Pages

27 Februari 2013

Mendahulukan Pengampunan untuk Hidup Damai




Apakah Anda hari-hari ini merasa diperlakukan tidak adil oleh orang-orang di sekeliling Anda? Apa yang Anda lakukan? Anda membalasnya atau Anda memaafkannya?

Di akhir abad ke-19, seluruh dunia dilingkupi rasa takut yang begitu besar, ketika terjadi pemberontakan di Rusia. Saat itu, para pemberontak Chechen membunuh ratusan orang yang terkurung di sebuah sekolah di Beslan, Rusia. Kebanyakan para korban yang mati adalah mereka yang masih berusia masih sangat kecil. Enam anak yang turut terbunuh pada peristiwa itu adalah anak dari Totiev bersaudara.

Salah seorang dari Totiev bersaudara itu memberikan reaksi yang bagi kebanyakan kita merupakan pilihan yang sulit. Ia berkata, "Ya, kami mengalami kehilangan yang tidak dapat digantikan oleh apa pun. Tetapi kami tidak melakukan balas dendam."

Meski kehilangan saudara-saudaranya, Totiev bertumbuh menjadi orang yang memaafkan para pembunuhnya. Ia telah kehilangan mereka. Karena itu, ia tidak ingin kehilangan banyak orang lain. Yang ia lakukan adalah ia mengkampanyekan hidup yang penuh damai, jauh dari balas dendam.

Sahabat, sadar atau tidak, kita hidup dalam dunia yang tidak mudah memaafkan sesamanya yang bersalah. Lebih mudah orang membalas kesalahan sesamanya daripada orang melupakan dan memaafkannya. Lebih gampang orang membalas tamparan dari orang lain, daripada mengatakan, ‘saya mengampuni kesalahanmu’.

Beberapa atau mungkin banyak dari kita yang sangat sulit menghilangkan kepahitan atas ketidakadilan yang sebenarnya tidak sebesar apa yang dialami oleh keluarga Totiev dalam kisah di atas. Mereka mengambil sebuah sikap untuk mengikhlaskan anak-anak mereka dan tidak membalas dendam. Hal itu tidak akan mungkin dapat dilakukan apabila Roh Tuhan tidak diam di dalam hati mereka.

Kisah di atas menunjukkan kepada kita bahwa mengampuni lebih luhur daripada membalas perbuatan jahat orang lain. Kehilangan yang begitu besar tidak harus dibalas dengan kehilangan. Ketika orang memaafkan kesalahan sesamanya, sebenarnya ia mendapatkan kembali orang itu. Orang yang melakukan kesalahan itu dapat menyadari dirinya dan mempunyai kesempatan untuk bertobat.

Tentu saja kemampuan untuk mengampuni itu tidak dapat dimiliki oleh manusia, kalau manusia menutup diri terhadap rahmat Tuhan. Semangat untuk mengampuni mesti senantiasa tumbuh dalam diri manusia. Hanya dengan mengampuni orang dapat hidup berdampingan secara damai.

Sebaliknya, balas dendam hanya meninggalkan kepahitan demi kepahitan. Hati orang tidak lepas dari usaha untuk melakukan kejahatan terhadap sesamanya. Orang tidak hidup dalam damai. Hati orang selalu dikejar-kejar oleh keinginan untuk menghancurkan orang yang bersalah kepadanya.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk mendahulukan pengampunan. Mengapa? Karena hanya dengan mengampuni hati kita akan mengalami damai. Kita akan menikmati bahagia dalam hidup ini. Tidak ada beban yang mesti kita tanggung, karena kita tidak membawa rasa benci di dalam hati kita. Mari kita dahulukan pengampunan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


951

Berserah pada Rahmat Tuhan

 
Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda terpuruk dalam kegagalan? Tentu Anda mencari berbagai usaha untuk keluar dari kegagalan itu.

Pada suatu zaman di Tiongkok, hiduplah seorang jenderal besar yang selalu menang dalam setiap pertempuran. Karena itulah, ia dijuluki “Sang Jenderal Penakluk” oleh rakyat.

Suatu ketika, dalam sebuah pertempuran, ia dan pasukannya terdesak oleh pasukan lawan yang berkali lipat lebih banyak. Mereka melarikan diri, namun terangsek sampai ke pinggir jurang. Saat itu, para prajurit Sang Jenderal menjadi putus asa dan ingin menyerah kepada musuh.

Sang Jenderal segera mengambil inisiatif. Ia berkata, “Wahai seluruh pasukan, menang – kalah sudah ditakdirkan oleh dewa-dewa. Kita akan menanyakan kepada para dewa, apakah hari ini kita harus kalah atau akan menang. Saya akan melakukan tos dengan keping keberuntungan ini! Jika sisi gambar yang muncul, kita akan menang. Jika sisi angka yang muncul, kita akan kalah! Biarlah dewa-dewa yang menentukan!”

Lalu Sang Jenderal melemparkan kepingnya untuk tos. Ternyata sisi gambar yang muncul! Keadaan itu disambut histeris oleh pasukan Sang Jenderal. Dengan semangat membara, bagaikan kesetanan mereka berbalik menggempur pasukan lawan. Akhirnya, mereka benar-benar berhasil menunggang-langgangkan lawan yang berlipat-lipat banyaknya. Pada senja sesudah kemenangan, seorang prajurit berkata kepada Sang Jenderal, “Kemenangan kita telah ditentukan dari langit, dewa-dewa begitu baik terhadap kita.”

