Pages

31 Agustus 2011

Memelihara Kesehatan dengan Baik




Kehidupan mesti sejak dini dilindungi. Kehidupan itu mesti dipelihara baik-baik dan penuh tanggung jawab. Mengapa? Karena kehidupan ini telah dianugerahkan kepada manusia secara cuma-cuma. Tuhan telah menitipkan hidup ini kepada kita menjadi tanggungjawab kita untuk kita pelihara.

Soalnya, banyak orang kurang peduli terhadap kehidupan. Banyak orang merasa bahwa hidup ini milik pribadinya. Akibatnya, orang kurang mau memelihara kehidupannya. Orang merasa tidak perlu mempertanggungjawabkan hidup ini kepada Tuhan, Sang Pemberi hidup.

Tahun lalu, di Italia ada sebuah kampanye baru tentang bahaya alkohol selama kehamilan. Kampanyenya agak ekstrim. Negeri Pizza itu meluncurkan kampanye penyadaran berupa poster bergambar janin di dalam gelas koktail. Kampanye baru itu memperlihatkan janin dalam posisi meringkuk di dasar gelas, di bawah es batu dan sepotong irisan jeruk. Iklan kampanye itu membawa pesan sederhana, yaitu ”Ketika seorang ibu minum alkohol, bayinya pun akan minum alkohol juga.”

Peringatan kesehatan itu diluncurkan di wilayah timur laut Veneto. Iklan itu tampak di bus-bus, di papan iklan, serta toilet perempuan di bar, restoran dan klub malam. Claudio Dario, direktur jenderal otoritas kesehatan setempat, berkata, ”Punya bayi merupakan salah satu tahapan paling penting dalam hidup. Hal ini merupakan hal fundamental bagi calon ibu dan keluarga mereka untuk mengetahui bagaimana menghindari risiko yang dapat membahayakan kesehatan bayi yang belum lahir.”

Sahabat, kita hidup dalam dunia yang serba bebas. Orang ingin menentukan kehendaknya sendiri. Orang ingin memutuskan sendiri tentang kehidupannya. Sayangnya, sering keputusan seseorang itu tidak selamanya menguntungkan bagi dirinya sendiri. Orang memutuskan untuk merokok, misalnya. Sebenarnya orang sudah tahu bahwa merokok itu mengancam kesehatan dirinya. Apalagi peringatan tentang bahaya rokok itu sudah ditulis di setiap bungkus rokok. Namun orang masih nekat.

Atau orang memutuskan untuk menenggak minuman keras sebanyak-banyaknya. Padahal orang sudah tahu bahwa setelah minum minuman keras orang akan mabuk. Lebih dari itu, kesehatannya pun terganggu. Kalau yang minum alkohol itu seorang ibu yang sedang hamil, janin yang ada di dalam kandungannya terancam.

Karena itu, kampanye yang dibuat oleh pihak pemerintah di Italia sungguh tepat. Kampanye itu mengingatkan manusia akan betapa berharganya kehidupan itu. Kalau kehidupan itu hilang, manusia tidak punya arti apa-apa lagi. Berakhirlah hidup manusia itu. Kehidupan manusia hanyalah tinggal kenangan.

Sebagai orang beriman, kita sadar bahwa hidup yang kita jalani ini adalah milik Tuhan. Kita diberi tanggung jawab untuk mempertahankan hidup ini dengan berbagai cara. Kita mesti memperjuangkannya. Salah satu caranya adalah dengan memelihara kesehatan diri kita sebaik-baiknya.

Kita ingin agar tubuh kita senantiasa terpelihara dengan baik dengan menghindari konsumsi hal-hal yang mengancam kesehatan kita. Mari kita memelihara kesehatan tubuh kita. Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup ini dengan lebih baik. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


767

30 Agustus 2011

Segera Atasi Persoalan-persoalan Kecil



Di tahun 1909, Edward Payson Weston yang berusia 72 tahun membuat sebuah catatan sensasional. Ia melakukan perjalanan super jauh, yaitu sepanjang 4000 mil dari New York hingga San Fransisco, Amerika Serikat. Ia tidak menggunakan kendaraan. Ia hanya mengandalkan kedua kakinya.

Ia berjalan dan berjalan. Ia tidak mau berkeluh kesah atas jerih payah yang dialaminya. Mengapa? Karena secara pribadi ia menghendaki perjalanan itu. Ia mesti berani menerima setiap resiko yang dialaminya. Banyak pengalaman suka dan duka yang dialami oleh Edward Payson Weston. Banyak rintangan dan tantangan yang mesti ia hadapi. Namun ia tetap berjalan hingga tujuan.

Perjalanan super jauh itu menggegerkan dunia. Banyak orang ingin mendengarkan komentar Edward tentang perjalanan itu. Setelah berhasil mencapai finish dari perjalanan itu, wartawan mewawancarainya. Kepadanya ditanyakan tentang tantangan terberat yang dihadapinya dalam menempuh perjalanan super jauh itu.

Kepada mereka, ia berkata,”Saya sempat hampir menyerah dan ingin menyudahi perjalanan ini. Saya menyerah bukan karena lelah, panas matahari, atau karena jalanan yang terjal dan berbatu. Namun, itu karena butiran pasir yang masuk ke dalam sepatu saya. Hal itu sangat mengganggu dan membuat saya tersiksa.”

Sahabat, sering kita merasa bahwa hal-hal besar menjadi penghadang perjalanan hidup kita. Karena itu, kita sering menghindari resiko-resiko besar dalam hidup ini. Namun ternyata tidak selamanya hal-hal besar yang dapat menghadang perjalanan hidup kita.

Kisah sepatu Edward yang kemasukkan pasir dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk tetap berhati-hati dalam hidup ini. Bukan hanya kesalahan-kesalahan dalam hal-hal besar yang memunahkan kesuksesan hidup kita. Bisa saja persoalan-persoalan kecil dapat sangat mengganggu kesuksesan hidup kita. Bahkan persoalan-persoalan kecil itu bisa menghancurkan kesuksesan yang telah kita rintis.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini bisa terjadi, karena kita menganggap remeh persoalan-persoalan kecil. Kita anggap enteng. Kita berkata, “Ah, itu kan soal kecil. Tidak usah ditanggapi.”

Karena itu, yang mesti kita lakukan adalah kita mesti tetap peka terhadap setiap persoalan yang ada di sekitar kita. Kita tidak perlu anggap enteng persoalan-persoalan yang menghadang perjalanan hidup kita. Kalau ada persoalan yang muncul dalam perjalanan hidup kita, sebaiknya kita segera tangani. Jangan kita biarkan persoalan-persoalan itu tetap hidup dalam kehidupan kita.

Untuk itu, kita dituntut untuk mencermati setiap persoalan yang kita hadapi. Kita selidiki sebab musababnya. Kalau kita tidak bisa selesaikan persoalan itu sendiri, kita minta nasihat dan bantuan dari orang lain yang lebih mampu. Dengan demikian, kesuksesan hidup yang kita bangun dapat berjalan dengan baik. Hidup ini menjadi suatu kesempatan untuk menggembirakan hati kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

29 Agustus 2011

Pentingnya Hadirnya Sesama dalam Hidup


Donald Trump seorang pebisnis sukses. Ia salah seorang milioner. Namun dalam mengelola usahanya, Donald Trump tidak bekerja sendirian. Ia membutuhkan orang-orang lain untuk meretas sukses dalam bisnis-bisnisnya. Mengapa? Karena baginya, ia tidak bisa menjalankan usaha-usaha bisnisnya itu sendirian. Ia butuh partner. Ia butuh sesamanya untuk melakukan usaha-usaha itu. Ia berkata, "Saya tidak mengetahui semuanya. Saya membutuhkan nasihat dari orang lain yang ahli di bidangnya.”

Dari Barbara Berger, presiden Ford City Market, Donald mendapatkan nasihat yang indah, yaitu ”Matahari tidak bersinar selamanya.” Artinya, ia mesti menjalin kerjasama dengan orang lain dalam berusaha. Sedangkan Ray Kroc, pendiri McDonald, memperkuat Donald dengan ilmu bisnis. Ray Kroc mengatakan bahwa semua pebisnis harus berjuang untuk memuaskan konsumen. Mengapa? Karena konsumen adalah atasan kita, yang memberikan pemasukan dan keuntungan bagi perusahaan kita. Temannya yang lain, yaitu Adam M. Aron, Chairman Vail Resort, raja property itu, Donald mendapat nasihat untuk berhubungan dengan orang baik dalam hidup ini. Donald Trump pun menyimpulkan bahwa adalah suatu kebodohan jika Anda menggantungkan sepenuhnya untuk belajar dari kesalahan Anda sendiri, karena Anda akan banyak membuat kesalahan bahkan mungkin kesalahan yang fatal.”

Sahabat, ada banyak hal mesti kita lakukan dalam hidup ini. Namun kita tidak punya kemampuan di semua bidang kehidupan. Karena itu, kita butuh orang lain. Kita butuh orang yang lebih ahli dan berpengalaman dari diri kita. Kita libatkan mereka dalam pekerjaan-pekerjaan kita. Dengan demikian, apa yang kita usahakan membawa hasil yang memadai bagi banyak orang. Soalnya adalah banyak orang merasa melakukan apa saja. Banyak orang merasa sombong. Mereka merasa bahwa pekerjaan yang mereka lakukan itu cukup dikerjakan sendiri. Padahal mereka tidak bisa buat apa-apa, kalau tidak dibantu oleh orang lain yang lebih ahli atau lebih mampu. Inilah kesombongan manusiawi. Suatu kesombongan yang semestinya dibuang dari kehidupan bersama. Kalau orang mau mengalami kesuksesan dalam hidupnya, ia mesti rela meninggalkan kesombongan dirinya. Ia berani meminta nasihat kepada orang lain yang lebih ahli atau lebih mampu daripada dirinya. Artinya, orang seperti ini terbuka terhadap kemampuan dan kelebihan orang lain. Ia mau mengatakan bahwa dalam bidang-bidang tertentu ia tidak mampu. Karena itu, ia meminta bantuan dari orang lain. Ia meminta dukungan dari orang lain, agar berhasil dalam usaha-usahanya. Kisah pengusaha besar tadi memberi inspirasi bagi kita untuk terus maju dalam kehidupan kita. Kemajuan itu mesti kita raih bersama orang lain, karena kita memiliki keterbatasan diri. Untuk itu, kita mesti berani membuka hati kepada orang lain. Tuhan memberkati. **

Frans de Sales, SCJ

765

22 Agustus 2011

Mengasihi Sesama dengan Segenap Diri


Suatu hari seorang pemuda bingung. Kepadanya diberi pertanyaan, ”Siapakah sesamamu?” Ia tidak tahu harus menjawab apa. Soalnya, bagi pemuda itu, sesama berarti orang yang dekat dengannya. Sesama itu orang yang selalu membantu dirinya di kala ia mengalami kesulitan-kesulitan.

