Pages

25 Februari 2012

Sadar akan Pentingnya Lingkungan Hidup



Manusia adalah bagian dari alam semesta. Manusia menjadi bagian dari lingkungan hidup. Mampukah manusia mengelola lingkungan hidup di mana ia tinggal?

Serangan hama ulat bulu mulai memasuki beberapa wilayah di Kabupaten Bantul, seperti Pedukuhan Turi, Desa Sumberagung, Kecamatan Jetis, serta Pedukuhan Cepor, Desa Palbapang, Kecamatan Bantul. Munculnya koloni ulat bulu ini diketahui warga mulai Kamis (14/4/2011) lalu yang menyerang pohon mangga dan rambutan.

Sebelumnya serangan ulat bulu ditemukan di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Lantas serangan ulat bulu sudah membuat resah warga di Bantul. Gito, warga Pedukuhan Turi Sumberagung, mengaku kaget mendapati banyak ulat bulu di depan warungnya.

Setelah diamati, ternyata ulat-ulat bulu tersebut berasal dari pohon mangga di depan warungnya. Ia berkata, "Saya mau buka warung, kok, tahu-tahu banyak ulat bulu di teras. Begitu melihat batang pohon mangga, ulatnya banyak sekali."

Melihat keadaan ini, warga kuatir ulat bulu tersebut akan menyebar seperti yang terjadi di Probolinggo. Akibatnya, warga langsung memusnahkan ulat bulu tersebut dengan menyemprot pestisida.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul Edy Suharyanta mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan beberapa alternatif untuk mengendalikan ulat bulu tersebut. Dinas juga akan menyiapkan pestisida yang tepat untuk membunuh ulat bulu.

"Kami sudah menyiapkan edaran untuk masyarakat tentang cara-cara menangani ulat bulu ini. Selain dengan bahan kimia, ulat bulu dapat dimusnahkan dengan cara digepyok menggunakan sapu lidi kemudian dikumpulkan dan dibakar,” kata Edy.

Sahabat, kehadiran ulat bulu pada medio Februari 2011 itu mengganggu kehidupan masyarakat di beberapa wilayah di Jawa. Ulat bulu itu kemudian menyebar ke beberapa pulau lain di negeri ini. Hadirnya ulat bulu menjadi sebuah teror baru bagi kehidupan manusia. Banyak rakyat mesti kehilangan matapencaharian dari pohon mangga atau jagung yang mereka tanam.

Soalnya adalah mengapa terjadi populasi yang begitu tinggi dari ulat bulu itu? Ada ahli yang mengatakan bahwa terjadinya ketidakseimbangan ekosistem. Penyeimbang alam bertumbuh lebih lambat daripada pertumbuhan ulat bulu. Akibatnya, terjadi over populasi. Karena itu, mesti ditunggu sampai populasi penyeimbang itu bertumbuh dengan lebih baik untuk membasmi ulat bulu itu.

Ada ahli yang juga mengatakan bahwa hadirnya ulat bulu itu sebagai akibat dari rusaknya lingkungan hidup. Penggunaan bahan-bahan kimia membunuh penyeimbang ekosistem. Predator yang seharusnya memakan ulat bulu mati terkulai oleh penggunaan insektisida yang berlebihan. Tampaknya masyarakat tidak begitu sabar dalam kehidupan ini. Mereka menginginkan segala sesuatu berlangsung lebih cepat. Akibatnya, mereka selalu menggunakan insektisida untuk membunuh hama tanaman. Hasilnya, predator alami yang menjadi penyeimbang ekosistem pun mati.

Karena itu, yang dibutuhkan dari kita semua adalah suatu kesadaran baru tentang keseimbangan ekosistem. Kita ingin lingkungan hidup kita tetap akrab dengan kehidupan kita. Untuk itu, kita mesti jauhkan hidup kita dari insektisida yang justru menjadi ancaman bagi kehidupan. Ada banyak insektisida alami yang bisa diolah dan dikelola dengan lebih baik.

Kita tidak perlu menuduh Tuhan yang menciptakan makhluk hidup, termasuk hama ulat bulu. Yang mesti kita lakukan adalah masuk ke dalam diri kita sendiri untuk merefleksikan keberadaan kita dalam alam semesta ini. Dengan demikian, kita akan menemukan betapa pentingnya lingkungan hidup dengan ekosistemnya yang normal. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


876

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.