Pages

06 September 2011

Mengosongkan Diri bagi Kehendak Tuhan

Mengosongkan Diri bagi Kehendak Tuhan


Minat dan kecintaan seseorang pada bidang tertentu membantu orang itu untuk bertumbuh dalam kemampuan yang dimiliki. Orang merasa didorong oleh minat dan kecintaan itu. Orang merasakan ada motivasi yang lebih untuk mengembangkan bidang yang diminati dan dicintai itu. Albert Einstein memberikan perhatian penuh pada ilmu Fisika yang diminati dan dicintainya. Seluruh pikiran dan hidupnya dicurahkan untuk ilmu tersebut. Hasilnya adalah anak dari pasangan Hermann Einstein dan Pauline Koch ini diangkat menjadi profesor di Universitas Zurich. Ia pun mendapat hadiah Nobel di bidang ilmu Fisika pada tahun 1921.

Namun meski Albert Einstein orang yang sangat jenius untuk ukuran manusia, ia tetap rendah hati. Ia tetap mengakui bahwa semua kemampuan yang ia miliki itu berasal dari Tuhan. Ia hanyalah alat yang dipakai oleh Tuhan untuk menemukan ilmu Fisika yang ajaib itu. Ia berkata, “Tuhan tidak bermain dadu dengan alam ciptaan-Nya. Segala keajaiban ilmu pengetahuan membuktikan kodrat alam ini.” Ungkapannya ini merupakan kesimpulan dari semua penelitian yang dilakukannya dari semasa ia kecil. Baginya, hal itu semakin membuktikan kejeniusan dan kemahakuasaan Allah. Otak manusia tidak
sanggup menyamai-Nya.

Sahabat, ketika orang sudah sukses, banyak orang cenderung untuk mengandalkan kemampuan dirinya sendiri. Orang lupa bahwa apa yang dicapainya itu sebenarnya berasal dari kekuatan yang Mahakuasa. Orang menjadi lupa diri. Ini namanya kesombongan. Orang semestinya sadar bahwa apa yang diperoleh itu berkat kebaikan Tuhan. Belas kasih Tuhan senantiasa memberikan kepada manusia apa yang menjadi kebutuhan hidup manusia itu.

Kisah Albert Einstein menunjukkan kepada kita bahwa mengandalkan kekuatan diri sendiri hanyalah suatu kesia-siaan. Manusia mesti menyerahkan seluruh hidupnya pada Tuhan. Sikap penyerahan diri itu menunjukkan bahwa manusia memiliki kerendahan hati. Manusia tidak boleh gegabah dalam hidupnya. Manusia mesti senantiasa mengakui ketidakberdayaannya di hadapan Tuhan. Dengan demikian, manusia menerima kekuatan dari Tuhan.

Untuk itu, perlu suatu usaha pengosongan diri. Artinya, orang berani mengosongkan pikiran dan keinginan-keinginannya. Lantas orang membiarkan keinginan Tuhan masuk dan tinggal dalam dirinya. Orang tidak mengendalikan pikiran dan keinginan-keinginannya sendiri. Tetapi orang merelakan dirinya dituntun oleh Tuhan yang mahapengasih dan penyayang.

Yakinlah, ketika kita membiarkan diri dituntun oleh Tuhan, kita akan mengalami damai dalam hidup ini. Kita akan mengalami Tuhan yang begitu dekat dengan kita. Tuhan yang selalu setia menemani perjalanan hidup kita. Mari kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan. Tuhan memberkati. **

Frans de Sales, SCJ

775

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.