Ia berkata dalam hati, ”Saya tidak bisa menjawab dengan tepat siapa sesama bagi saya. Yang saya tahu adalah sesama itu orang yang dekat dengan saya. Orang yang selalu peduli terhadap hidup saya. Yang lain-lain, bukan sesama saya.”

Karena itu, pemuda itu hanya mengasihi orang-orang yang dekat dengan dirinya. Ia tidak bisa menaruh belas kasih kepada mereka yang jauh dari dirinya. Bahkan ia cenderung menaruh curiga terhadap orang-orang yang jauh dari dirinya. Ia kurang bisa menerima kehadiran mereka. Akibatnya, tumbuhlah kebencian dalam dirinya terhadap mereka yang jauh dari dirinya.

Namun pemuda itu tidak tinggal diam dengan kondisi dirinya. Ia mulai belajar dari sesamanya yang dekat dengan dirinya bahwa setiap orang adalah sesamanya. Setiap orang berkehendak baik itu sesamanya. Ia pun bertumbuh dalam pandangan yang lebih luas tentang sesamanya. Ia memurnikan cara pandangnya tentang kehadiran sesamanya dalam hidupnya. Ternyata sesama itu bukan hanya orang-orang yang dekat dengannya. Orang-orang jauh dari dirinya pun adalah sesamanya.

Sahabat, manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak bisa hidup sendirian. Manusia selalu hidup dengan orang lain. Karena itu, orang mesti membangun hidupnya dengan orang lain. Orang mesti berani keluar dari dirinya sendiri untuk membangun relasi yang lebih dalam dengan sesamanya.

Mengapa orang jatuh ke dalam pandangan yang sempit tentang sesamanya? Karena orang hidup dalam keterkungkungan dengan dirinya sendiri. Orang hidup seperti katak dalam tempurung. Pandangan hidupnya hanya seluas dirinya sendiri. Tentu saja cara pandang seperti ini berbahaya bagi kehidupan. Manusia mesti menyadari bahwa ia bukan hidup hanya untuk dirinya sendiri. Ia juga hidup bagi orang lain.

Karena itu, orang mesti memurnikan cara pandangnya tentang kehadiran sesama dalam hidupnya. Kisah tadi membantu kita untuk menyadari diri bahwa kita hidup juga untuk orang lain. Kita adalah makhluk sosial yang hidup juga bagi sesama kita. Untuk itu, kita mesti mengatasi egoisme yang sering menguasai diri kita.

Sebagai orang beriman, kita diberi semangat oleh Tuhan sendiri. Tuhan mencintai semua ciptaanNya. Tuhan memelihara kehidupan manusia. Tuhan memberikan sesama kepada kita untuk kita kasihi, bukan hanya untuk keuntungan diri kita sendiri. Tuhan menghadiahkan sesama kepada kita itu untuk kita kembangkan, agar sesama juga bertumbuh dengan baik.

Mari kita berusaha untuk menerima kehadiran sesama dengan mengasihi mereka apa adanya. Ketika kita mengasihi sesama, kita juga mengasihi Sang Pencipta yang tidak kita lihat. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ
Mengisi Renungan Malam di Sonora Palembang

763

21 Agustus 2011

Bangun Relasi yang dalam dengan Tuhan lewat Doa


Setiap pagi, setelah sarapan, seorang gadis selalu masuk ke dalam kamarnya yang sunyi. Di sana ia memasrahkan hidupnya kepada Tuhan. Ia berdoa, agar hidupnya damai. Ia berdoa, agar Tuhan memberikan kebahagiaan dalam hidupnya.

Dalam keheningan itu, ia berdoa, ”Tuhan, bantu aku menjadi orang yang peduli terhadap kehidupan. Ubahlah hatiku yang suam-suam kuku, agar hidup imanku bertumbuh dan berkembang lebih baik.”

Gadis itu menemukan ketenangan dalam hidupnya hari itu. Ia keluar dari kamarnya dengan senyum manis yang merekah. Ia tidak perlu lagi tenggelam dalam dukacita batinnya. Ia boleh bergembira, karena mengalami bahwa Tuhan begitu baik kepadanya. Tuhan senantiasa menyertai hidupnya. Tuhan tidak meninggalkannya berjuang sendiri.

Hari itu, gadis manis itu melaksanakan tugas-tugas kantornya dengan baik. Sebagai pegawai di kantornya, ia pun kreatif dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Ia tidak hanya terpaku pada tugas-tugas rutin. Ia sungguh-sungguh mengembangkan diri dan tugas-tugasnya dengan penuh kreativitas. Hasilnya? Perusahaan di mana ia mengabdi berkembang dengan pesat.

Gadis itu tetap setia pada kebiasaannya. Sebelum melakukan kegiatan-kegiatannya, ia berdoa kepada Tuhan. Dengan berdoa itu, ia mau menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Ia yakin, hanya Tuhan yang mampu membahagiakan hidupnya. Ia yakin, hanya Tuhan yang memberikan perlindungan bagi dirinya.

Sahabat, pernahkah Anda mengalami doa begitu penting bagi hidup Anda? Atau doa Anda hanyalah sebuah acara rutin dan kewajiban belaka dari manusia yang beriman? Atau Anda berdoa karena Anda membutuhkan relasi yang lebih baik dengan Tuhan yang Anda imani?

Kisah gadis itu menunjukkan kepada kita bahwa ia tidak hanya berdoa karena rutinitasnya sebagai orang beriman. Ia berdoa, karena ia ingin relasinya dengan Tuhan terjalin dengan baik. Ia berdoa, karena ia ingin menyerahkan dirinya terus-menerus kepada Tuhan. Dengan demikian, Tuhan saja yang menjadi penguasa atas dirinya. Bukan kekuatan-kekuatan lain yang justru menjerumuskan dirinya ke dalam kegelapan hidup.

Dari kisah di atas kita dapat mengatakan bahwa doa mampu mengubah cara hidup seseorang. Gadis itu menjadi orang yang bekerja dengan baik dan penuh tanggung jawab. Ia menjadi lebih kreatif berkat doa yang dipanjatkannya kepada Tuhan. Dalam doa, orang mempersatukan diri dengan Tuhan yang diimaninya. Dalam doa, orang dapat membangun suatu relasi yang lebih baik dan mendalam dengan Tuhan.

Hasilnya adalah orang mengalami bahwa hidup ini menjadi lebih bermakna. Hidup yang dijalani ini bukan hanya sekedar suatu rutinitas. Kalau orang bekerja, orang menjadi lebih kreatif. Orang tidak berhenti pada menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Melalui doa, orang mampu melihat kebaikan Tuhan dalam hidupnya.

Sebagai orang beriman, kita ingin agar doa kita memiliki daya guna bagi hidup kita. Dengan demikian, hidup kita menjadi lebih bermakna. Kita dapat mengalami sukacita dan damai dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ



762

20 Agustus 2011

Menjadi Lebih Baik


Manusia ingin hidupnya normal. Manusia ingin hidup sesuai dengan kepribadiannya yang sesungguhnya. Karena itu, manusia tidak ingin memerankan diri orang lain. Ia ingin tampil seperti apa adanya. Namun kadang-kadang hal ini sulit terjadi. Mengapa? Karena orang ingin bermain peran. Orang juga ingin memerankan diri orang lain. Akibatnya, yang tampil bukan dirinya sendiri. Yang tampil adalah diri orang lain.

Cate Blanchett berharap bisa jadi sosok yang sedikit lebih misterius. Aktris berusia 42 tahun yang main di film Robin Hood ini mulai merasa kuatir kehidupan pribadinya diekspos terlalu banyak. Akibatnya, penggemarnya kesulitan membedakan antara dia sebagai pribadi dan karakter yang diperankannya. Dia lebih senang dikenal karena pekerjaannya.

Ia berkata, ”Secara pribadi, aku senang menjadi ’bunglon’. Bisa memainkan banyak peran. Tapi aku mulai bertanya-tanya, jangan-jangan aku sudah diekspos terlalu banyak sebagai Cate Blanchett, bukan karakter yang kuperankan.”

Cate Blanchett pernah meraih penghargaan tertinggi di dunia film, yaitu piala Oscar. Ibu tiga orang anak ini berkata, ”Memang menyenangkan bicara tentang menjadi seorang ibu, tentang suamiku, dan hal pribadi lainnya. Tapi, aku lebih senang orang fokus pada pekerjaanku. Aku tak mau menjadi apa yang kusebut sebagai penampil kepribadian dan berharap kalian melihat diriku, bukan karakterku di layar lebar.”

Sahabat, tentu saja setiap dari kita ingin memerankan diri kita sendiri. Kita ingin menjadi diri kita sandiri. Kita tidak ingin memerankan kepribadian orang lain. Kita tidak ingin memiliki kepribadian ganda.

