurang baik bagi kehidupan. Mengapa? Karena suatu persoalan yang tidak segera diselesaikan akan menjadi duri dalam daging. Persoalan itu dapat terus-menerus menghantui hidup seseorang.

Karena itu, orang beriman mesti berani membuat keputusan atas hidupnya. Caranya adalah dengan mempertimbangkan antara suara hatinya yang jernih dengan hal-hal yang terjadi dalam hidupnya. Akan ada resiko bila orang mengambil suatu keputusan. Namun orang beriman mesti berani menanggung resiko atas apa yang diputuskannya.

Mari kita berusaha untuk mengambil keputusan atas hidup kita. Orang beriman tentu saja menyertakan Tuhan dalam mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, kita akan mengalami sukacita dan damai dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


720

04 Juli 2011

Usaha untuk Memiliki Hidup yang Bermutu





Seorang pemuda ingin memiliki hidup yang lebih bermutu. Ia ingin agar hidup ini ia jalani dengan lebih baik. Tidak hanya berhembus begitu saja seperti angin. Untuk itu, ia membaca berbagai buku yang berbicara tentang hidup yang bermutu. Dari berbagai sumber itu, ia menemukan bahwa hidup yang bermutu itu dibutuhkan suatu usaha yang keras. Orang harus berusaha terus-menerus untuk memiliki hidup yang lebih bermutu.

Soalnya bagi pemuda itu adalah ia ingin meraih hidup yang bermutu dengan tidak perlu kerja keras. Baginya, hidup yang bermutu itu dapat dicapai dengan cara pintas. Tidak harus melalui proses yang berbelit-belit. Ia ingin mutu hidup itu ia capai tidak dengan kerja keras.

Ia merasa yakin akan pandangannya itu. Namun kemudian ia menemukan berbagai persoalan dalam hidupnya. Hidup yang bermutu yang ia dambakan ternyata tidak ia peroleh. Ia menjadi frustrasi. Ia menjadi orang yang sering bingung dengan dirinya sendiri. Setiap pilihan untuk melangkahkan kaki meraih hidup yang bermutu selalu gagal.

Sahabat, sering orang merasa bahwa hidup yang bermutu itu gampang untuk diraih. Menurut mereka, hidup yang bermutu itu dapat dicapai dalam waktu singkat. Ternyata tidak! Hidup yang bermutu itu mesti dikembangkan sejak dini. Sejak seseorang terlahir ke dalam dunia ini. Seseorang mesti dibimbing untuk bertumbuh dan berkembang dalam hidupnya. Berbagai usaha mesti dilakukan untuk menuntun seseorang menemukan hidup yang bermutu.

Hidup yang bermutu itu dicapai dengan usaha terus-menerus sepanjang hidup. Usaha untuk memiliki hidup yang bermutu itu tidak pernah berhenti. Orang yang menghentikan usahanya untuk memiliki hidup yang bermutu akan menemukan banyak kesulitan dalam hidupnya. Mengapa? Karena hidup yang bermutu itu selalu berproses dalam hidup ini.

Ada berbagai rintangan yang mesti dilewati. Ada perjalanan jatuh dan bangun dalam usaha untuk memiliki hidup yang bermutu. Orang yang tidak berhasil menghadapi rintangan hidup akan mengalami berbagai persoalan. Orang yang putus asa dan tetap terpuruk dalam pengalaman jatuh tidak akan memiliki hidup yang bermutu.

Karena itu, orang beriman mesti menyadari betul bahwa hidup yang bermutu itu mesti diraih dalam ketekunan hidup. Tidak dapat dicapai dengan jalan pintas. Hidup yang bermutu itu juga dicapai melalaui hal-hal kecil dan sederhana. Orang tidak perlu bermimpi untuk memiliki hidup yang bermutu setelah melakukan hal-hal besar. Orang mesti berani menerjang berbagai rintangan untuk memiliki hidup yang bermakna. Orang mesti berani bangun lagi setelah jatuh terpuruk.