Sambil melemparkan keping keberuntungan kepada prajurit itu, Sang Jenderal berkata, “Apa iya sih?”

Si prajurit memeriksa kedua sisi keping itu. Dia hanya bisa melongo ketika mendapati bahwa ternyata kedua sisinya adalah gambar.

Sahabat, motivasi dari luar untuk sukses dalam suatu usaha mendorong orang untuk melupakan kegagalan. Yang ada dalam pikiran orang adalah sukses, bukan gagal. Karena itu, orang berusaha sekuat tenaga untuk meraih sukses itu. Berbagai cara digunakan untuk memotivasi diri. Tentu saja hal ini menjadi hal positif yang mesti selalu dimiliki.

Kisah di atas menunjukkan bahwa motivasi yang positif membangkitkan semangat untuk meraih sukses. Kalau orang berusaha dengan baik, orang boleh mengharapkan kesuksesan itu dalam hidupnya. Orang tidak perlu merasa kecut hati, ketika upaya meraih kesuksesan itu kadang-kadang mengalami hambatan-hambatan.

Sebagai orang beriman, kesuksesan yang kita raih juga berkat bantuan Tuhan. Tuhan berperan dalam hidup kita. Tuhan tidak hanya menonton kita berusaha mati-matian untuk memajukan hidup kita. Tuhan ikut serta dalam setiap usaha dengan rahmatNya. Namun sering manusia kurang menyadari hal ini. Manusia lebih mudah meninggalkan Tuhan dan berjuang sendirian.

Karena itu, kita dituntut untuk senantiasa terbuka terhadap rahmat Tuhan itu. Dengan demikian, kita dapat meraih sukses dalam hidup kita. Hidup ini menjadi sungguh bermakna dan membahagiakan. Let’s move on and move up. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT

950

25 Februari 2013

Tuhan adalah Kekuatan dalam Hidup

 
Apa yang akan Anda lakukan saat Anda berada dalam masa-masa yang sulit? Anda putus asa? Anda mengambil jalan pintas dengan mengakhiri hidup Anda?

Beberapa waktu lalu terbetik berita seorang ibu menggantung anak kandungnya sendiri. Situasi ekonomi yang sulit menjadi penyebab perbuatan nekad ibu tersebut. Hidup ini seolah-olah tidak punya arti apa-apa lagi. Ia putus asa menghadapi hidup yang tidak menentu ini.

Tekanan hidup yang begitu besar membuat ia mengambil jalan pintas. Seutas tali menjadi keputusan untuk mengakhiri nyawa anaknya. Tentu saja tindakan ini bukan tindakan yang terpuji. Tindakan mengenyahkan nyawa orang lain merupakan tindakan melawan kehendak Tuhan. Yang dikehendaki Tuhan adalah manusia hidup damai dan bahagia. Yang dikehendaki Tuhan adalah manusia memelihara hidup dirinya dan sesamanya.

Sahabat, di masa-masa sukar seperti sekarang ini banyak orang mengalami tekanan hidup yang sangat berat. Banyak dari mereka yang mengalami frustrasi, kecewa dan putus asa. Akibatnya, orang mengambil tindakan bodoh mendahului tindakan Tuhan.

Orang kemudian tidak bisa mengandalkan Tuhan. Mereka lari meninggalkan Tuhan. Bahkan mereka menuduh Tuhan tidak peduli terhadap hidup mereka. Tentu saja hal ini tidak mencerminkan hidup manusia sebagai ciptaan Tuhan. Bukankah Tuhan tetap memberikan perlindungan bagi hidup manusia? Bukankah Tuhan tidak pernah meninggalkan manusia berjuang sendirian?

Kondisi terpuruk karena frustrasi, kecewa dan putus asa memudahkan orang untuk mengambil jalan pintas. Orang mengikuti bisikan si jahat untuk mengambil jalan pintas itu. Kehidupan yang damai hilang dari kehidupan ini. Orang tidak peduli lagi terhadap nilai-nilai kehidupan yang semestinya diperjuangkan terus-menerus. Akibatnya, mata orang menjadi gelap. Tidak ada lagi jalan untuk menyelamatkan kehidupan.

Tentu saja orang beriman adalah orang yang tegar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan hidup. Mengapa orang beriman mesti tegar? Karena orang beriman memiliki Tuhan yang selalu menyertai perjalanan hidupnya. Seorang kudus mengatakan bahwa segala perkara dapat ia tanggung di dalam Tuhan yang memberi kekuatan kepadanya.

Inilah iman yang benar. Orang yang punya iman yang benar selalu mengarahkan hidupnya kepada Tuhan. Tuhan menjadi benteng hidupnya. Tuhan menjadi kekuatan bagi hidupnya. Tidak ada kekuatan lain yang dapat mengalahkannya, karena kuasa Tuhan tak tertandingi. Inilah iman yang mesti selalu dipegang teguh oleh orang beriman.

Karena itu, berserah diri menjadi satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari rasa frustrasi, kecewa dan putus asa. Mari kita tingkatkan hidup iman kita kepada Tuhan. Kita move on dan move up untuk meninggalkan kesulitan-kesulitan hidup di belakang kita. Dengan demikian, hidup ini menjadi suatu sukacita dan damai. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT

949

Mengendalikan Diri demi Hidup yang Damai

 
Apa jadinya kalau Anda sulit mengendalikan diri? Tentu saja hidup Anda tidak nyaman. Anda akan mengalami keresahan dalam hidup. Anda akan mudah tergoda untuk mengikuti hasutan-hasutan untuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Tema permenungan kita malam ini adalah Mengendalikan Diri demi Hidup yang Damai.

