Pages

18 Januari 2013

Memaknai Kasih yang Tak Berkesudahan

Pernahkah Anda merasa disakiti oleh kasih yang Anda berikan? Bagaimana Anda mengatasinya? Tema permenungan kita malam ini adalah Memaknai Kasih yang Tak Berkesudahan.

Ada seorang ibu yang sangat tertusuk hatinya oleh tindakan putranya. Putranya itu melarikan seorang gadis yang dicintainya. Pasalnya, orangtua gadis itu tidak merestui hubungan mereka. Ibunya merasa sangat malu atas perbuatan anaknya. Ia merasa hatinya sangat sakit. Ia sangat menyayangi putranya itu, tetapi mengapa ia melakukan perbuatan yang sangat memalukannya itu.

Namun ibu itu tidak membencinya. Ia tetap menyayanginya. Karena itu, ia mencari keberadaan putranya itu. Ia menghubungi teman-teman putranya itu. Bahkan ia mendatangi tempat anaknya pernah berada. Meski ia tidak menjumpainya, karena putranya sudah pergi dari tempat itu, ia tidak merasa sakit hati.

Ibu itu terus mencari. Ia berkata dalam hatinya, “Dia putraku yang sangat saya sayangi. Saya tidak akan membiarkan dia terlantar. Saya tidak mau dia menderita. Saya akan terus mencari dan menemukannya.”

Suatu hari, putranya menghubunginya dari suatu tempat. Ia merasa sangat gembira. Di ujung telephone, putranya meminta dikirimi sejumlah uang. Ia sudah kehabisan uang. Sang ibu dengan senang hati mengirimi putranya sejumlah uang yang dibutuhkannya. Inilah tanda bahwa ia tetap menyayangi putranya, meski suaminya cuek saja terhadap anaknya.

Sahabat, cinta yang tulus dan murni tidak berkesudahan. Cinta akan tetap berjalan terus meski hati manusia sakit seperti tersayat sembilu. Mengapa? Karena cinta yang tulus itu mengabaikan segala dukacita yang dialami. Cinta yang murni terus-menerus merasuk ke dalam hati.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa ibu itu tidak peduli terhadap hatinya yang pedih oleh perbuatan anaknya. Satu hal yang ia inginkan adalah anaknya tidak mengalami penderitaan dalam hidupnya. Karena itu, ia tidak peduli akan aral yang menghadang di hadapannya. Ia tetap mencari dan menemukannya. Ia tetap menyayangi putranya dalam situasi apa pun.

Hal ini berarti kasih tidak akan pernah gagal. Tiada yang berhasil tanpa kasih. Tiada kegagalan yang dapat terjadi, ketika orang hidup dalam kasih yang tulus. Ketika orang hidup oleh kasih, orang tidak dapat gagal. Untuk itu, dibutuhkan iman untuk percaya bahwa ketika orang mengasihi sesamanya tanpa batas, orang tidak akan gagal dalam hidupnya.

Tentu saja hal ini terjadi, ketika manusia berani melepaskan diri dari egoisme dan keserakahan. Orang yang masih dipenuhi oleh dua hal ini akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan dan menghayati kasih yang murni dalam hidupnya. Santo Paulus berkata, “Kasih menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.”

Hidup dalam kasih berarti orang berani menerima sesama apa adanya. Orang tidak menolak kehadiran sesamanya, karena menyadari bahwa semua orang sama dicintai oleh Tuhan. Mari kita tumbuhkan kasih yang tulus dalam diri kita. Dengan demikian, kita dapat menemukan sukacita dan damai dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT

932

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.