Mari kita berusaha terus-menerus untuk memiliki hidup yang bermutu dalam hidup ini. Dengan demikian, hidup kita menjadi lebih damai dan sukacita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


719

03 Juli 2011

Pentingnya Kehadiran Tanah dalam Hidup


Pernahkah Anda menyadari bahwa tanah tempat Anda berpijak begitu penting dalam hidup Anda? Mungkin banyak orang kurang menyadarinya, karena manusia hidup di atas tanah. Setiap hari memijak tanah. Setiap hari bersentuhan dengan tanah. Jadi tidak begitu dirasakan atau disadari kehadirannya. Orang baru menyadari tanah begitu penting dalam hidupnya, ketika tempat tinggalnya atau bidang tanah miliknya diperkarakan orang lain. Orang lalu mulai mempertahankan tanah miliknya dengan berbagai cara. Bahkan kalau toh harus menumpahkan darah, ia rela melakukannya.Rata Penuh

Dalang bertubuh subur, Ki Slamet Gundono (45), tak pernah berhenti mengeksplorasi wayang. Setelah melahirkan wayang buling, wayang nglindur, dan wayang suket, ia pentaskan wayang tanah di Padepokan Lemah Putih, Solo, Jawa Tengah, Rabu tanggal 31 Maret 2010 lalu.

Tentang hal ini ia berkata, ”Melalui anasir-anasir yang ada di alam, seperti suket (rumput), api, udara, dan tanah, saya memasuki dunia wayang.”

Dalam wayang tanah, ”panggung”- nya justru di dalam tanah sedalam 1,5 meter dan seluas 25 meter persegi. Di dalam tanah galian itu, Slamet bersama Suprapto Suryodarmo, penari Agus Mbendol, Liling, Waluyo Sastrosukarno, dan Komunitas Wayang Suket berkolaborasi memaknai tanah dalam kehidupan manusia.

Tema yang dia angkat adalah ”Sinta (Jahitan Tanah)”. Sinta adalah titisan Dewi Widowati dan simbol kesuburan tanah. Slamet membuat Sinta dari lempung dan di akhir pentas, lubang tanah galian ditimbun lagi. Sinta dari lempung dan wayang kulit ditancapkan di atasnya dan ibu-ibu petani warga Sikep, Sukolilo, Pati, menanaminya kembali.

Lewat wayang tanah, ia mengingatkan bahwa manusia berasal dari tanah dan kembali ke tanah, sekaligus besarnya ”kuasa tanah” dalam hidup manusia.

Sahabat, ketika manusia menyadari kehadiran tanah atau alam dalam hidupnya, manusia akan berusaha untuk melestarikannya. Atau paling kurang manusia berusaha untuk menghargai kehadiran tanah itu dalam hidupnya.

Film Water World melukiskan manusia yang kehilangan tanah. Dunia hanya dipenuhi dengan air. Di saat seperti itu, manusia merasakan betapa bergunanya tanah dalam hidupnya. Manusia tidak bisa hidup tanpa tanah.

Manusia lantas mencari daratan atau tanah untuk dapat berpijak. Manusia mencari tanah untuk menumbuhkan tanaman dan pepohonan. Hal ini dilakukan karena manusia sangat membutuhkan tanah untuk melangsungkan hidupnya.

Tuhan telah menciptakan tanah untuk kehidupan manusia. Tuhan memberi kepada manusia kuasa untuk mengelolanya. Namun sering manusia menyalahgunakan kuasa itu dengan membumihanguskan tanah. Manusia kurang puas dengan tanah yang telah dipercayakan kepadanya. Atau manusia mengeksploitasi tanah secara berlebihan untuk kebutuhan dirinya sendiri.

Karena itu, manusia harus sadar bahwa dirinya berasal dari tanah. Tuhan telah menciptakan manusia itu dari tanah. Tuhan telah menyerahkan tanggung jawab untuk melestarikan dan menyelamatkan tanah ke tangan manusia.

