Pages

25 September 2011

Beriman dalam Hidup Sehari-hari

Ada seorang guru bijaksana yang mengajar penuh wibawa. Ia tidak hanya mengajar, tetapi ia juga menyembuhkan orang-orang sakit yang datang kepadanya. Ia tidak memandang siapa mereka. Ia menerima semua orang yang datang kepadanya dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda. Ia juga tidak memaksa mereka untuk menganut ajarannya. Kalau mereka mau menjadi muridnya, syukur. Kalau mereka tidak mau, juga tidak apa-apa.

Suatu hari, ada seorang pejabat tinggi datang kepadanya. Pejabat tinggi itu orang yang tidak seiman dengan guru bijaksana itu. Ia berkata, ”Guru, bantu saya. Ada seorang bawahan saya yang sakit lumpuh. Tiba-tiba saja dia menjadi lumpuh. Saya bingung. Dia sangat menderita. Sekarang dia berada di rumah saya.”

Guru bijaksana itu mendengarkan dengan penuh perhatian. ”Saya akan datang menyembuhkannya. Mari kita pergi sekarang,” kata guru bijaksana itu kepada pejabat tinggi itu.

Namun pejabat tinggi itu merasa tidak layak menerima kehadiran guru bijaksana itu. ”Saya tidak layak menerima guru di rumah saya. Katakan sepatah kata saja, maka bawahan saya itu akan sembuh,” kata pejabat tinggi itu.

Guru bijaksana itu tertegun mendengar kata-kata pejabat tinggi itu. Ia kagum terhadap iman orang itu. Lantas ia berkata, ”Terjadilah apa yang kauinginkan.”

Saat itu juga bawahan dari pejabat tinggi itu sembuh. Ada beberapa orang yang datang memberi kabar bahwa bawahannya sudah sembuh. Pejabat tinggi itu tersungkur di kaki guru bijaksana itu. ”Guru, jadikan saya salah seorang muridmu,” katanya.

Dengan senyumnya yang menawan, guru bijaksana itu berkata, ”Janganlah kau mau menjadi murid saya hanya karena sebuah mukjijat. Tidak baik orang beriman hanya karena mukjijat.”

Sahabat, banyak orang baru beriman kepada Tuhan setelah keajaiban-keajaiban terjadi dalam hidup mereka. Benarkah demikian? Ada benarnya. Namun orang mesti kritis. Orang mesti melanjutkan dengan mendalami imannya kepada Tuhan. Orang tidak boleh berhenti pada keajaiban-keajaiban itu. Mengapa? Karena bahayanya adalah ketika tidak ada keajaiban lagi orang tidak beriman lagi kepada Tuhan.

Orang beriman itu mesti membangun imannya dalam hidup sehari-hari. Pengalaman-pengalaman hidup yang biasa-biasa dalam hidup sehari-hari itu memberi makna iman. Iman itu mesti bertumbuh di dalam kehidupan yang nyata. Iman itu bertumbuh ketika orang membuka hatinya lebar-lebar bagi kasih Tuhan dalam hidup yang nyata. Iman itu bertumbuh subur, ketika orang peduli terhadap sesamanya yang sakit dan menderita. Seseorang dikatakan sungguh-sungguh punya iman, ketika ia mampu menjamah sesamanya yang membutuhkan bantuannya.

Mari kita bertumbuh dalam iman dalam hidup sehari-hari dengan membuka hati kita bagi hadirnya Tuhan dalam hidup kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


787

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.