Dahulu kala kota-kota selalu dikelilingi oleh tembok yang tinggi. Tembok tersebut berfungsi sebagai benteng perlindungan yang kuat terhadap serangan musuh. Apabila tembok itu runtuh, musuh dapat dengan mudahnya memasuki kota itu dan mendudukinya.

Tembok yang kuat mampu menahan serangan musuh. Tembok yang kuat didirikan dengan rancangan yang dipikir matang-matang. Orang tidak asal mendirikan tembok untuk perlindungan. Sebuah tembok yang didirikan asal-asalan saja hanya mencemaskan para penghuni di balik tembok itu. Ada ketidaknyamanan dalam hati. Akibatnya, orang-orang yang tinggal di dalam tembok itu bisa menjadi sasaran empuk musuh. Penduduk kota kocar-kacir.

Sahabat, dalam kehidupan kita sehari-hari kita juga perlu membangun tembok-tembok bagi pribadi kita. Tentu saja bukan tembok fisik seperti yang dahulu digunakan untuk melindungi kota-kota. Tembok diri ini dimaksudkan bagi seseorang untuk memiliki penguasaan diri yang baik.

Penguasaan diri itu sangat penting bagi hidup seseorang. Orang yang mampu menguasai dirinya akan mengalami hidup yang damai. Orang seperti ini tidak gampang diprovokasi oleh orang lain. Bahkan orang yang mampu menguasai dirinya dapat membantu orang lain untuk hidup dalam damai.

Orang yang mampu menguasai dirinya tidak membiarkan iblis masuk untuk mempengaruhi dirinya. Ia membebaskan dirinya dari kuasa-kuasa jahat. Ia selalu mengarahkan hidupnya pada hal-hal yang baik. Ia selalu berusaha untuk menciptakan suasana yang baik dalam hidup bersama.

Tentu saja usaha untuk memiliki penguasaan diri yang baik itu tidak mudah. Mengapa? Karena iblis selalu berkeliaran di sekeliling kita. Seorang bijak berkata, “Waspadalah sebab Iblis berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Petrus 5:8b).

Iblis itu siap untuk menerkam setiap orang yang lengah. Orang yang kehilangan penguasaan diri akan menjadi sasaran empuk kuasa jahat. Kehidupannya akan mudah tergoncang. Orang itu tidak pernah merasa aman, karena ia telah ditawan. Ia telah diperdaya oleh kuasa jahat itu.

Orang beriman mesti senantiasa menguasai diri dalam segala hal. Orang yang mampu menguasai diri dapat menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan. Orang seperti ini dapat mendisiplinkan diri. Orang seperti ini mampu memilah-milah mana yang baik dan benar untuk diperjuangkan dalam hidup sehari-hari. Dengan demikian, orang mengalami hidup yang damai dan aman. Mari kita berusaha untuk senantiasa menguasai diri kita, agar kita dapat hidup bersama dalam damai. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO

948

15 Februari 2013

Memupuk Sikap Rendah Hati dalam Hidup


Tentu Anda yakin bahwa Tuhan sangat menyukai orang yang sungguh rendah hati. Mengapa? Karena orang yang rendah hati mampu melihat kebutuhan sesamanya.

Booker T. Washington, seorang pendidik berkulit hitam yang terkenal. Ketika ia menjadi pimpinan pada Institut Tuskegee di Alabama, Amerika Serikat, ia senang berjalan-jalan di pinggir kota. Suatu hari ia dihentikan oleh seorang wanita kaya berkulit putih. Karena tak mengenal Washington, maka ia menawarkan apakah laki-laki kulit hitam itu mau ia beri upah dengan memotongkan kayu untuknya.

Setelah mengingat bahwa tak ada urusan mendesak pada saat itu, maka Profesor Washington menyatakan kesediaannya. Ia tersenyum. Ia menggulung lengan bajunya dan mulai mengerjakan pekerjaan kasar yang diminta wanita itu. Kemudian ia membawa kayu-kayu itu ke dalam rumah dan meletakkannya di dekat perapian.

Seorang gadis kecil yang mengenalnya, kemudian mengatakan kepada wanita itu siapa Pak Washington sebenarnya. Keesokkan harinya, wanita tadi dengan perasaan malu datang ke kantor Washington untuk meminta maaf. Ia merasa sudah melecehkan seseorang yang sangat dihormati itu.

Washington tersenyum menyaksikan perilaku wanita kaya itu. Lantas ia berkata, ”Tidak apa-apa, Nyonya. Saya sangat senang dapat menolong Anda.”

Wanita kaya itu dengan hangat menjabat tangan Washington. Ia memuji apa yangg telah ditunjukkan oleh Washington bagi dirinya. Ia berkata, ”Sikapmu yang terpuji itu tertanam dalam hatimu.”

Tidak lama kemudian, wanita kaya itu menyatakan penghormatannya dengan menyumbang beribu-ribu dolar untuk Institut Tuskegee.

Sahabat, banyak orang mengalami kesulitan untuk menjadi orang yang rendah hati. Lebih mudah orang mengagung-agungkan dirinya. Lebih mudah orang membusungkan dadanya daripada harus dengan rendah hati mau melayani sesamanya. Orang merasa bahwa dirinya mempunyai gengsi yang begitu tinggi.