Untuk itu, manusia mesti selalu berusaha untuk memelihara tanah. Apa yang dilakukan oleh dalang Ki Slamet Gundono merupakan salah satu cara untuk menyadarkan manusia akan pentingnya tanah bagi hidup manusia. Mari kita berusaha untuk menyadari pentingnya tanah bagi hidup kita. Mengapa? Karena setelah menggunakan tanah untuk kebahagiaan hidup kita, kita akan kembali ke tanah yang sama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

718

02 Juli 2011

Belajar Terus-menerus untuk Tumbuhkan Iman


Keinginan untuk belajar terus-menerus merupakan bagian dari manusia yang hidup. Hal ini menandakan bahwa orang masih terus ingin maju dan berkembang. Orang yang berhenti belajar itu orang yang tidak mau maju. Orang yang juga takut gagal dalam hidupnya. Orang yang takut terhadap diri sendiri. Karena itu, belajar terus-menerus menjadi keharusan bagi orang yang ingin bertumbuh dan berkembang dalam hidupnya.

Penyanyi dan aktris Miley Cyrus, misalnya. Walau sudah punya nama besar, terutama di kalangan remaja, pemain film yang berusia 17 tahun ini mengaku masih tidak puas menyaksikan aktingnya di film terbarunya The Last Song (2010). Ia bahkan berterus terang setelah melihat film itu dia benar-benar membutuhkan panduan atau kelas akting.

Ia berkata, ”Saya memang tidak pernah ambil pelajaran akting atau sejenisnya sebelumnya. Tetapi bukan berarti saya tak membutuhkannya. Ketika saya melihat film saya di bioskop, saya langsung memutuskan akan belajar lagi soal akting.”

Cyrus merupakan ikon remaja yang sukses mewujudkan cita-citanya menjadi pemain film dan menyanyi. Ia dibesarkan Disney melalui serial televisi Hannah Montana. Ia mendapat banyak kesempatan mengembangkan kariernya di dunia hiburan.

Ia mengaku punya banyak keinginan yang mau ia wujudkan. Bintang High School Musical ini berkata, ”Terus terang, di bidang akting layar lebar saya terlalu banyak keinginan. Saya seakan-akan ingin mencoba semuanya. Suatu hari, saya bilang kepada ibu saya kalau saya ingin bermain film action, tapi di hari lain saya ingin bermain di film komedi. Saya ingin fokus di salah satunya.”

Sahabat, manusia hadir di dunia ini untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung perjalanan hidupnya. Untuk itu, manusia mesti mau belajar. Manusia mesti mau belajar banyak hal untuk membekali perjalanan hidupnya. Tidak bisa manusia hanya duduk-duduk lantas dapat maju dan berkembang. Manusia mesti menyadari bahwa melalui kegiatan belajar terus-menerus itu manusia dapat membangun hidupnya menjadi lebih baik.

Seorang tukang jahit, misalnya, akan belajar terus-menerus dari mode-mode yang sedang ngetrend di zaman ini. Kalau ia berhenti belajar, ia akan ketinggalan zaman. Ia tidak dapat menjadi seorang penjahit yang laris manis dibanjiri para pelanggan. Ia mesti berani belajar dan berinovasi untuk memajukan dirinya dalam dunia mode. Tentu saja hal ini tidak mudah, karena begitu cepatnya berkembang mode di zaman kini.

Karena itu, yang dibutuhkan adalah tekad dan ketekunan. Orang yang hanya belajar setengah-setengah juga tidak akan berhasil dengan baik. Kisah di atas mengatakan kepada kita bahwa suatu prestasi dapat diraih berkat kerja keras dan belajar terus-menerus. Ketekunan membantu seseorang mampu meraih apa yang diinginkannya.