Karena itu, apa yang mesti kita buat? Yang mesti kita buat adalah pertama-tama kita menerima diri kita apa adanya. Kita tidak boleh menolak kepribadian yang sudah kita miliki itu. Dengan kepribadian yang kita miliki itu, kita berusaha untuk mengembangkannya semaksimal mungkin. Kita kembangkan diri kita menjadi orang yang kuat bertahan dalam perubahan-perubahan zaman. Kita tahu bahwa arus zaman dapat menjadi tantangan bagi kita dalam mengekslporasi kepribadian kita.

Hal berikutnya yang perlu kita lakukan adalah kita tidak perlu tergoda untuk menjadi diri orang lain. Belum tentu kepribadian orang lain yang kita lihat baik itu cocok dengan diri kita. Bisa saja hal itu menjadi jebakan bagi kita, sehingga kita tidak dapat bertumbuh dan berkembang dengan lebih baik.

Yang mesti kita lakukan adalah kita berusaha untuk menjadi lebih baik. Ini pangilan semua orang. Dengan cara-cara yang baik yang kita tempuh, kita ingin menjadi lebih baik lagi dalam perjalanan hidup kita. Kita tahu bahwa usaha untuk menjadi lebih baik itu tidak gampang. Ada banyak tantangan dan rintangan. Ada banyak jalan berliku yang mesti kita lewati.

Sebagai orang beriman, kita berusaha bersama Tuhan untuk memiliki kepribadian yang lebik. Sambil berusaha, kita mohon bantuan Tuhan, agar kita dibimbing untuk menjadi lebih baik. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


761

19 Agustus 2011

Berusaha Belaku Benar dan Jujur


Menjadi kaya raya memang tak dilarang. Namun, kalau mendadak jadi paling kaya, ya, itu yang bikin orang tercengang. Pemerintah pun jadi curiga. Ini kisah seorang terkaya di China yang harus mendekam di balik jeruji.

Namanya Huang Guangyu. Beberapa waktu lalu duitnya yang sejumlah 6,3 milyar dollar Amerika Serikat itu dituduh merupakan hasil manipulasi. Huang ikut bermain di pasar saham. Soalnya adalah cara yang dilakukannya adalah ilegal. Untuk dapat selalu menang, ia sering menggeluarkan uang suap.

Huang adalah bos besar grup Gome yang merupakan toko elektronik terbesar kedua di China. Akibat perbuatannya itu, pihak pemerintah menangkap Huang. Dugaannya adalah ia memanipulasi dua perusahaan masuk bursa saham, yakni Snlian Comersial Co dan Beijing Centergate Techonolgies Co.

Menurut hakim yang mengadilinya, Huang terbukti bersalah melakukan penyuapan pajak, bisnis saham ilegal. Ia juga memanipulasi bursa saham. Karena itu, selain masuk bui, ia juga harus membayar denda 600 juta yuan atau setara dengan 88 juta dollar AS.

Huang dituduh menawarkan uang suap sebesar 4,56 juta yuan atau sekitar 667.000 dollar AS kepada sejumlah pejabat. Pengadilan atas Huang merupakan kasus pertama terhadap orang kaya di China dan sekaligus mempresentasikan suatu pengadilan terhadap dunia swasta. Hal itu menunjukkan bahwa siapa pun warga China yang melakukan kejahatan, termasuk orang penting, harus diperlakukan sama di muka hukum.

Sahabat, sudahkah Anda mendapatkan perlakuan yang sama di muka hukum? Bukankah berbagai persoalan yang terjadi di negeri ini, karena yang kuat selalu menindas yang lemah? Bukankah manipulasi dan korupsi masih menjadi momok yang menakutkan di negeri ini?

Beberapa waktu lalu kita menyaksikan seorang nenek tua renta mesti mendekam di penjara lantaran mencuri beberapa buah kakao. Ia harus mengalami penderitaan atas apa yang dialaminya. Namun bagaimana dengan mereka yang telah menilap uang rakyat miliaran rupiah? Sudahkah mereka mendapatkan perlakuan hukum yang sama dengan nenek itu?

Kalau kita merefleksikan lebih dalam, kita mesti mengakui bahwa di negeri ini keadilan masih jauh dari harapan masyarakat. Akibatnya, sering kita saksikan ada penghakiman massa terhadap penjahat dan kejahatan yang dilakukan. Masyarakat mengambil inisiatif sendiri untuk menuntut kesamaan hak di muka hukum.

Kiranya kisah tadi memberi inspirasi bagi kita semua untuk berlaku benar dan jujur. Cara-cara yang melawan hukum mesti disingkirkan oleh setiap warga negara, agar kehidupan bersama menjadi lebih baik. Kalau kita ingin kesejahteraan terjadi dalam kehidupan kita, maka kita harus meninggalkan cara-cara yang melanggar hukum. Dengan demikian, hidup kita menjadi damai dan bahagia. Kita tidak perlu diseret ke meja hijau untuk diadili. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


760

18 Agustus 2011

Mengejar Kesuksesan




Namanya Sichiro Honda. Ia bukan berasal dari keluarga kaya. Ia berasal dari keluarga miskin. Sebenarnya kondisi seperti itu sudah menjadi kesimpulan bahwa ia akan tetap menjadi orang miskin. Apalagi prestasinya di sekolah terhitung sangat rendah. Ia tidak suka membaca. Ia termasuk anak yang nakal dan suka bolos. Akibatnya, hasil ulangannya selalu buruk.

Namun ketika duduk di kelas lima, bakat Soichiro dalam bidang sains mulai terlihat. Bahkan setiap kali pengajarnya memberikan pertanyaan, dengan mudah ia menjawab pertanyaan itu. Sayang, Soichiro hanya mampu menikmati bangku pendidikan hingga sekolah menengah pertama. Namun ia tidak mau menyesali nasibnya itu. Ia lalu memutuskan untuk melamar pekerjaan dan diterima sebagai montir.

Tentang pekerjaannya ini, Soichiro Honda berkata., “Sewaktu saya bekerja sebagai pegawai rendahan (montir), saat itu benar-benar merupakan ujian ketabahan yang paling berat, yang pernah dihidupi seumur hidup saya. Namun di masa-masa setelah itu saya tidak takut lagi menghadapi rintangan apa pun berkat ketabahan saya selama menjdai kacung.”

Ketabahan, ketekunan dan kerja kerasnya itu pun membuahkan hasil. Soichiro menjadi bos industri motor dan mobil Jepang bermerek terkenal ‘Honda’.

Sahabat, kisah sukses Soichiro Honda mungkin satu dari sekian juta keberhasilan manusia. Banyak orang berdecak kagum mendengar kisah sukses Soichiro Honda ini. Bagaimana mungkin seorang montir rendahan bisa menjadi seorang taipan otomotif? Apalagi mereka otomotif yang dimilikinya bukan sembarangan. Namanya sendiri telah ia bubuhkan untuk merek otomotif tersebut, yaitu Honda.

Mungkin banyak orang berpikir bahwa Honda yang sekarang menjadi salah satu kendaraan yang merajai dunia itu tumbuh dari kebesaran. Ternyata tidak. Honda itu tumbuh dari seorang bernama Soichiro. Ia membangunnya dari kerja keras penuh ketekunan dan kesabaran.

Kisah ini mau mengatakan kepada kita bahwa kesuksesan tidak diraih dengan hanya bermimpi. Kesuksesan diraih melalui kerja keras. Orang mesti melewati berbagai macam rintangan dan tantangan untuk meraih sukses. Orang mesti membangun kesuksesan itu dari berkali-kali jatuh dan bangun kembali.

Karena itu, orang mesti berjuang untuk meraih kesuksesan. Orang tidak perlu menunggu kesuksesan itu mendatanginya. Tetapi orang mesti mengejar kesuksesan itu. Caranya adalah dengan bekerja keras dengan penuh ketabahan. Ketika orang mengalami kegagalan dalam usahanya, orang tidak perlu meratapinya. Yang mesti dilakukan adalah orang mesti bangun kembali dengan menganalisa kelemahan-kelemahannya. Orang mesti berusaha menemukan titik-titik kegagalan itu untuk membuat strategi-strategi baru.

Sebagai orang beriman, usaha kita mengejar kesuksesan dan kebahagiaan tentu selalu bersama Tuhan. Kita yakin bahwa Tuhan dapat membantu kita dalam usaha-usaha kita merebut kesuksesan itu. Karena itu, mari kita sertakan Tuhan dalam usaha-usaha kita. Dengan demikian, kebahagiaan menjadi bagian hidup kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

759

17 Agustus 2011

Berpikir Ulang tentang Keindonesiaan Kita



Pembangunan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi suatu keharusan bagi kita semua. Soalnya adalah pembangunan bangsa Indonesia masih terpusat di beberapa titik dari bagian Indonesia ini. Perhatian Pemerintah Indonesia yang lebih banyak tertuju pada pembangunan Pulau Jawa dan wilayah barat Indonesia memicu komentar yang kontroversial.

Tahun lalu Ben Alotia, anggota Komisi I DPRD Sulawesi Utara, membuat pernyataan yang mengejutkan. Ia meminta warga Kepulauan Sangihe dan Talaud mengibarkan bendera Filipina. Hal itu ia lakukan karena pemerintah pusat kurang memberikan perhatian ke wilayah timur Indonesia atau wilayah pinggiran yang lama terabaikan.

Adalah fakta bahwa penduduk di pulau paling utara Indonesia yang dekat dengan Filipina itu sejak lama lebih banyak diuntungkan oleh kebijakan Manila ketimbang Jakarta. Selain banyak memakai barang-barang dari Filipina, penduduk di sana juga mendapat siaran televisi Filipina.

Seruan Alotia itu segera menyulut kontroversi di Sulawesi Utara. Banyak orang mengecam pernyataan Alotia itu. Tentang pernyataannya itu, ia berkata, “Saya juga terkejut pernyataan itu seperti ungkapan serius. Saya tidak bermaksud begitu. Saya hanya bercanda menanggapi keluhan warga dan pemerintah di Sangihe dan Talaud atas kondisi mereka.”