Kisah di atas menunjukkan kepada kita bahwa kerendahan hati itu mendatangkan buah-buah kebaikan bagi kehidupan. Kerendahan hati itu menumbuhkan kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan pertolongan. Kerendahan hati tidak membuat seseorang terpuruk dalam hidupnya. Justru orang mempraktekan ajaran agamanya dengan mengulurkan tangan bagi yang membutuhkan.

Karena itu, yang dibutuhkan dari orang-orang yang hidup di zaman sekarang ini adalah memiliki semangat untuk mengerjakan sesuatu tanpa pamrih. Banyak orang melakukan suatu pekerjaan karena terpaksa. Orang tidak sampai pada usaha untuk mencintai apa yang dikerjakannya. Nah, sering orang terjebak dalam situasi seperti ini. Akibatnya, mereka gagal dalam banyak hal.

Mari kita berusaha untuk senantiasa rendah hati. Dengan demikian, kita mampu melakukan hal-hal yang spektakuler dengan penuh kasih. Kita lakukan hal-hal yang berguna bagi kehidupan bersama dengan tanpa pamrih. ”…barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan,” kata Yesus (Matius 23:12). Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT


947

13 Februari 2013

Andalkan Kelembutan Hati dalam Menjalin Persahabatan

 

Apa yang Anda rasakan saat Anda berhadapan dengan kekerasan? Tentu saja Anda akan merasa kurang damai. Hidup Anda selalu diliputi ketegangan demi ketegangan.

Ada dua benda yang bersahabat karib, yaitu besi dan air. Besi sering berbangga akan dirinya. Ia sering menyombongkan dirinya kepada sahabatnya. Suatu hari, ia berkata, "Lihat ini aku. Kuat dan keras. Aku tidak seperti kamu yang lemah dan lunak."

Air hanya diam saja mendengar tingkah sahabatnya. Suatu hari, besi menantang air berlomba untuk menembus suatu gua dan mengatasi segala rintangan yang ada di sana. Aturannya, barang siapa dapat melewati gua itu dengan selamat tanpa terluka, maka ia dinyatakan menang. Besi dan air pun mulai berlomba.

Rintangan pertama mereka ialah mereka harus melalui penjaga gua, yaitu batu-batu yang keras dan tajam. Besi mulai menunjukkan kekuatannya. Ia menabrakkan dirinya ke batu-batuan itu. Tetapi karena kekerasannya, batu-batuan itu mulai runtuh menyerangnya. Akibatnya, besi pun banyak terluka di sana sini.

Air melakukan tugasnya, ia menetes sedikit demi sedikit untuk melawan bebatuan itu. Ia lembut mengikis bebatuan itu, sehingga bebatuan lainnya tidak terganggu dan tidak menyadarinya. Ia hanya melubangi seperlunya saja untuk lewat, tetapi tidak merusak lainnya. Skore air dan besi adalah 1:0 untuk rintangan ini.

Rintangan kedua mereka ialah mereka harus melalui berbagai celah sempit untuk tiba di dasar gua. Besi mengubah dirinya menjadi mata bor yang kuat. Ia mulai berputar untuk menembus celah-celah itu. Tetapi celah-celah itu ternyata cukup sulit untuk ditembus. Semakin keras ia berputar, memang celah itu semakin hancur. Tetapi ia pun semakin terluka.

Air dengan santainya merubah dirinya mengikuti bentuk celah-celah itu. Ia mengalir santai. Karena bentuknya yang bisa berubah, ia bisa dengan leluasa tanpa terluka mengalir melalui celah-celah itu. Ia tiba dengan cepat di dasar gua. Skore air dan besi menjadi 2:0

Besi pun menyerah kalah. Ia tidak bisa melanjutkan perlombaan. Kalau diteruskan pun, ia tetap kalah. Sejak itu, besi tidak merasa diri paling kuat. Ia tidak mau menyombongkan diri lagi.

Sahabat, setiap hari kita selalu bersentuhan dengan air. Kita tahu air mengalir dengan lembut dan tenang. Air memiliki peran untuk memberi kehidupan. Saat kita haus, kita butuh air untuk menghilangkan dahaga kita. Namun tidak hanya itu. Dengan air itu, kita mampu melanjutkan perjalanan hidup kita.

Orang beriman mesti belajar dari air. Orang beriman mesti menjadikan hidupnya seperti air. Kita hidup dengan semangat yang mengalir. Kita mengandalkan kelembutan hati dalam menjalin persahabatan dengan semua orang. Hanya dengan cara seperti itu, kita mampu membawa damai dalam hidup bersama.

Sebaliknya, kekerasan hati hanya menciptakan hidup yang jauh dari kasih sayang. Orang hanya mengandalkan kekerasan untuk menguasai yang lain. Orang tidak peduli bahwa manusia membutuhkan hidup yang penuh cinta kasih. Untuk itu, orang butuh waktu untuk berefleksi atas hidup ini.

Karena itu, mari kita berusaha hidup dengan mengandalkan hati yang lemah lembut dan penuh kasih. Dengan demikian, hidup ini menjadi suatu kesempatan untuk membahagiakan diri dan sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT





946

Jangan Berkecil Hati

 
Apa yang akan Anda lakukan, kalau Anda mengalami bahwa Anda tidak bisa melakukan hal-hal besar bagi hidup bersama? Anda putus asa? Anda merasa kecil hati? Atau Anda tetap berusaha untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan kemampuan diri Anda?

