Pages

20 Juni 2012

Mengembangkan Cinta yang Membebaskan

Dalam hidup ini, cinta menjadi bagian yang tak terpisahkan. Apa yang akan Anda lakukan, kalau orang yang sangat Anda kasihi sangat membutuhkan kehadiran Anda?

Ada seorang pria yang memiliki kekasih yang sangat dicintainya. Perempuan itu sangat cantik di mata pria itu. Karena itu, pria itu berusaha sungguh-sungguh untuk menunjukkan rasa sayangnya kepada permata hatinya itu. Suatu hari ia berkata kepada kekasihnya, “Kekasihku, aku akan memberikan apapun yang kamu minta, asalkan aku menilai hal itu baik buatmu. Aku tidak ingin melihat engkau kecewa karena salah memilih.”

Hari demi hari berlalu mengiringi perjalanan cinta mereka. Pria ini tak pernah memalingkan hatinya atau melupakan kekasihnya. Hati sang kekasih berbunga-bunga. Ia boleh memiliki hati pria itu. Suatu hari, wanita ini meminta sesuatu dari kekasihnya. Dia menginginkan sebuah kalung dengan berlian pada liontinnya.

Ketika pia itu mendengar permintaan kekasihnya, dia menolak. “Kekasihku, bukannya aku tidak mau atau tidak bisa membelikanmu kalung itu. Tapi sangat berbahaya bila engkau memakai kalung itu. Bila ada orang yang gelap mata, dia akan merampas kalung itu. Kalau itu terjadi, bukan hanya kamu yang celaka, aku juga akan sangat menderita melihatmu seperti itu. Aku hanya tidak mau kamu mendapat celaka,” kata pria itu.

Tapi kekasihnya terus meminta kalung itu. Ia tidak mau mendengar nasehat kekasihnya. Akhirnya, kalung itu pun dibeli dan dipakai oleh sang permata hati. Selang beberapa hari, apa yang ditakutkan oleh pria ini benar-benar terjadi. Ada 2 orang penjahat yang merampas kalung itu saat kekasihnya sedang mengendarai motor. Kalung itu pun terampas dan wanita ini terjatuh dari motornya.

Mendengar berita itu, pria itu langsung menemui kekasihnya. Ia membawanya pulang dan mengobati luka-lukanya. “Mengapa engkau tidak mau menuruti kata-kataku? Engkau mendapat celaka seperti ini, aku merasa sepuluh kali lebih sakit daripadamu,” kata pria itu.

Wanita ini menangis. Dia menyesal. “Maafkan aku. Aku bersalah padamu karena tidak mendengar perkataanmu. Aku hanya menuruti keinginanku sendiri. Maukah engkau memaafkan aku?” kata wanita itu.

Dengan penuh cinta kasih pria ini memeluk kekasihnya. Ia berkata, “Aku memaafkanmu sejak tadi. Aku bahagia karena aku bisa memelukmu dalam keadaan engkau masih hidup. Mulai sekarang, turutilah perkataanku, karena aku tidak pernah akan membuatmu celaka.”

Sahabat, kita hidup dalam dunia yang menuntut kita untuk senantiasa bertumbuh dalam cinta. Memang ada juga orang yang kurang mau hidup dalam suasana cinta. Karena itu, mereka hidup sekehendak hatinya. Mereka tidak peduli terhadap sesamanya. Mereka memaksakan kehendak dirinya sendiri untuk orang lain.

Kisah di atas memberi kita secercah harapan. Kasih sang pria begitu besar. Cinta itu ia tumbuhkan dengan memberikan perhatian yang begitu mendalam terhadap sang kekasih. Ia tidak hanya mencintai sang kekasih itu secara umum. Ia mencintainya secara spesial. Cinta seperti itu menumbuhkan cinta dalam diri kekasihnya pula. Karenanya di saat ia harus memberikan pengampunan, ia langsung mengampuni kekasihnya. Ia tidak menunggu lama-lama lagi. Yang ia inginkan adalah bahagia dalam diri sang kekasih.

Pertanyaan bagi kita yang hidup di zaman sekarang adalah mampukah kita mengasihi secara spesial? Atau kita hanya mencintai sesama pada hal-hal yang tampak? Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa menumbuhkan cinta dalam hati kita. Dengan cinta itu, kita memberikan dukungan bagi hidup sesama kita. Kita berusaha untuk membahagiakan sesama kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

910

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.