Sahabat, hari ini kita memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Puluhan tahun silam Soekarno dan teman-temannya telah memberi semangat kepada rakyat Indonesia untuk merdeka. Bangsa Idonesia disadarkan bahwa hidup mereka tidak tergantung pada bangsa terjajah. Mereka semestinya bangkit untuk memiliki harkat dan martabat yang sama dengan bangsa-bangsa lain. Kemerdekaan mesti menjadi dambaan manusia yang hidup di pulau-pulau Indonesia ini.’

Puluhan tahun kemudian, terbentukkah sebuah negara yang merdeka bernama Indonesia. Sebuah negara yang memberikan jaminan hidup yang sejahtera dan aman sentosa bagi warganya. Cita-cita bangsa pun ditorehkan. Rakyat Indonesia ingin membangun dirinya sendiri.

Soalnya adalah dalam pembangunan itu terjadi ketimpangan-ketimpangan. Ada wilayah yang lebih diperhatikan daripada wilayah yang lain. Akibatnya, ada wilayah yang lebih makmur dan sejahtera. Ada wilayah yang masih terbelakang di berbagai bidang kehidupan.

Karena itu, Hari Kemerdekaan RI tahun ini menjadi titik awal bagi kita semua untuk berpikir ulang tentang keindonesiaan kita. Keindonesiaan kita bukan sekedar menyanyikan dengan riang gembira lagu Indonesia Raya atau Dari Sabang Sampai Merauke Berjajar Pulau-pulau. Keindonesiaan kita bukan sekedar memiliki bendera merah putih dan lambang garuda Indonesia di dada kita.

Keindonesiaan kita ternyata lebih dari itu. Keindonesiaan kita adalah cara hidup kita dan cara pandangan kita terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu, kita semua diajak untuk terlibat dalam membangun bangsa dan negara ini secara utuh. Kita ditantang untuk memiliki wawasan yang luas mengenai Indonesia, tidak hanya terbelenggu oleh kepentingan-kepentingan pribadi.

Mari kita memiliki semangat untuk berpikir ulang tentang keindonesiaan kita. Kita bangun hidup kita, agar kita menjadi manusia Indonesia yang utuh. Dengan demikian, hidup ini menjadi sesuatu yang berguna bagi Tuhan dan sesama. MERDEKA! Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


764

Berani Mengorbankan Hidup



Menjelang pertengahan bulan, pusing mulai melanda seorang bapak. Pekerja kontrak di sebuah rumah sakit terkenal di Jakarta ini harus memikirkan biaya tambahan bagi anak keduanya yang baru saja lulus SMP. Anaknya itu harus melanjutkan sekolahnya ke tingkat SMA. Artinya, ia mesti menyiapkan biaya tambahan untuk sang anak. Padahal gaji pria berusia 42 tahun ini tidak besar.

”Kalau masuk SMA swasta, uang masuk sekitar Rp 2 juta. Kalau ke sekolah negeri, belum tentu dapat. Ah, pusing,” kata bapak yang sehari-hari bertugas membersihkan salah satu bagian selasar rumah sakit itu.

Sebagai pegawai lepas, ia diupah Rp 41.000 per hari. Kalau absen, melayanglah upah hari itu. Bila dikumpulkan, ia menerima sekitar Rp 1,2 juta per bulan. Uang itulah yang menjadi satu-satunya sumber keluarga lantaran istrinya tidak bekerja. Dengan uang itu, ia menghidupi istri dan empat orang anaknya. Mereka memilih tinggal di Citayam, karena biaya hidup di daerah ini lebih murah ketimbang di Jakarta, termasuk biaya sekolah.

Setiap bulan, keluarga ini menyisihkan Rp 200.000 untuk iuran pendidikan dua anak mereka yang duduk di kelas III SMP dan I SD. Sisanya digunakan untuk makan dan transportasi bapak itu ke tempat kerja.

Sahabat Sonora, kehidupan manusia ternyata tidak segampang yang dipikirkan banyak orang. Apalagi hidup yang dialami mereka yang berpenghasilan pas-pasan. Mereka harus berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar hidup mereka. Mereka harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan sesuap nasi.

Kisah Yudi tadi menunjukkan kepada kita bahwa usaha keras mesti ia lakukan demi keberhasilan anak-anaknya. Ia mesti mengorbankan hidupnya demi orang-orang yang disayanginya. Ada tantangan yang mesti ia hadapi. Ada rintangan yang mesti ia lewati. Dan ketika ia berhasil melewati rintangan-rintangan itu, ia akan mengalami sukacita. Kegembiraan menjadi bagian dari hidupnya.

Tentu saja suatu kesuksesan dalam hidup diraih melalui korban. Orang mengatakan bahwa keberhasilan itu diraih berkat tetes-tetes airmata yang dicucurkan. Orang yang mau berhasil tanpa berkorban hanyalah bermimpi.

Orang yang mencintai sesamanya tanpa berkorban juga hanyalah suatu mimpi. Karena itu, orang yang sungguh-sungguh mencintai sesamanya mesti berani mengorbankan hidupnya bagi yang dicintainya itu.

Karena itu, orang beriman mesti berani mengorbankan hidupnya demi kebaikan hidup sesamanya. Ketika seseorang mengorbankan hidupnya demi mereka yang dicintainya, ia akan menemukan hidup ini menjadi lebih bermakna. Hidup ini menjadi lebih indah. Mari kita berusaha untuk terus-menerus berkorban demi mereka yang kita cintai. Dengan demikian, hidup ini menjadi semakin indah dan damai. Hidup ini bukan menjadi beban, tetapi menjadi berkat bagi banyak orang. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

758

13 Agustus 2011

Menyadari Kehadiran Tuhan dalam Hidup



Masih adakah mukjijat dalam hidup kita? Apakah Tuhan masih memperhatikan hidup kita? Mungkin pertanyaan-pertanyaan ini sering timbul tenggelam dalam hidup kita. Apalagi ketika kita mengalami penderitaan.

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini muncul dalam hidup kita. Kadang-kadang pertanyaan-pertanyaan seperti ini merupakan cerminan ketidakpercaayaan karena musibah yang kita alami. Dalam kondisi terpuruk seperti itu, kita bisa mempertanyakan kebaikan Tuhan. Kita mempertanyakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita.

Namun dalam perjalanan hidup manusia kita mesti mengatakan bahwa Tuhan masih tetap hadir dalam hidup kita. Hal ini terjadi dalam hidup seorang bocah berusia 9 tahun bernama Ruben van Assouw. Ia adalah satu-satunya korban selamat dalam kecelakaan pesawat di Tripoli, Libya, pada Rabu, tanggal 12 Mei 2010. Ia ditemukan hidup di puing-puing pesawat Airbus A330 milik Afriqiyah Airways itu. Pesawat itu jatuh saat hendak mendarat di Tripoli dalam penerbangan dari Johannesburg. Kecelakaan itu sendiri menewaskan 103 penumpangnya.

Bukankah hal ini menunjukkan bahwa Tuhan masih ada? Bukankah Tuhan masih tetap menemani perjalanan hidup manusia? Karena itu, Daily Mail, sebuah harian di Inggris, memberi judul Anak Ajaib saat menulis tentang Ruben. Atau Harian Bild dari Jerman memberi judul Keajaiban dari Tripoli.

Mengapa terjadi keajaiban? Karena Tuhan hadir. Tuhan memberikan perlindungan kepada umatNya. Keajaiban itu terjadi karena Tuhan tidak mau membiarkan manusia binasa begitu saja. Tuhan mau mengatakan kepada manusia bahwa Tuhan tetap peduli terhadap kehidupan. Ruben menjadi saksi kebaikan Tuhan itu. Ruben menjadi tanda bahwa Tuhan tetap mencintai manusia.

Sahabat, apakah Anda juga merasakan kebaikan Tuhan, ketika Anda sedang mengalami musibah? Ketika Anda mengalami bahwa hidup ini begitu penat oleh berbagai beban kehidupan, apakah Anda masih merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup Anda? Atau justru sebaliknya, Anda justru tidak merasakan kehadiran Tuhan dalam pergulatan hidup Anda?

Tentu saja saya yakin, Anda masih merasakan kebaikan Tuhan dalam hidup Anda. Tuhan hadir dalam berbagai cara, ketika Anda mengalami musibah dalam hidup ini. Tuhan hadir melalui orang-orang yang membantu Anda dalam musibah itu. Misalnya, Anda mengalami kecelakaan lalulintas, ada orang-orang yang dengan tulus hati membawa Anda ke rumah sakit. Ada orang-orang yang merawat dan menjaga Anda. Mereka memperhatikan keselamatan jiwa Anda.

Sebagai orang beriman, kita yakin bahwa Tuhan punya seribu satu cara untuk menghadirkan diri dalam hidup kita. Kehadiran Tuhan itu melulu demi kebahagiaan kita. Karena itu, yang mesti kita sadari adalah kebaikan Tuhan yang senantiasa melimpah bagi hidup kita. Kasih Tuhan tetap menyertai perjalanan hidup kita. Untuk itu, hidup kita sendiri mesti menjadi saksi kebaikan Tuhan. Hidup kita sendiri mesti menampakkan kasih Tuhan terhadap manusia. Mari kita tetap menghidupi kasih Tuhan dalam hidup kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


757

12 Agustus 2011

Menumbuhkan Keseimbangan dalam Hidup


Keseimbangan hidup merupakan dambaan setiap orang dalam hidup ini. Orang yang dapat menciptakan keseimbangan dalam hidupnya akan menemukan hidup ini begitu bermakna. Hidup ini memilki suatu kegembiraan yang luar biasa. Orang akan menjalani hidup ini dengan suatu optimisme yang tinggi.