Suatu hari terjadi percakapan antara sebuah bintang dan sebatang lilin. Lilin itu berkata, ”Bintang, mengapa aku hanya ada untuk diletakkan di suatu ruangan sempit sampai batangku habis terbakar dan mati? Jika beruntung, saya akan berada di ruangan pesta atau restoran mewah. Tetapi jika tidak beruntung, aku hanya diletakkan di kamar kecil. Sedangkan engkau, cahayamu bisa menyinari langit malam yang luas."

Sambil tersenyum, sang bintang pun menjawab, "Aku memang bersinar di langit yang luas. Namun sinarku hanya akan tampak di malam hari. Sedangkan engkau dapat bersinar kapan pun diperlukan."

Sang lilin merasa terkejut mendengar jawaban sang bintang. Ia tidak menyangka akan memperoleh jawaban seperti itu. Ia pun merasa gembira. Ia mempunyai semangat lagi untuk melanjutkan perjalanan hidupnya. Ia berusaha tetap menjadi sebatang lilin yang punya arti bagi manusia. Ia tetap menerangi kegelapan malam.

Sahabat, banyak orang sering mengeluh tentang kekurangan diri mereka sendiri. Mereka merasa seolah-olah mereka tidak bisa melakukan banyak hal seperti orang lain. Mereka merasa peranan mereka begitu kecil dalam hidup bersama. Mereka merasa kurang berguna.

Tentu saja keluhan seperti ini tidak benar. Setiap orang itu berguna. Setiap orang punya peranan masing-masing yang indah bagi kehidupan bersama. Janganlah kita merasa bahwa tukang sampah itu kurang berharga, karena hidupnya berlepotan sampah. Kalau tidak ada tukang sampah, sampah akan menumpuk di rumah kita. Sampah akan membusuk dan berbagai penyakit pun akan menyerang hidup kita.

Kisah di atas menunjukkan kepada kita bahwa kita mesti terus-menerus memberikan penghargaan terhadap hidup kita. Kita tidak perlu berkeluh kesah tentang peranan yang kita ambil dalam hidup ini. Mengapa? Karena setiap orang punya peran sendiri-sendiri dalam membangun kehidupan bersama. Ada yang berperan sebagai pemimpin yang memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengayomi hidup manusia. Ada yang berperan sebagai penjaga keamanan, sehingga manusia tidak perlu resah dalam hidupnya.

Karena itu, orang tidak perlu berkecil hati. Orang mesti membangun hidup yang penuh optimis, karena Tuhan telah memberi hidup ini bagi manusia. Tuhan telah membekali setiap orang dengan kemampuan atau talenta. Talenta itu mesti dikembangkan dengan baik, agar hidup manusia itu semakin berharga.

Untuk itu, manusia mesti selalu mengarahkan hidupnya kepada Tuhan yang mahabaik. Tuhan ingin hidup di dalam diri kita. Tuhan telah memperlengkapi kita dengan berbagai hal baik. Mari kita gunakan hal-hal itu demi kebaikan diri kita dan sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO


945

12 Februari 2013

Memberikan yang Terbaik bagi Bangsa

 
Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda merayakan suatu peristiwa yang indah dalam hidup ini? Saya yakin, Anda akan memberikan yang terbaik bagi sesama Anda.

Di mana-mana kita menyaksikan kreasi-kreasi menarik untuk Perayaan Imlek tahun ini. Ada baliho di sejumlah tempat yang memasang ucapan selamat merayakan Imlek. Gong Xi Fat Cai. Selamat Tahun Baru. Atau sejumlah iklan di surat kabar dengan ucapan serupa. Musim semi telah tiba. Masyarakat Tionghoa beralih dari musim dingin yang menggerogoti tubuh ke musim semi yang penuh warna-warni bunga-bunga.

Pada musim dingin, yang tampak hanya warna putih dari salju yang turun di sejumlah daerah di China. Sedangkan pada musin semi, manusia bisa melepaskan diri dari keterkungkungan berupa pakaian yang tebal. Kini matahari bersinar terik. Tak perlu lagi menutup diri dengan pakaian yang tebal dan berlapis-lapis. Bunga-bunga bersemi menampilkan keindahannya. Karena itu, warna merah biasanya mendominasi hiasan-hiasan pada Perayaan Imlek.

Tahun ini, masyarakat Tionghoa memasuki Tahun Ular Air. Banyak harapan yang digantungkan oleh masyarakat Tionghoa pada Tahun Ular Air ini. Tentu saja sejumlah orang mengharapkan hidup yang lebih damai dan sejahtera. Pada Tahun Ular ini orang tidak perlu kelaparan, karena makanan yang berlimpah. Selain itu, mereka juga berharap memperoleh rezeki yang baik di Tahun Ular Air ini. Dengan demikian, orang boleh mengalami sukacita dalam hidupnya.

Dalam keluarga-keluarga Tionghoa, tadi malam diadakan makan bersama untuk menyambut pergantian tahun. Tentu saja makan bersama itu bukan hanya kumpul-kumpul untuk menghabiskan makanan. Makan bersama memiliki makna yang dalam, yaitu membangun kehidupan yang lebih baik dan damai. Keluarga bukan hanya menjadi tempat untuk bernaung. Tetapi lebih dari itu, keluarga menjadi tempat berbagi kasih dan kebaikan.

