Pages

25 Juli 2011

Cinta Sejati Itu Tak Mengenal Batas


Cinta yang tulus tidak mengenal batas-batas. Cinta yang tulus tumbuh dalam situasi apa pun. Karena itu, orang yang saling mencintai itu tidak membatasi diri pada hal-hal yang baik dan menyenangkan saja. Orang yang saling mencintai itu saling menerima apa adanya. Mereka tidak memperhitungkan untung rugi dalam membina relasi cinta. Kisah cinta di bawah ini bukan sebuah dongeng. Ini kisah seorang istri yang rela mencintai dan berbagi kehidupan dengan lelaki, yang secara fisik tidak sempurna. Mengapa ia mau menjalin relasi cinta dengan sang suami yang tidak sempurna secara fisik itu?

Irma, begitu nama perempuan itu, berkata, “Karena saya yakin cinta datang dari hati. Meski saya pada awalnya tidak menyetujui.” Irma adalah seorang guru yang menikah dengan Zulfan, seorang duda yang mengalami lumpuh kedua kakinya. Awalnya Irma mengaku ragu untuk menerima Zulfan sebagai kekasihnya. Hal itu terjadi terutama karena melihat kekurangan fisik lelaki itu. Tetapi akhirnya hatinya pun luluh. Namun belum selesai sampai di situ. Ia kemudian menghadapi tantangan berikutnya. Orangtuanya menolak mentah-mentah lamaran Zulfan. Kekuatan cintalah yang kemudian
meyakinkan orangtuanya untuk menerimanya. Sahabat, sering orang mendahulukan penampilan fisik yang gagah perkasa atau cantik menawan. Sering hal-hal ini mendasari orang dalam menjalin percintaan. Benarkah pandangan seperti ini? Bukankah cinta menuntut sesuatu yang tidak terbatas? Bukankah cinta yang sejati menuntut orang
untuk saling menerima apa adanya?

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa cinta yang sejati tidak terlalu banyak membuat perhitungan. Cinta yang sejati itu mengalir begitu saja dalam hidup ini. Yang penting bagi manusia adalah menumbuhkan cinta yang sejati itu. Orang mesti berani menerima kekasihnya apa adanya. Tidak terlalu banyak memberikan penilaian terhadap kekasihnya. Namun sering yang terjadi dalam hidup sehari-hari adalah orang membendung cinta yang tanpa batas. Orang membatasi diri memilih sesuai dengan kesukaannya. Orang kurang melihat cinta yang tulus dari kekasihnya. Akibatnya, terjadi perendahan martabat manusia. Kita menyaksikan istri yang bunuh suaminya. Atau sebaliknya, suami yang tega menghilangkan nyawa istrinya. Hidup manusia akhirnya tidak damai. Hidup yang semestinya bahagia berubah menjadi hidup yang mengerikan. Karena itu, kita mesti bercermin dari cinta Tuhan yang begitu besar kepada manusia. Tuhan tidak pernah memilih untuk mencintai seseorang lebih dari yang lainnya. Tuhan mencintai semua orang yang telah diciptakan-Nya. Tuhan menerima semua ciptaan-Nya itu, entah cacat atau tidak. Tuhan menawarkan kasih-Nya itu kepada semua orang. Mari kita membangun cinta yang tanpa batas di antara kita. Dengan demikian, hidup ini menjadi lebih baik dan berguna bagi semua orang. Hidup ini menjadi suatu kesaksikan tentang kebaikan Tuhan. Rata PenuhTuhan memberkati. **

Frans de Sales, SCJ

735

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.