Untuk itu, orang mesti fokus pada tujuan hidupnya. Orang tidak bisa hidup semau gue. Orang mesti memiliki rencana-rencana hidup yang pasti. Bukan asal hidup dari hari ke hari. Orang yang asal hidup saja akan menemukan hidup ini kurang bermakna. Hidup ini akan membosankan. Dan orang seperti ini akan menjalani hidup ini dengan penuh pesimisme. Tentu saja kita tidak mau seperti ini.

Jessica Alba, seorang aktris Hollywood membutuhkan keseimbangan hidup itu. Ia ingin menjalani hidup ini secara normal. Ia tidak mau hidup seperti peran-peran yang ia lakoni dalam film-film yang dibintanginya. Walaupun tahun ini mendapatkan banyak proyek pembuatan film, Alba menuturkan, yang menjadi prioritasnya bukan lagi karier di dunia layar lebar.

Alba yang bermain dalam film berjudul The Killer Inside Me ini berkata, ”Prioritas saya berubah sejak punya anak. Sekarang fokus saya bagaimana memberikan yang terbaik untuk anak. Jadi, saya harus menemukan keseimbangan antara menjadi ibu di rumah dan bekerja.”

Ia ingin menjalani hidup ini secara normal. Ia butuh keseimbangan untuk memiliki hidup yang normal itu. Ibu dari Monor Marie ini berkata, ”Sehari-hari saya adalah orang normal, yang bergaul bersama keluarga dan teman-teman secara normal. Saya tetap warga biasa, meski bekerja sebagai pemain film.”

Sahabat, tentu kita semua ingin menjalani hidup ini secara normal. Artinya, kita mendambakan keseimbangan antara hidup sehari-hari dengan pekerjaan kita. Kita tidak ingin pekerjaan atau karier kita menguasai seluruh hidup kita. Kita tidak ingin hidup kita dikuasai oleh kesibukan-kesibukan kita di luar rumah saja.

Kita butuh waktu untuk menjalani hidup ini secara normal bersama orang-orang yang kita cintai. Kita ingin mengungkapkan kasih kita kepada sesama melalui kehadiran kita yang intens di dalam keluarga kita. Kita tidak hidup hanya untuk bekerja atau mengejar kesuksesan dalam karier. Tetapi kita hidup untuk membahagiakan diri kita dan orang-orang yang kita cintai.

Karena itu, kita butuh keseimbangan dalam hidup ini. Kita butuh keseimbangan dalam membangun relasi dengan sesama. Kita butuh keseimbangan dalam kehidupan rohani kita. Kita butuh keseimbangan untuk membangun relasi pribadi dengan Tuhan yang kita imani melalui doa-doa kita.

Ketika keseimbangan itu terjadi dalam hidup ini, kita akan mengalami suasana yang membahagiakan. Kita akan mengalami betapa hidup ini memiliki makna yang begitu dalam bagi kita. Kita akan mengalami bahwa Tuhan pun menjadi dekat dengan kita. Tuhan peduli terhadap hidup kita.

Karena itu, mari kita berserah diri kepada Tuhan. Dengan cara ini, kita dapat tetap setia kepada Tuhan dan sesama. Kita dapat membangun keseimbangan itu bersama Tuhan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ



756

11 Agustus 2011

Tuhan Selalu Membantu Kita melalui Sesama Rata Penuh

Suatu hari seorang pemuda terjatuh. Kakinya terpeleset saat berjalan di trotoar. Lututnya terpelecok. Ia merasakan sangat sakit. Ia berteriak meminta pertolongan. Orang-orang berdatangan mengerumuninya. Lantas empat orang lelaki segera membawanya ke rumah sakit terdekat. Ia kemudian dirawat di rumah sakit tersebut dengan jaminan mereka.

Beberapa hari kemudian ia boleh pulang ke rumahnya dengan lutut yang diperban. Keempat orang lelaki itu sudah menghilang dari hidupnya. Namun mereka telah membayar semua biaya perawatannya. Pemuda itu tidak bisa mengerti mengapa di zaman seperti ini masih ada orang yang punya kepedulian yang begitu besar terhadap sesamanya.

Namun pemuda itu tetap bersyukur atas kebaikan keempat lelaki itu. Ia telah menerima kebaikan itu. Ia tidak perlu menderita lebih lama lagi. Apalagi ia sendiri tidak punya banyak uang untuk membiayai pengobatan lututnya. Sebagai gantinya, ia mendoakan mereka, agar Tuhan memberi mereka kesehatan yang baik.

Menurut pemuda itu, bantuan yang ia butuhkan itu berasal dari Tuhan sendiri. Tuhan telah menggunakan sesamanya untuk membantu dirinya. Ternyata Tuhan masih ada. Tuhan tidak meninggalkan dirinya di saat ia sangat membutuhkan bantuan. Tuhan membantunya melalui orang lain, meski ia sendiri tidak mengenal mereka.

Sahabat, kita sering terjebak dalam persoalan-persoalan hidup kita sendiri. Kita tidak tahu bagaimana kita mesti keluar dari persoalan-persoalan itu. Ada yang kemudian lari dari persoalannya. Akibatnya, orang seperti ini merasa selalu dikejar-kejar oleh persoalan hidupnya. Hidupnya menjadi tidak bahagia. Ia menjadi orang yang mudah dikuasi oleh persoalan-persoalan hidup.

Apa yang mesti dilakukan, agar orang tidak melarikan diri dari persoalan-persoalan hidupnya? Yang mesti dilakukan adalah orang membuka hatinya kepada sesamanya. Orang berani meminta bantuan dari sesamanya. Orang mesti yakin bahwa Tuhan bekerja melalui sesama dalam hidup sehari-hari.

Untuk itu, orang mesti berani merendahkan hatinya. Orang tidak boleh menganggap dirinya dapat menyelesaikan persoalan-persoalan hidupnya dengan kekuatannya sendiri. Tuhan telah memberikan sesama bagi hidup kita untuk membantu kita dalam hidup ini. Karena itu, manusia disebut makhluk sosial. Makhluk yang tidak bisa hidup untuk dirinya sendiri. Manusia selalu hidup bersama orang lain.

Karena itu, sebagai orang beriman, kita mesti selalu menghargai keberadaan sesama di sekitar kita. Kisah tadi memberi kita inspirasi untuk senantiasa menghargai kehadiran sesama itu. Tuhan hadir dalam setiap langkah hidup kita. Tuhan siap memberikan bantuan kepada kita di saat kita mengalami persoalan-persoalan dalam hidup ini. Karena itu, mari kita membuka hati kita kepada Tuhan melalui sesama yang ada di sekitar kita. Kita membiarkan diri kita dibantu oleh Tuhan melalui sesama kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

755

10 Agustus 2011

Bersyukur atas Belas Kasih Tuhan



Ungkapan syukur atas keberhasilan dapat diungkapan melalui berbagai cara. Ada yang mengungkapkannya melalui pesta dengan mengundang teman-temannya. Ada yang mengungkapkannya dengan cara berteriak-teriak. Ada yang bersyukur dengan mengadakan ibadah syukuran.

Seniman Nyoman Nuarta beberapa waktu lalu sibuk menggarap proyek kawasan wisata di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Ia membangun patung sebagai ungkapan syukur masyarakat. eria berusia 60 tahun ini berkata, ”Saya membangun patung sebagai ungkapan syukur masyarakat Tapanuli Tengah, karena terhindar dari tsunami yang melanda Aceh.”

Patung tersebut diberi nama Patung Anugerah. Patung itu setinggi 60 meter. Namun pembuatan patung itu tidak hanya untuk mengungkapkan rasa syukur masyarakat. Pembuatan patung itu juga sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisata ke tempat ini.

Menurut Nyoman Nuarta, selama ini pariwisata di negeri ini selalu menumpang pada obyek-obyek wisata yang sudah menjadi warisan turun-temurun. Karena itu, sejak membangun kompleks wisata Garuda Wisnu Kencana di Bali, Nuarta selalu berusaha membangun patung, lengkap dengan kawasan wisatanya.

Tentang hal ini, ia berkata, ”Obyek wisata itu investasi, jadi harus diciptakan. Di sini daerahnya indah, tetapi jarang yang mau investasi.”

Sahabat, sikap syukur atas keberhasilan yang kita capai mesti menjadi bagian dari hidup kita. Mengapa? Karena kita ini makhluk yang hanya mengandalkan kasih karunia dari Tuhan. Kita hanya bisa hidup dengan baik, karena belas kasih Tuhan. Orang yang mampu bersyukur itu orang yang merendahkan dirinya di hadapan Tuhan. Orang yang tidak menganggap dirinya mampu mengatasi segala persoalan yang dihadapinya.

Untuk itu, sikap syukur kita mesti datang dari hati yang tulus. Artinya, sikap syukur itu tumbuh dari hati yang rendah hati. Hati yang senantiasa menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Hati yang ingin kebaktiannya kepada Tuhan sebagai suatu bentuk ucapan terima kasih atas belas kasih Tuhan itu.

Namun sering manusia mengucap syukur atas kebaikan Tuhan itu berdasarkan prestasi yang diraihnya. Seolah-olah prestasi-prestasi hebat yang diraih itu hanyalah usaha manusia belaka. Karena itu, orang merasa memiliki kemampuan untuk bersyukur kepada Tuhan.

Karena itu, sebagai insan beriman, kita diajak untuk senantiasa mengungkapkan syukur kita kepada Tuhan dengan hati yang tulus. Kita tidak bersyukur hanya ketika kita meraih prestasi-prestasi dalam hidup ini. Namun kita mesti senantiasa bersyukur atas kasih karunia Tuhan yang telah kita terima. Dengan demikian, kita menjadi orang yang memiliki hidup yang damai dann tenteram. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


754

09 Agustus 2011

Lawan Rasa Takut


Setiap orang pasti pernah mengalami rasa takut. Orang takut akan hal-hal yang mengancam diri dan hidupnya. Orang takut kehilangan dirinya. Orang takut tidak punya kawan dalam hidup. Orang takut menghadapi persoalan-persoalan hidupnya. Orang takut untuk mati muda, karena orang ingin hidup lebih lama dan lebih berguna bagi diri dan sesamanya. Karena itu, orang berusaha untuk melenyapkan rasa takut dari dirinya.