Sahabat, sebagai bangsa, kita boleh bersukacita bersama-sama masyarakat Tionghoa di negeri ini. Mereka adalah bagian dari bangsa ini. Mereka tidak hanya numpang di negeri ini. Tetapi mereka juga pemilik negeri ini. Karena itu, yang mereka lakukan adalah mempersembahkan diri bagi kemajuan bangsa dan masyarakat Indonesia.

Kita menyadari bahwa bangsa Indonesia terbentuk oleh berbagai latar belakang budaya, suku, agama dan bangsa. Tidak bisa satu suku atau agama mengklaim bahwa negeri ini terbentuk oleh prakarsa dirinya. Para pemuda negeri ini telah menyatakan bangsa ini memiliki bahasa, tanah air dan bangsa yang satu, yaitu Indonesia. Kita semua memang berbeda-beda suku, agama, budaya, tetapi kita tetaplah satu.

Karena itu, baiklah masyarakat Tionghoa menghidupi budayanya dengan memaknai hidup sebagai orang Indonesia. Mereka tidak perlu mengubah warna kulit untuk menjadi bangsa Indonesia. Kita semua membentuk sebuah Indonesia yang penuh warna-warni dengan keberagaman yang kita miliki. Keberagaman dalam persatuan itu indah.

Seorang bijak mengatakan bahwa ketika orang menghayati hidupnya sebagai bagian dari suatu bangsa, ia memperkaya bangsa itu dengan keberadaannya. Sebagai orang beriman, kita tidak perlu kuatir untuk memperkaya bangsa kita dengan kehadiran kita. Budaya dan tradisi yang sudah turun-menurun mengakar dalam kehidupan kita menjadi sesuatu yang indah dalam kebersamaan.

Mari kita menyumbang hal-hal yang baik bagi perjalanan bangsa ini. Dengan demikian, kita boleh mengalami kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Kita boleh melangkah maju untuk hidup yang lebih baik. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT

944

04 Februari 2013

Hidup Ini Begitu Berharga

Pernahkah Anda merasa terpuruk dalam hidup ini, karena Anda merasa hidup Anda kurang bernilai? Apa yang Anda lakukan? Anda menjadi depresi atau Anda bangkit lagi?

Anda bisa bayangkan, kalau sebuah kursi goyang yang harganya US$3,000 bisa laku US$453,000? Atau sebuah mobil bekas yang ditaksir bernilai US$18,000 laku dilelang seharga US$79,500? Atau gelas biasa yang ditaksir bernilai US$500 ternyata bisa laku dengan harga US$38,000? Ada pula sebuah kalung yang bernilai US$700 bisa laku dengan US$21,1500.

Bukankah ini suatu kegilaan? Tetapi semua kegilaan itu bisa dimaklumi, karena barang-barang yang dilelang itu milik Jacqueline Kennedy Onassis. Yang membuat barang-barang tersebut laku dengan harga yang sangat mahal tentu saja bukan karena barang itu sendiri, tetapi karena siapa yang memilikinya.

Jacqueline Kennedy Onassis adalah mantan ibu negara negeri adidaya Amerika Serikat. Setelah suaminya, John F Kennedy, meninggal, ia menikah lagi dengan Onassis. Onassis adalah salah seorang terkaya di dunia. Karena itu, apa yang dimiliki atau pernah digunakan oleh Jacqueline tentu memiliki nilai yang begitu tinggi. Mengapa? Karena barang-barang tersebut digunakan pada momen-momen yang istimewa pula.

Sahabat, bagaimana dengan hidup kita? Sama seperti barang-barang lelangan milik Jacqueline Kennedy Onassis tersebut, hidup kita sungguh berharga. Bahkan semestinya jauh lebih berharga daripada barang-barang yang fana tersebut. Hal yang membuat hidup ini berharga adalah Tuhan yang memiliki kita. Tuhan yang empunya kehidupan ini.

Tuhan yang empunya kehidupan ini tidak hanya menciptakan kita. Tetapi Tuhan juga memelihara hidup kita. Tuhan menuntun hidup kita menuju keselamatan. Namun sering manusia kurang menyadari hal ini. Dosa dan kesalahan yang diperbuat manusia menyebabkan hidupnya kurang berharga. Hidupnya tidak memiliki daya yang kuat untuk melintasi perjalanan hidup ini.

Mengapa dosa dan kesalahan itu menjadikan hidup manusia kurang berharga? Karena manusia menyombongkan dirinya. Manusia merasa dirinya kuat, sehingga tidak perlu bantuan Tuhan. Manusia mau berjuang sendiri. Manusia tidak mau mengandalkan Tuhan dalam hidupnya.

Ada dua hal yang perlu kita buat. Pertama, jangan pernah sombong, sebab yang membuat kita bernilai dan berharga bukan karena diri kita, tapi Tuhan. Orang yang sombong biasanya berada di ambang kehancuran. Orang yang sombong tidak akan bertahan dalam perjuangan hidupnya.

Kedua, ketika kita depresi karena merasa tidak berharga, ingatlah bahwa nilai kita ditentukan oleh Tuhan. Tuhan mengangkat kembali kita saat kita jatuh. Tuhan tidak meninggalkan kita berjuang sendirian dalam hidup ini. Tuhan punya cara sendiri untuk menyelamatkan kita. Karena itu, kita mesti menyerahkan hidup kita ke dalam kuasaNya. Dengan demikian, hidup kita ini tetap berharga di hadapan Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT

943

03 Februari 2013

Menumbuhkan Kesabaran dalam Hidup

 
Apa yang Anda rasakan, kalau orang yang sudah berjanji dengan Anda tidak datang-datang juga? Padahal Anda sudah menunggunya dalam waktu yang lama? Pembicaraan yang akan Anda lakukan sangat berguna bagi usaha-usaha Anda.

