Pages

27 Februari 2012

Tumbuhkan Tanggung Jawab dalam Hidup Bersama


Kita hidup dalam zaman yang bertumbuh terus-menerus. Ada banyak tantangan yang mesti kita hadapi. Mampukah kita hadapi semua tantangan itu?

Ketika masih kecil, saya merasakan betapa hidup di desa merupakan hidup dalam kekurangan. Tidak ada listrik. Tidak ada air ledeng. Kami harus mandi di sungai dan mengambil air dari sungai yang cukup jauh dari rumah. Lebih banyak kesempatan kami minum air hujan yang ditampung di dalam bambu-bambu. Kadang-kadang kami minum air dari akar pohon tertentu yang mengeluarkan air. Atau kami mengorek batang pohon pisang untuk mendapatkan air.

Namun hidup dalam kondisi seperti itu terasa nyaman-nyaman saja. Saya merasakan hidup yang sehat. Jarang sekali terserang penyakit yang meresahkan hidup. Saya merasa tidak ada masalah hidup dalam kondisi seperti ini. Hidup terasa damai dan tenteram, meski dalam banyak kekurangan.

Di zaman sekarang, di banyak tempat apalagi di kota, ada banyak kemudahan untuk hidup. Ada listrik yang nyala setiap saat. Ada air ledeng yang bersih. Ada fasilitas-fasilitas yang mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia. Ada tempat-tempat rekreasi yang memberikan kesegaran bagi hidup manusia.

Namun persoalan yang dihadapi adalah mengapa semua itu masih dirasakan kurang memuaskan hidup manusia? Mengapa manusia masih merasa tidak nyaman hidup dalam situasi seperti itu? Manusia masih merasa ada banyak halangan untuk membangun hidup yang damai dan sejahtera. Pertanyaannya, mengapa semua ini bisa terjadi? Mengapa masih saja ada orang yang kurang puas dengan hidupnya? Sampai kondisi seperti apa yang menjadikan hidup lebih damai dan tenteram?

Sahabat, minggu-minggu terakhir April 2011 lalu kita dihadapkan pada polemik pembangunan gedung DPR RI yang menelan biaya hingga satu triliun rupiah lebih. Para anggota DPR kita merasa bahwa gedung yang sekarang tidak memadai lagi dengan kebutuhan mereka. Mungkin gedung itu sudah tua, sehingga tidak lagi menampilkan gengsi yang tinggi sebagai simbol wakil rakyat.

Bagi rakyat biasa, saya merasa tidak ada urgensinya membangun sebuah gedung yang mewah. Persoalannya adalah apakah hadirnya gedung itu mampu meningkatkan kinerja para wakil rakyat itu. Apa yang sesungguhnya diperjuangkan oleh para wakil rakyat itu, kalau hidup jutaan rakyat Indonesia masih berada di bawah standar?

Tidak banyak disangkal bahwa hadirnya sebuah gedung menjadi simbol kejayaan sebuah bangsa. Hadirnya gedung baru DPR dalam konteks ini menjadi sebuah simbol gengsi dari sekelompok orang tertentu. Tujuannya agar orang memiliki kesan bahwa para wakil rakyat itu sungguh-sungguh memperjuangkan kehidupan rakyat.

Kita mesti sadar bahwa hingga saat ini banyak anggota masyarakat yang berjuang untuk kehidupan mereka sendiri. Dalam situasi krisis global menimpa dunia, justru tumbuh kreativitas-kreativitas dari masyarakat yang berusaha untuk mengatasi krisis itu. Ada anggota masyarakat yang gigih berusaha untuk keluar dari kungkungan kemiskinan. Apa peranan DPR dalam hal seperti ini? Apakah para anggota DPR peduli terhadap usaha-usaha rakyat kecil untuk keluar dari kungkungan kemiskinan mereka?

Nah, urgensi hadirnya sebuah gedung DPR baru dengan biaya yang mahal itu mesti dipikirkan lagi secara matang. Jangan-jangan hal ini hanyalah ambisi sejumlah orang tertentu dengan kepentingan pribadi. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


877

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.