Persoalannya adalah mengapa orang takut? Mungkin ini pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh setiap manusia. Ketika orang menemukan jawabannya, orang akan mengalami kebahagiaan dalam hidupnya. Ketika orang berusaha menemukan jawaban atas pertanyaan ini, orang tidak perlu merasa takut lagi akan hidupnya.

Eva Mendes, seorang aktris film, mengatakan bahwa salah satu ketakutan yang dialaminya adalah takut tenggelam. Karena itu, Eva yang membintangi fim The Bad Lerutenant ini berusaha keras untuk belajar berenang. Perempuan berusia 37 tahun ini percaya bahwa sangat penting orang bisa mengatasi ketakutan dalam hidup.

Tentang usahanya itu, ia berkata, ”Aku berusaha melawan ketakutanku. Aku berusaha jujur pada diri sendiri dan menghadapi ketakutan itu. Aku tak bisa berenang, jadi aku minta temanku tidak memberikan pelampung. Aku tahu itu gila, tetapi aku melakukannya dan berhasil.”

Sahabat, sering orang membiarkan rasa takut menjadi bagian dari hidupnya. Seolah-olah orang tidak punya kekuatan untuk melawan rasa takut itu. Akibatnya, rasa takut itu menguasai dirinya. Orang tidak bisa melepaskan diri dari rasa takut itu. Padahal rasa takut itu dapat membuat orang tidak berkembang dengan baik. Orang tidak bisa bertumbuh secara maksimal.

Karena itu, kalau orang ingin bertumbuh dengan baik, orang mesti berusaha untuk melawan rasa takut yang ada dalam dirinya. Apa yang dilakukan oleh Eva Mendes menjadi salah satu contoh bagaimana orang mesti berusaha untuk keluar dari rasa takut itu. Orang mesti berusaha untuk jujur pada dirinya sendiri. Orang tidak perlu menutup-nutupi kekurangan dirinya. Orang mesti terbuka untuk meminta bantuan orang lain untuk mengatasi rasa takut yang ada dalam dirinya. Dengan demikian, orang dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik.

Sebagai orang beriman, kita juga meminta bantuan dari Tuhan yang kita imani. Untuk itu, orang mesti tidak takut membuka hatinya kepada Tuhan. Orang mesti membiarkan Tuhan hadir di dalam hidupnya untuk mengatasi rasa takut itu. Dengan demikian, hidup bahagia yang menjadi bagian dari hidupnya. Bukan rasa takut yang menguasi diri kita. Orang yang takut itu orang yang kurang beriman. Orang yang takut itu terlalu mengandalkan dirinya sendiri. Hal ini juga berarti orang menyombongkan dirinya.

Mari kita berusaha untuk terus-menerus membuka hati kita kepada Tuhan. Dengan demikian, hidup kita dipenuhi oleh kuasa Tuhan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


753

08 Agustus 2011

Cermat dan Kritis terhadap Tawaran si Jahat


Ada seorang pemuda yang membenci dirinya sendiri. Pasalnya, ia merasa hidupnya tidak pantas. Ia mengaku selalu jatuh ke dalam dosa yang berat. Ia sudah berjuang habis-habisan untuk melawan dosa-dosanya itu. Namun ia merasa tidak mampu. Sebelum tidur malam, ia sudah berjanji untukk tidak lagi melakukan dosa keesokan harinya. Namun ia masih melakukan dosa yang mengganggu pikirannya.

Karena itu, pemuda itu merasa lebih baik ia mengakhiri hidupnya. Ia merasa tidak kuat menghadapi godaan-godaan. Ia ingin hidup suci, tetapi godaan-godaan untuk melakukan dosa selalu menghantui dirinya. Ia ingin hubungannya dengan Tuhan dan sesama selalu harmonis. Namun yang ia jumpai adalah ia semakin jauh dari Tuhan. Dosa-dosa yang ia lakukan itu membuat relasinya dengan Tuhan dan sesama selalu buruk.

Keputusannya adalah ia membenci dirinya sendiri. Ia merasa bahwa hasrat dirinya untuk melakukan dosa selalu mengalahkan kehendak baiknya. Namun suatu ketika ia disadarkan oleh seorang yang suci. Orang suci itu mengatakan kepadanya bahwa ia tidak perlu membenci dirinya sendiri. Justru ketika ia membenci dirinya itu, ia akan gagal dalam usaha untuk keluar dari dosa-dosanya. Yang mesti ia lakukan adalah menciptakan situasi untuk mencintai dirinya sendiri.

Sahabat, kita hidup dalam dunia yang menggoda kita untuk mengikuti kemauan-kemauan si jahat. Si jahat selalu menawarkan hal-hal yang seolah-olah baik untuk diri kita. Si jahat menawarkan orang untuk meraih kekayaan dalam waktu yang singkat dengan cara yang tidak halal. Si jahat selalu berusaha membuka mata kita untuk menerima dan menghidupi tawarannya. Kalau kita tidak cermat dan kritis, kita dengan gampang akan mengikutinya.

Karena itu, seorang beriman dituntut memiliki hati nurani yang jernih. Artinya, orang beriman selalu cermat dan kritis ketika berhadapan dengan suatu godaan. Orang beriman tidak mudah menyerah terhadap setiap bentuk godaan dari si jahat. Mengapa? Karena apa yang ditawarkan si jahat itu hanya bersifat semu. Apa yang ditawarkan oleh si jahat itu hanya memberikan kebahagiaan sesaat saja. Yang ditawarkan si jahat itu hanya akan menghancurkan hidup kita.

Kita saksikan begitu banyak orang menderita, karena mengikuti tawaran-tawaran si jahat. Orang yang mau menjadi kaya dalam waktu yang singkat kemudian merampok harta kekayaan orang lain dengan kasar. Bahkan orang mengorbankan hidup sesamanya hanya demi kekayaan.

Atau ada orang yang merampas uang rakyat dengan tindakan korupsi. Tindakan korupsi itu dosa yang selalu menghantui dirinya. Akibatnya, ia tidak tenang dalam hidupnya. Ia berusaha untuk menghindar, namun tidak bisa. Sampai suatu saat ia dihadapkan ke pengadilan atas tindakan korupsi itu. Ia akan mengalami hidup yang menderita, kalau ia divonis bersalah. Si jahat telah membawa dirinya kepada kehancuran.

Karena itu, mari kita cermat dan kritis terhadap tawaran-tawaran si jahat. Dengan demikian, hidup kita menjadi damai dan tenteram. Kita dapat bersukacita dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


752

07 Agustus 2011

Wariskan Kebaikan kepada Sesama

Banyak orang merasa bahwa hidupnya akan menjadi lengkap, kalau mendapatkan warisan dari pendahulunya. Bahkan ada orang-orang yang memburu warisan itu. Akibatnya, sering terjadi konflik karena persoalan warisan. Orang-orang yang bersaudara pun bisa mengalami konflik, karena warisan itu. Hidup persaudaraan menjadi tidak harmonis. Sesama saudara menjadi saling curiga.

Ikang Fawzi merasa lega, karena satu dari dua anak gadisnya, si bungsu Chikita Fawzi, meneruskan jejaknya sebagai penyanyi rock. Chikita yang kini bekerja di bidang animasi di Malaysia memiliki band beraliran rock. Ia aktif tampil di pentas-pentas musik di Malaysia.

Pria berusia 51 tahun ini berkata, ”Di Malaysia, dia jadi animator. Meski banyak kerja malam, ternyata dia masih punya waktu untuk main band.”

Ikan Fawzi semakin bangga setelah menyaksikan penampilan Chikita di atas panggung. Menurutnya, Chikita pantas diberi acungan jempol. Ia berkata, ”Ternyata dia bisa menyanyi dengan baik. Suaranya punya kekuatan. Dia enggak sekadar menyanyi di atas panggung.”

Ikang tidak menyangka Chikita akan mewarisi bakatnya. Tentang hal ini ia berkata, ”Sejak umur enam tahun memang dia belajar piano, gitar juga. Tapi, selebihnya dia belajar sendiri saja.”

Karena itu, yang ia lakukan adalah mendukung sepak terjang anak gadisnya itu. Apa pun yang dia mau, sebagai orangtua, ia mendukung. Ikang berkata, “Apalagi dulu, saya sempat sedih karena enggak ada yang meneruskan jejak saya. Sekarang saya bangga...”

Sahabat, apa yang Anda wariskan bagi anak-anak Anda? Harta yang berlimpah-limpah? Atau yang Anda wariskan adalah kemampuan-kemampuan yang ada dalam diri Anda? Tentu saja Anda boleh mewariskan apa saja kepada anak-anak Anda. Namun satu hal yang penting adalah warisan yang Anda berikan itu mesti membantu anak-anak Anda menjadi orang-orang yang baik.

Pepatah mengatakan buah yang jatuh itu tidak jauh dari pohonnya. Bakat-bakat yang ada dalam diri seseorang itu juga diwariskan kepada anak-anaknya. Soalnya adalah apakah warisan berupa bakat-bakat itu dapat diteruskan dengan baik? Atau sebaliknya, bakat-bakat itu dibiarkan terlantar dan tidak dikembangkan dengan baik?

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa warisan yang kita tinggalkan bagi penerus kita mesti sesuatu yang baik. Kebaikan yang ada dalam diri kita mesti kita wariskan kepada penerus kita. Semangat hidup kita yang baik menjadi sesuatu yang berguna bagi mereka yang akan membangun hidup yang lebih baik.