Ada seorang pengusaha yang sedang resah. Soalnya, partnernya yang sudah berjanji untuk datang, tidak muncul-muncul juga. Padahal apa yang akan dibicarakannya menyangkut proyek yang sangat besar. Proyek itu akan menguntungkan perusahaannya berkali-kali lipat. Ia tidak ingin kehilangan proyek itu. Ia ingin sukses. Ia tidak ingin proyek itu lepas dari tangannya.

Memang, ada banyak pekerjaan yang bisa ia selesaikan sambil menunggu partnernya itu. Atau ia bisa saja pergi ke tempat lain untuk mengurus usahanya. Namun keresahan terus membayangi dirinya. Ia tidak ingin partnernya kecewa, kalau tidak menjumpai dirinya di kantornya. Karena itu, ia tetap menunggu, meski ia merasa bosan menunggu orang yang belum tentu datang.

Ia berkata dalam hatinya, “Saya akan tetap menunggu, meski ini pekerjaan yang membosankan. Saya yakin, dia akan datang pada waktunya.”

Benar. Penantiannya tidak sia-sia. Partnernya tiba pada saat yang dinantikannya, meski terlambat. Ia boleh merasakan sukacita dan damai. Ia yakin, proyek yang besar itu menjadi miliknya.

Sahabat, menunggu sepertinya menjadi suatu kegiatan yang menjemukan. Apalagi kalau kita melakukannya tanpa kasih. Ketika kita sedang menunggu, entah itu suami, teman, atau orang lain yang sudah terlebih dahulu membuat janji dengan kita, kita merasakan waktu yang begitu panjang. Hal itu tidak mengenakkan diri kita.

Kisah di atas menunjukkan buah dari suatu penantian yang penuh kesabaran. Orang boleh resah saat menunggu orang yang telah berjanji dengannya. Namun kesetiaan menanti telah membuahkan hasil yang berlimpah baginya. Mimpi untuk sukses menjadi kenyataan. Menumbuhkan keyakinan pada diri sendiri menjadi suatu kekuatan untuk meraih kesuksesan.

Namun sering dalam hidup ini banyak orang kurang sabar. Mereka ingin cepat-cepat meraih sukses itu. Akibatnya, mereka sering kurang percaya diri. Mereka juga menjadi kurang percaya pada orang lain. Lebih meningkat lagi. Mereka menjadi kurang percaya pada Tuhan. Hidup mereka tidak karuan. Tidak ada arah yang pasti.

Tentu saja orang beriman mendasarkan kesabarannya pada Tuhan yang mahapengasih dan mahabaik. Tuhan senantiasa peduli terhadap umatNya. Tuhan tidak membiarkan ciptaanNya merana dalam hidupnya. Karena itu, Tuhan melindunginya dengan berbagai cara. Untuk itu, manusia mesti menumbuhkan kesabaran itu dalam hidup sehari-hari. Orang yang sabar dipercaya oleh Tuhan menjalani hidup ini dengan penuh sukacita dan damai. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

KOMSOS KEUSKUPAN AGUNG PALEMBANG

02 Februari 2013

Melibatkan Tuhan dalam Hidup Kita



Pernahkah Anda merasa ada sesuatu yang hilang dari hidup Anda? Saya rasa Anda pernah mengalami hal ini. Apalagi ketika Anda merasa Tuhan jauh dari hidup Anda, Anda pasti akan mencari dan menemukannya.

Suatu hari, seorang gadis merasa galau dalam hidupnya. Ia tidak tahu apa yang menyebabkan ia merasa galau. Kegalauan itu menguasai dirinya seharian penuh. Ia menjadi bingung, karena baru kali itu ia merasa diri dikuasai kegalauan itu. Ia terus berusaha mencari penyebab kegalauan yang timbul dalam hatinya.

Setelah lama merenung, gadis itu mendapatkan jawabannya. Selama ini, ia selalu berusaha sendiri. Ia merasa kuat untuk bekerja sendiri. Ia merasa bahwa apa yang dilakukan itu sudah benar. Tetapi sejatinya masih ada yang kurang dalam pekerjaannya. Masih ada yang tertinggal yang belum ia lengkapkan pada pekerjaannya.

Untuk itu, ia masuk ke dalam kamarnya. Di sana ia mengheningkan diri. Ia berusaha untuk bertemu dengan Tuhan dalam suasana hening itu. Ia memohon kepada Tuhan untuk melengkapi pekerjaannya. Ia berdoa, “Tuhan, bantu saya menyempurnakan pekerjaan saya. Dengan demikian, saya memperoleh ketenangan dalam hidup ini.”

Setelah berdoa dalam keheningan itu, ia melanjutkan pekerjaannya. Ia merasa bahwa Tuhan ikut terlibat dalam pekerjaannya. Tuhan campur tangan melalui rahmatNya. Tuhan tidak meninggalkan manusia bekerja sendirian. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, pekerjaannya itu pun selesai dengan sukses.

Sahabat, banyak orang merasa cukup bekerja sendirian. Mereka merasa bahwa tenaga dan pikiran mereka sendiri mampu membawa mereka pada kesuksesan hidup. Karena itu, mereka tidak peduli terhadap bantuan orang lain. Mereka merasa orang lain menjadi pengganggu dalam pekerjaan mereka.

