Pages

17 Agustus 2011

Berpikir Ulang tentang Keindonesiaan Kita



Pembangunan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi suatu keharusan bagi kita semua. Soalnya adalah pembangunan bangsa Indonesia masih terpusat di beberapa titik dari bagian Indonesia ini. Perhatian Pemerintah Indonesia yang lebih banyak tertuju pada pembangunan Pulau Jawa dan wilayah barat Indonesia memicu komentar yang kontroversial.

Tahun lalu Ben Alotia, anggota Komisi I DPRD Sulawesi Utara, membuat pernyataan yang mengejutkan. Ia meminta warga Kepulauan Sangihe dan Talaud mengibarkan bendera Filipina. Hal itu ia lakukan karena pemerintah pusat kurang memberikan perhatian ke wilayah timur Indonesia atau wilayah pinggiran yang lama terabaikan.

Adalah fakta bahwa penduduk di pulau paling utara Indonesia yang dekat dengan Filipina itu sejak lama lebih banyak diuntungkan oleh kebijakan Manila ketimbang Jakarta. Selain banyak memakai barang-barang dari Filipina, penduduk di sana juga mendapat siaran televisi Filipina.

Seruan Alotia itu segera menyulut kontroversi di Sulawesi Utara. Banyak orang mengecam pernyataan Alotia itu. Tentang pernyataannya itu, ia berkata, “Saya juga terkejut pernyataan itu seperti ungkapan serius. Saya tidak bermaksud begitu. Saya hanya bercanda menanggapi keluhan warga dan pemerintah di Sangihe dan Talaud atas kondisi mereka.”

Sahabat, hari ini kita memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Puluhan tahun silam Soekarno dan teman-temannya telah memberi semangat kepada rakyat Indonesia untuk merdeka. Bangsa Idonesia disadarkan bahwa hidup mereka tidak tergantung pada bangsa terjajah. Mereka semestinya bangkit untuk memiliki harkat dan martabat yang sama dengan bangsa-bangsa lain. Kemerdekaan mesti menjadi dambaan manusia yang hidup di pulau-pulau Indonesia ini.’

Puluhan tahun kemudian, terbentukkah sebuah negara yang merdeka bernama Indonesia. Sebuah negara yang memberikan jaminan hidup yang sejahtera dan aman sentosa bagi warganya. Cita-cita bangsa pun ditorehkan. Rakyat Indonesia ingin membangun dirinya sendiri.

Soalnya adalah dalam pembangunan itu terjadi ketimpangan-ketimpangan. Ada wilayah yang lebih diperhatikan daripada wilayah yang lain. Akibatnya, ada wilayah yang lebih makmur dan sejahtera. Ada wilayah yang masih terbelakang di berbagai bidang kehidupan.

Karena itu, Hari Kemerdekaan RI tahun ini menjadi titik awal bagi kita semua untuk berpikir ulang tentang keindonesiaan kita. Keindonesiaan kita bukan sekedar menyanyikan dengan riang gembira lagu Indonesia Raya atau Dari Sabang Sampai Merauke Berjajar Pulau-pulau. Keindonesiaan kita bukan sekedar memiliki bendera merah putih dan lambang garuda Indonesia di dada kita.

Keindonesiaan kita ternyata lebih dari itu. Keindonesiaan kita adalah cara hidup kita dan cara pandangan kita terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu, kita semua diajak untuk terlibat dalam membangun bangsa dan negara ini secara utuh. Kita ditantang untuk memiliki wawasan yang luas mengenai Indonesia, tidak hanya terbelenggu oleh kepentingan-kepentingan pribadi.

Mari kita memiliki semangat untuk berpikir ulang tentang keindonesiaan kita. Kita bangun hidup kita, agar kita menjadi manusia Indonesia yang utuh. Dengan demikian, hidup ini menjadi sesuatu yang berguna bagi Tuhan dan sesama. MERDEKA! Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


764

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.