Sebagai orang beriman, kita wariskan iman yang baik dan benar kepada orang-orang yang kita jumpai. Orang mewariskan iman yang dimiliki itu kepada sesamanya. Dengan demikian, iman itu bertumbuh dan berkembang dalam hidup sehari-hari. Namun yang diwariskan itu bukan hanya iman. Yang diwariskan itu juga perbuatan-perbuatan yang baik. Mengapa? Karena iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati. Iman itu tampak dalam perbuatan yang baik dan benar. Mari kita wariskan perbuatan-perbuatan yang baik kepada sesama kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


751

06 Agustus 2011

Meraih Kebahagiaan dengan Cara-cara yang Wajar




Mengikuti keinginan diri bisa-bisa membuat orang ketagihan. Kalau orang tidak dapat mengendalikan keinginan-keinginannya, orang dapat memiliki ketergantungan yang terus-menerus. Karena itu, orang mesti berani membatasi keinginan dirinya. Yang penting bukan memenuhi keinginan itu. Tetapi yang lebih penting adalah orang merasa bahagia dalam hidupnya.

Penyanyi Nindy sudah tak sabar untuk segera kembali lagi ke Kota Solo, Jawa Tengah. Bukan untuk mencari makanan enak atau belanja batik, tetapi ia ingin menari. Keinginan menari itu meluap setelah selama tiga hari sejak Selasa tanggal 4 Mei 2010 lalu, perempuan kelahiran Padang, Sumatera Barat, itu bergabung dengan para penari dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.

Tentang menari, ia berkata, ”Menari itu ternyata sangat menyenangkan. Badanku tidak capek, malah jadi lebih enak. Aku jadi kepengin (menari) terus.”

Penyanyi bernama lengkap Anindya Yandirest Ayunda berusia 22 tahun ini ikut dalam sebuah pentas musikal di Jakarta. Karena itu, ia belajar menari. Tentang latihan menari itu, ia berkata, “Awalnya sulit dan badanku sakit. Itu karena baru pertama kali aku nyoba. Tetapi, setelah dicoba terus, ternyata menyenangkan dan aku suka. Aku pengin cepat-cepat kembali ke Solo.”

Sahabat, apa yang dilakukan Nindy merupakan suatu contoh betapa dahsyatnya terpenuhinya keinginan seseorang. Namun orang tidak boleh berhenti pada terpenuhinya suatu keinginan diri sendiri. Orang harus memilah manfaat keinginannya itu bagi kepentingan yang lebih besar. Kalau orang hanya sampai pada usaha meraih keinginan, orang akan cepat bosan dalam hidupnya.

Tentu saja pengalaman Nindy dalam kisah tadi bukan hanya sekedar memenuhi keinginan diri pribadinya. Ia berlatih keras sampai berguling-guling di lantai untuk suatu tujuan yang lebih besar. Berlatih menari itu hanya sebuah sarana untuk mencapai tujuan tampil prima dalam pentas musikal. Ketika ia berlatih dengan baik dan benar, ia mengalami bahagia.

Dalam kehidupan beriman, orang mesti mengalami proses dalam hidupnya. Proses kehidupan itu dijalani dengan suatu usaha keras untuk meraih kebahagiaan diri dan sesama. Hidup orang beriman itu tidak hanya mencari keuntungann bagi dirinya sendiri. Orang beriman tidak hidup untuk dirinya sendiri. Tetapi orang beriman itu selalu berusaha membahagiakan diri dan sesamanya.

Karena itu, dalam meraih kesuksesan dalam hidup, orang beriman mesti berani bekerja bersama yang lain. Orang yang mau terbuka terhadap sesama akan mengalami sukacita dalam hidupnya. Orang akan mengalami bahagia dalam hidup ini. Orang tidak perlu mencari-cari kebahagiaan dengan cara-cara yang tidak manusiawi.

Mari kita berusaha untuk meraih kebahagiaan hidup dengan cara-cara yang wajar dan manusiawi. Kita tidak perlu memaksakan diri kita. Dengan demikian, hidup kita menjadi lebih bahagia. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


750

05 Agustus 2011

Meraih Kebahagiaan dalam Hidup



Setiap orang mendambakan hidup yang bahagia. Untuk itu, ada berbagai usaha untuk meraih hidup yang bahagia. Ada yang kemudian bekerja mati-matian untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta kekayaan. Ada yang memuaskan diri dengan berekreasi ke tempat-tempat wisata yang indah permai. Ada yang mengunjungi sebanyak mungkin teman-temannya.

Namun sering orang salah tanggap. Orang merasa bahwa kebahagiaan itu dicapai setelah keinginan-keinginannya terpenuhi. Apalagi keinginan yang terbesar dalam hidup itu sudah terpenuhi, orang akan merasa sangat senang. Orang seolah-olah merasa berada dalam surga. Orang merasa puas. Orang merasa diliputi sukacita yang tiada tara.

Ada seorang gadis yang merasa senang luar biasa, ketika keinginannya untuk bertunangan dengan pria yang diidam-idamkannya terpenuhi. Hatinya berbunga-bunga. Hari-harinya selalu dikuasi oleh perasaan tenang. Namun setelah beberapa bulan, ia mulai merasa bahwa apa yang telah dicapinya itu sebenarnya membuat dirinya tidak bebas lagi. Ia merasa sedih. Apalagi ia seorang gadis karier yang mesti menentukan segala sesuatu untuk kelanjutan hidupnya.

Gadis itu merasa kariernya terancam. Ia tidak habis pikir mengapa hal itu bisa terjadi. Padahal ia telah memutuskan sendiri memiliki pemuda yang menjadi dambaannya. Ia tidak merasa bahagia. Ia merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupnya. Ia merasa bahwa hidupnya pun terancam.

Sahabat, kebahagiaan itu bukan hanya soal terpenuhinya keinginan kita. Boleh saja kita meraih keinginan-keinginan yang ada dalam diri kita. Namun bisa saja terjadi bahwa keinginan-keinginan itu justru memasung diri kita. Keinginan-keinginan itu dapat membuat kita tidak bahagia dalam hidup.

Karena itu, orang mesti memiliki pengertian yang benar tentang kebahagiaan. Pengertian yang salah tentang kebahagiaan dapat menyebabkan hidup kita sengsara. Kita dapat menderita lebih parah, ketika kita hanya menyamakan terpenuhinya keinginan dengan kebahagiaan. Untuk itu, orang mesti menguji keinginan-keinginan hatinya. Jangan-jangan keinginan hatinya itu hanya semu belaka. Dengan demikian, orang tidak terjebak pada hanya mengandalkan terpenuhinya keinginan-keinginannya.

Kebahagiaan itu berarti orang memiliki rasa hidup yang benar. Kebahagiaan itu dicapai ketika orang menjalani hidup ini dengan enak, sesuai kebutuhan, seperlunya, secukupnya, semestinya, dan sebenar-benarnya. Kalau orang masih terpasung oleh ambisi pribadi untuk memenuhi keinginan-keinginannya saja, orang gagal meraih kebahagiaan. Orang tidak merasa enak dalam hidupnya. Orang selalu merasa kekurangan dalam hidupnya. Orang belum hidup sebenar-benarnya.

Karena itu, mari kita berusaha mengurangi keinginan-keinginan diri kita. Dengan demikian, kita dapat meraih kebahagiaan hidup yang sebenar-benarnya. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


749

04 Agustus 2011

Keluarga sebagai Sumber Cinta Kasih



Terbetik berita beberapa waktu lalu seorangg murid kelas dua sebuah SMP di Jakarta Utara nekat bunuh diri. Ia mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri di rumah. Pasalnya adalah ia sering dimarahi oleh orangtuanya. Menurut keterangan, orangtuanya meminta dirinya untuk rajin sekolah. Orangtuanya melarangnya untuk mengikuti Kelompok Belajar (Kejar) Paket C.

Tidak terima dimarah terus-menerus, bocah berusia lima belas tahun itu nekat menggantung dirinya. Awalnya ia dimarahi oleh orangtuanya, karena ia tidak masuk sekolah. Anak itu memang malas pergi ke sekolah. Akibatnya, dua kali ia tertinggal kelas. Adiknya yang terpaut dua tahun dengannya kini sama-sama duduk di kelas yang sama.

Menurut beberapa warga, anak itu dikenal sebagai anak yang nakal. Dia memiliki hobi balap motor liar. Dia tidak bergaul di daerah di mana ia tinggal. Teman-temannya kebanyakan berasal dari daerah lain.

Sahabat, berita seperti ini tentu saja membuat hati kita sakit. Ada anak manusia yang mesti mengakhiri hidupnya dengan begitu tragis. Seolah-olah tidak ada jalan yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Orang mudah sekali mengambil jalan pintas.

Tentu saja persoalan bunuh diri dari seorang anak mesti diselidiki secara cermat. Ada banyak hal yang menyebabkan seorang anak memutuskan untuk mengakhiri hidupnya secara tragis. Misalnya, keharmonisan yang tidak pernah ia dapatkan dalam hidup berumahtangga. Yang ia peroleh dari keluarganya adalah suasana yang mencekam dirinya. Orangtua yang biasa bertengkar, misalnya, dapat menjadi pemicu seorang anak mengakhiri hidupnya secara tragis. Atau kehadiran dalam keluarga yang tidak diterima dengan baik dapat menimbulkan rasa takut dalam dirinya. Ia pun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

Kalau situasi keluarga yang kurang mendukung hidup seorang anak, maka orangtua mesti mawas diri. Orangtua mesti mulai mencari cara-cara yang terbaik untuk memperbaiki kondisi keluarga. Orangtua mesti mulai membangun suatu kehidupan yang lebih harmonis.

Dengan demikian, keluarga dapat menjadi tempat yang membahagiakan bagi seorang anak. Keluarga dapat menjadi tempat bagi seorang anak untuk menimba kasih sayang. Keluarga menjadi tempat bagi seorang anak untuk belajar mencintai hidupnya.