Kisah di atas mau mengungkap hal yang sebaliknya. Manusia tidak mampu bekerja sendirian. Manusia membutuhkan bantuan orang lain. Bahkan manusia membutuhkan rahmat demi rahmat dari Tuhan yang diimaninya. Gadis dalam kisah di atas merasa ada yang kurang. Ia sudah berjuang untuk meraih kesempurnaan dalam pekerjaannya, tetapi masih saya ada yang kurang. Yang kurang itu kemudian disempurnakan oleh Yang Tak Kelihatan, yaitu Tuhan. Tuhan menyentuhnya dengan rahmat demi rahmat, sehingga pekerjaan gadis itu menjadi sempurna.

Ungkapan ‘melibatkan Tuhan' dalam kehidupan kita sudah tidak asing lagi bagi orang yang percaya. Melibatkan Tuhan dalam segala perkara. Melibatkan Tuhan dalam kehidupan rumah tangga. Melibatkan Tuhan dalam pekerjaan kita. Hal-hal ini mau mengatakan kepada kita bahwa kita manusia terbatas. Kita tidak bisa melakukan segala-galanya sendirian. Kita butuh bantuan dari Yang Tak Kelihatan bagi pekerjaan-pekerjaan kita.

Memang, Tuhan tidak bisa lihat dengan mata telanjang. Tetapi Tuhan bekerja seperti garam yang larut dalam sayuran yang kita makan. Tuhan bekerja diam-diam dan kita merasakan akibatnya. Untuk itu, yang dibutuhkan dari kita adalah hati yang terbuka menerima rahmat demi rahmat yang datang dari Tuhan. Dengan demikian, hidup kita menjadi sungguh-sungguh indah.

Santo Paulus berkata, “Kita tahu sekarang, bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Tuhan” (Roma 8:28). Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT



941

01 Februari 2013

Berusaha Keluar dari Kebuntuan Hidup

Apa yang akan terjadi ketika Anda mengalami jalan buntu dalam kehidupan ini? Anda berhenti total? Atau Anda berusaha mencari cara-cara untuk keluar dari kebuntuan itu?

Monica Seles menjadi petenis nomor satu dunia pada 30 April 1993. Namun ia kemudian terpuruk setelah ditikam oleh seseorang saat bertanding di sebuah turnamen tenis di Jerman. Ia menjalani pengobatan atas lukanya cuma dua hari di rumah sakit. Namun ia terluka secara psikologis selama dua tahun.

Akibatnya, ia tidak bisa bertanding selama kurun waktu itu. Ia selalu diliputi kecemasan. Ia mengalami mimpi buruk atas peristiwa itu. Bahkan sponsornya, produk sepatu FILA mendendanya, karena kehilangan banyak pemasukan atas kondisi Monica Seles itu. Ia semakin terpuruk dalam daftar ranking WTA.

Namun tahun 1995 ia kembali ke lapangan tenis. Ia menjuarai turnamen Kanada Open. Tidak berhenti di situ, Monica Seles menjuarai Australia Terbuka di tahun 1996. Turnamen Grand Slam ini memberi kekuatan mental yang luar biasa baginya. Ia semakin termotivasi untuk menjadi seorang juara. Dengan modal ini, ia terus bertanding di turnamen-turnamen besar. Ia pun masuk final Grand Slam Prancis Terbuka hampir bersamaan dengan kematian ayah dan pelatihnya yang menderita kanker.

Monica Seles meraih delapan gelar Grand Slam dan medali perunggu pada Olimpiade 2000 lalu. Ia menorehkan banyak gelar juara dan mengumpulkan jutaan dollar hadiah uang. Ia menggunakan kesempatan sebaik-baiknya bagi kemajuan dirinya.

Sahabat, banyak orang sering terjebak dalam ketidakberdayaan mereka. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini bisa terjadi, karena orang hanya melihat satu sisi kehidupan. Padahal hidup ini penuh warna-warni. Ada banyak segi kehidupan yang bisa dilalui untuk memajukan diri.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa masih ada pintu terbuka, ketika pintu yang lainnya tertutup. Masih ada kesempatan yang begitu banyak setelah satu kesempatan tertutup rapat bagi hidup kita. Monica Seles masih menemukan kemampuan terbaiknya, meski ia sempat kehilangan harapan. Tragedi penikaman yang menimpanya menjadi satu titik hitam dalam hidupnya yang kemudian ia lalui dengan baik. Setelah melewati tragedi itu, ia meraih sukses yang gilang-gemilang.

Sebagai orang beriman, kita percaya bahwa Tuhan tidak pernah menutup satu pintu tanpa membuka pintu yang lain. Tuhan tidak pernah menutup satu kesempatan tanpa membuka kesempatan yang lain. Mengapa Tuhan tidak menutup pintu atau kesempatan? Hal ini mau menunjukkan bahwa Tuhan ingin menarik perhatian kita. Dia ingin agar kita memiliki prioritas yang benar dalam mengelola hidup ini. Bila kita menyimpang dari jalan-Nya, kita menghancurkan hidup kita.

Tuhan ingin mengarahkan kita pada kesempatan yang lebih besar. Kita biasanya ingin tinggal di zona nyaman dan aman serta tidak menyukai perubahan. Semua perubahan mempunyai resiko dan tantangannya masing-masing. Tuhan ingin menantang kita untuk tetap berusaha dalam meraih kesuksesan hidup. Mari kita mengarahkan hidup hanya kepada Tuhan semata. Dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO

940