Sebagai orang beriman, kita diharapkan untuk terus-menerus belajar mendalami iman kita kepada Tuhan. Banyak orang jatuh ke dalam godaan-godaan, karena berhenti mendalami imannya. Orang begitu mudah puas dengan iman tipis yang dimilikinya. Akibatnya, ketika persoalan-persoalan datang menimpanya, ia meninggalkan Tuhan yang diimaninya itu. Ia memilih untuk mengandalkan kekuatan-kekuatan gaib.

Untuk itu, mari kita belajar terus-menerus mendalami iman kita. Dengan demikian, kita dapat bertumbuh dan berkembang untuk meraih sukacita dan damai. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

717

01 Juli 2011

Mampu Memiliki Impian yang Realistis



Setiap orang punya impian untuk hidup yang lebih baik dan sejahtera. Karena itu, orang berusaha mati-matian untuk meraih impiannya itu. Orang bekerja keras hanya untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya. Berbagai cara dilakukan, agar impian yang dimiliki dapat tercapai.

Pembawa acara, pemain sinetron, dan pelawak Okky Lukman bisa selalu tampil lucu dan ramai. Tak heran perempuan berusia 26 tahun ini dipilih untuk mengawal Idola Cilik, acara pencarian bakat menyanyi untuk anak-anak, di stasiun televisi RCTI.

Untuk acara itu, dia harus bisa ngemong anak-anak. Ini jelas memerlukan keterampilan dan kesabaran. Semua kerja keras Okky mengawal Idola Cilik membawa hasil. Tahun lalu, dia terpilih menjadi Presenter Talent Show Terfavorit Panasonic Gobel Awards (PGA) 2010. Ia menyisihkan pembawa acara Ivan Gunawan, Eko Patrio, Ruben Onsu, dan Adi Nugroho.

Tentang kesuksesannya, ia berkata, ”Aku tak terlalu berharap saat datang ke acara pemberian penghargaan ini. Sainganku berat, mereka punya kelebihan masing- masing.”

Saat naik ke panggung menerima penghargaan itu, ia didampingi sang ibu. Penghargaan itu merupakan impian yang telah lama ia pendam. Kali ini ia meraih impiannya. Tentang penghaargaan itu, ia berkata, ”Penghargaan ini untuk ibuku, untuk keluargaku. Penghargaan ini membuatku terpacu untuk meningkatkan kualitas agar semakin baik.”

Impian Okky yang lain adalah menyelesaikan kuliah di program pascasarjana kelas eksekutif Hukum Pidana Universitas Padjadjaran. Karena itu, ia agak mengerem kegiatannya sebagai pembawa acara. Ia berkata, ”Impianku yang lain banyak banget, tetapi aku ingin S2-ku ini selesai dulu.”

Sahabat, banyak hal diimpikan oleh manusia untuk kebahagiaan hidupnya. Tentu saja impian-impian itu sah-sah saja. Namun impian itu mesti menjadi sarana untuk memacu diri seseorang dalam meraih kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Impian tidak boleh membuat orang takut untuk menjalani hidup ini. Mengapa? Ketika orang dibebani oleh berbagai impian bisa saja orang menjadi takut. Orang tidak berani melangkahkan kaki untuk terus berusaha.

Tentu saja situasi seperti itu tidak boleh terjadi dalam hidup manusia. Impian-impian yang digantungkan setinggi langit itu mesti menjadi motivasi bagi seseorang untuk kesuksesan dan kebahagiaan hidupnya. Untuk itu, orang juga mesti hati-hati dalam menciptakan impian dalam dirinya. Orang mesti realistis. Orang mesti memimpikan sesuatu yang dapat diraih dalam hidupnya.

Karena itu, orang mesti mendengarkan suara hatinya. Suara hati yang jernih akan membantu seseorang dalam memiliki impian-impian. Kisah Okky dapat membantu kita untuk berusaha meraih impian kita tahap demi tahap. Hanya dengan cara seperti itu suatu impian yang indah dapat kita raih dalam hidup ini.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk tetap menciptakan impian-impian yang mampu memberi kita motivasi untuk meraih damai dan sukacita dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


716