Sebagai orang beriman, kita mesti mendahulukan cinta kasih dalam membangun hidup berkeluarga. Di dalam keluarga itu selalu ada suasana yang bahagia. Dalam keluarga itu masing-masing pihak mampu menimba kebaikan untuk hidup masing-masing. Karena itu, dibutuhkan komitmen bersama dalam membangun hidup bersama yang bersumber dari cinta kasih. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ'


747

03 Agustus 2011

Muliakan Tuhan dengan Tubuh yang Sehat dan Segar



Anda masih ingat Madona? Penyanyi dan bintang film satu ini sudah hampir berusia 53 tahun. Namun Madona masih memiliki tubuh yang begitu kencang. Ia masih tampil seksi dan menarik di atas panggung.

Apa yang membuat penampilannya masih segar bugar? Ternyata Madona punya kebiasaan berlatih dengan keras dan pola makan yang sehat. Selain itu tentunya juga kekayaan, yang membuatnya mampu melakukan perawatan apa pun yang diinginkannya.

Namun, ada dua hal lagi yang disebut-sebut sebagai rahasia awet muda Madonna. Ibu tiga anak ini kabarnya rajin minum air kelapa. Ia sudah menginvestasikan 1,5 juta US dollar di perusahaan air kelapa, Vita Coco. Minuman yang diperoleh dari kelapa hijau muda ini diyakini mengandung nutrien dan elektrolit yang menjaga kulit dan tubuhnya tetap berkilau.

Sahabat, banyak orang mencari cara-cara terbaik untuk memiliki tubuh yang awet muda. Berbagai sarana dan prasarana pun disediakan untuk menciptakan kebugaran tubuh itu. Misalnya, finess center yang dibangun di banyak tempat di kota kita. Atau jamu-jamuan yang diciptakan untuk memelihara tubuh kita tetap sehat dan awet. Tak terhitung banyaknya dana yang telah dikeluarkan oleh manusia untuk awet muda.

Pertanyaannya, mengapa manusia berusaha mati-matian untuk menciptakan sarana dan prasarana itu? Jawabannya adalah karena hidup ini memiliki nilai yang tinggi. Mengapa Madona berlatih keras untuk menjaga kesintalan tubuhnya? Karena hidup ini memiliki makna yang begitu mendalam. Kalau hidup ini tidak memiliki makna, untuk apa orang berusaha keras untuk menjaga kondisi tubuhnya tetap sehat dan segar?

Tuhan telah menciptakan tubuh manusia dengan tujuan-tujuan yang indah. Tubuh yang sehat dan segar memiliki daya yang kuat untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Soalnya, banyak orang kurang peduli terhadap hidup ini. Banyak orang membiarkan tubuhnya loyo dan lemas oleh berbagai perilaku negatifnya. Orang kurang menghargai kehidupan ini.

Minum minuman beralkohol tinggi merupakan salah satu bentuk kurangnya penghargaan manusia terhadap kehidupan. Atau merokok dan menggunakan narkoba menjadi salah satu bentuk penolakan manusia terhadap makna kehidupan ini. Kenikmatan sesaat itu mendorong manusia untuk mengenyahkan kehidupan yang telah diberikan Tuhan itu. Bukankah ini suatu tindakan yang tidak mensyukuri kebaikan Tuhan?

Mari kita memelihara tubuh kita agar tetap sehat dan segar. Dengan demikian, kita dapat memuliakan Tuhan dengan tubuh kita yang segar dan sehat. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

746

02 Agustus 2011

Penantian yang Butuh Jawaban dari Sesama



Pernahkah Anda bayangkan bagaimana seorang istri menjalani hari-hari sebagai pasangan seorang serdadu yang tengah bertugas di medan pertempuran? Bukan perkara mudah untuk menjalaninya, bukan? Terlebih, hari-hari selalu dihantui dengan ketidakpastian akan nasib orang yang dikasihi. Apalagi godaan-godaan terus-menerus membahayakan hubungan mereka.

Kisah-kisah penuh warna ini dijalani oleh Claudia Joy Holden, Denis Sherwood, Roxy LeBlanc dan Pamela Moran. Empat perempuan ini bersuamikan serdadu Amerika Serikat. Suami-suami mereka, ditugaskan di medan pertempuran.

Berbagai persoalan hidup muncul mewarnai kehidupan mereka. Dari menjalani kehidupan sebagai "single parent" atau orangtua tunggal hingga menanti ketidakpastian akan nasib suami-suami mereka. Sebuah kisah yang mengugah. Menyelami kehidupan penuh warna yang nyaris serupa dengan kehidupan nyata para pasangan tentara.

Mereka dituntut untuk tetap setia dalam penantian. Mereka mengisi penantian tak menentu itu dengan berbagai kegiatan. Mengurus anak dengan baik merupakan satu sisi kehidupan mereka. Karena itu, kehidupan mereka jauh dari kesepian. Sisi kehidupan seperti ini menjadi suatu keutamaan yang mereka jalani sehari-hari. Hasilnya adalah suatu situasi yang membahagiakan. Suatu situasi yang juga membanggakan atas tugas militer sang suami di medan laga.

Sahabat, dalam hidup sehari-hari kita semua juga sedang menanti. Ada yang senang menanti orang yang dicintai. Ada yang menanti hadiah dari seseorang. Saya baru saja mendapat sms dari seseorang. Ia berkata, “Tolong bantuin aku, Tuhan. Aku sekarang ini lagi nggak ada uang belanja. Aku tak tahu mau ke mana aku harus minta bantuan.”

Orang yang saya tidak kenal ini sangat membutuhkan bantuan. Ia ingin meneruskan perjalanan hidupnya yang masih panjang. Ia sedang menantikan uluran tangan orang-orang yang berkehendak baik. Ia sedang mengalami kesulitan hidup. Pantaskah ia berlama-lama menanti uluran tangan dari sesamanya? Bukankah hidupnya mesti berjalan terus? Bukankah ia tidak ingin hidupnya berhenti lantaran tidak mendapatkan sesuap nasi?

Tentu saja pesan sahabat kita satu ini membangunkan insting manusiawi kita untuk memberi dari apa yang kita miliki. Bukankah setiap manusia telah diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki hati yang rela memberi? Karena itu, penantian penuh harapan dari sahabat kita satu ini sudah semestinya mendapatkan jawaban. Dengan demikian, ia dapat melanjutkan perjalanan hidupnya dengan senyum bahagia.

Mari kita memupuk hati kita untuk mudah tergugah oleh penantian panjang sesama kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


745

01 Agustus 2011

Memaafkan Kesalahan Sesama


Ada seorang ibu yang merasa sangat sakit hatinya. Hatinya terluka oleh perbuatan suaminya. Suami itu sangat ia cintai. Ia menyediakan semua kebutuhan suaminya dengan penuh perhatian. Setiap kali suaminya mau pergi kerja, ia selalu menyediakan kebutuhan suaminya. Ia merasa bahwa sekali pun dalam hidupnya, ia tidak pernah lalai memperhatikan suaminya.

Namun akhir-akhir ini ia berbalik seratus delapan puluh derajat. Ia ogah menyiapkan kebutuhan-kebutuhan suaminya. Ia tidak kuat lagi menghadapai tipu muslihat yang dilakukan oleh suaminya. Ia pun tidak bisa mengampuni penyelewengan suaminya. Suaminya telah melakukan perselingkungan dengan wanita lain.

Tentang hal ini ia berkata, “Saya sangat terluka. Saya tidak bisa mengampuni dia. Dia sudah menyakiti saya berulang kali. Saya tidak mau memaafkan dia. Dia tidak pantas dimaafkan.”

Yang terjadi kemudian adalah ibu ini hidup dalam penderitaan. Luka batinya begitu dalam. Sulit untuk diobati. Ia memandang suaminya sebagai musuh yang harus dienyahkan. Semua perbuatan baiknya bagi suaminya ia hentikan. Ia tidak mau melayani suaminya lagi. Suatu tragedi terjadi dalam bahtera hidupnya. Padahal hanya satu kali sang suami mengingkari cintanya.

Sahabat, ketika orang memiliki kesepakatan untuk membangun bahtera perkawinan, ada berbagai resiko yang mesti mereka hadapi. Salah satu resiko itu adalah ketika orang mesti menghadapi ketidaksetiaan dari pasangannya. Kalau orang hanya mau menang sendiri, orang akan jatuh ke dalam egoisme yang sangat besar. Egoisme itu akan menguasai dirinya. Egoisme itu akan menutup semua hal yang baik yang ada dalam diri pasangannya. Yang ia lihat dalam diri pasangannya hanyalah hal-hal buruk dan negatif. Tidak ada hal baik sedikit pun.

Karena itu, dibutuhkan komunikasi yang baik dalam kehidupan berkeluarga. Komunikasi yang baik itu mengandaikan saling pengertian dan percaya. Ketika seseorang mempercayai pasangannya, ia tidak perlu kuatir akan berita miring tentang pasangannya.

Untuk itu, pasangan suami istri mesti selalu saling belajar untuk memiliki pengertian dan rasa percaya. Dengan demikian, mereka tidak perlu saling menaruh curiga. Kasih mereka akan bertumbuh dan berkembang dengan lebih baik. Buah dari kasih itu adalah saling mengampuni. Pintu hati selalu terbuka untuk memaafkan pasangannya. Luka batin tidak perlu tumbuh dalam diri salah satu pasangan hidup.

Memang, tidak gampang menerima dan memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Lebih gampang kita mencampakan orang yang bersalah itu. Namun ini bukan semangat orang beriman. Orang beriman itu senantiasa berusaha dengan berbagai cara untuk menerima kembali sesamanya yang bersalah dan berdosa. Tidak ada jalan buntu dalam membangun kasih dan persaudaraan. Mari kita berusaha untuk senantiasa menerima dan memaafkan sesama yang bersalah. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


744