Pages

21 Oktober 2011

Tuhan Itu Satu-satunya Andalan Kita


Ada seorang bapak yang menurut istrinya sangat baik hati. Setiap kali istrinya melakukan suatu kesalahan ia selalu memakluminya. Setelah memberi nasihat sekedarnya, bapak itu memaafkan istrinya. Situasi seperti itu memberikan suatu semangat dalam hidup berkeluarga. Sang istri merasa hidup ini menjadi lebih bermakna. Ia dapat melayani kebRata Penuhutuhan-kebutuhan hidup bersama dengan baik.

Suatu ketika, sang suami melakukan kesalahan yang berat. Ia tertangkap tangan sedang menjual narkoba. Ia mesti mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ia ditahan pihak berwajib. Ia pun kemudian diadili atas perbuatannya itu. Hukuman yang mesti dijalani oleh sang suami sangat berat, yaitu 15 tahun penjara.

Bagi sang istri, situasi seperti itu membuat ia patah semangat. Ia mesti membesarkan anak sematang wayangnya sendirian, sementara suaminya mesti mendekam di penjara. Ia mesti memulai hidup tanpa sang suami yang sangat dicintainya itu.

”Bagaimana saya bisa menjalani hidup ini tanpa suami saya? Dialah yang selalu membesarkan hati saya setiap kali saya jatuh ke dalam dosa. Apa yang akan terjadi ketika saya jatuh ke dalam dosa? Siapa yang akan membesarkan hati saya? Siapa yang akan memaafkan saya?” katanya.

Istri itu terus-menerus dihantui oleh situasi tersebut. Namun ia mesti bangkit. Ia mesti memulai hidup baru tanpa sang suami di sisinya setiap hari. Ia masih punya tanggung jawab atas anak yang dilahirkannya. Karena itu, ia pun bangkit. Dengan kemampuan yang dimilikinya, ia berjuang untuk mengatasi persoalan-persoalan hidupnya. Ia membesarkan dan membahagiakan anaknya.

Sahabat, manusia semestinya tidak terlalu larut dalam kesedihan. Orang boleh saja mengalami penderitaan dalam hidup. Tetapi orang mesti punya keyakinan bahwa masih ada secercah cahaya yang mampu membangkitkan dirinya dari keterpurukan. Cahaya itu adalah iman kepada Tuhan. Ketika orang mampu menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan, orang akan mampu bangkit. Orang tidak begitu saja terpuruk dan mati dalam penderitaannya.

Kisah di atas mengajak kita untuk tetap bertahan di dalam penderitaan. Kita mesti bangkit. Kita mesti mencari cara-cara terbaik untuk mengatasi persoalan-persoalan hidup kita. Soalnya adalah mampukah kita mengandalkan Tuhan dalam hidup kita? Bukankah ada orang yang kurang percaya bahwa Tuhan mampu memberi pertolongan bagi dirinya? Bukankah ada orang yang menempatkan Tuhan sebagai pemain cadangan dalam hidupnya? Banyak orang mau datang kepada Tuhan hanya ketika mereka membutuhkannya. Padahal Tuhan selalu siap untuk membantu manusia kapan dan di mana saja.

Karena itu, yang dibutuhkan dari hidup manusia adalah sikap penyerahan hidup yang total kepada Tuhan. Artinya, orang mengandalkan Tuhan sebagai satu-satunya penolong dalam hidupnya. Orang mengandalkan Tuhan sebagai satu-satunya penyelamat dalam hidup ini.

Mari kita menyerahkan seluruh hidup kita ke dalam kuasa Tuhan. Dengan demikian, kita dapat semakin percaya bahwa Tuhan sungguh penolong kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ




808

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.