Pages

29 Maret 2014

Tetap Setia kendati Banyak Tantangan



Masihkah Anda setia terhadap sesama yang hidup bersama Anda? Sejauh mana kesetiaan itu Anda pertanggungjawabkan?

Hachiko adalah seekor anjing peliharaan Profesor Ueno, seorang guru besar Universitas Kekaisaran di Tokyo, Jepang. Hachiko hidup dari tahun 1923 hingga 1935. Selama masa hidupnya yang dua belas tahun itu, Hachiko menunjukkan kesetiaannya yang luar biasa. Ia setia kepada tuannya dengan seluruh dirinya.

Setiap hari Hachiko mengantar tuannya ke stasiun kereta api. Setelah tuannya naik kereta api, Hachiko mencari tempat yang aman di stasiun kereta api kota itu. Ia menunggu tuannya pulang dari universitas. Lapar dan haus mesti ia tahan demi tuannya pulang dalam keadaan selamat.

Suatu sore, tuannya tidak pulang-pulang ke stasiun kereta api itu. Ternyata tuannya mengalami serangan jantung. Tuannya telah menghembuskan nafas terakhirnya di universitas. Namun Hachiko tetap setia menunggu tuannya pulang. Ia tidak mau ikut orang lain untuk pulang ke rumahnya. Ia tetap bertahan di stasiun kereta api itu. Suatu hari Hachiko mati di stasiun itu. Kematiannya menunjukkan kesetiaan seekor anjing terhadap tuannya. Ia mati dalam penantian.

Sahabat, setia itu tidak mudah. Namun kesetiaan itu bisa dilatih, dipelajari dan dibiasakan. Kesetiaan bisa dilatih dari hal-hal yang kecil. Seorang bijaksana berkata, “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”

Kisah Hachiko si anjing setia memberikan suatu inspirasi kepada kita untuk berusaha setia kepada Tuhan dan sesama dalam hidup kita. Kesetiaan Hachiko terhadap tuannya tanpa batas. Berbagai tantangan mesti ia hadapi. Yang ada dalam instingnya hanyalah keselamatan tuannya.

Sebagai makhluk sosial, manusia juga dituntut untuk memiliki kesetiaan yang besar terhadap orang-orang sekitarnya. Seorang suami mesti selalu setia terhadap istrinya apa pun situasi hidup yang dihadapi. Sebaliknya seorang istri mesti selalu setia terhadap suaminya, meski kadang-kadang hidup ini kurang menyenangkan.

Memang, kesetiaan selalu menghadapi tantangan. Sepasang suami istri yang bahagia selalu ingin tetap bertahan dalam kesetiaan satu sama lain. Namun godaan sering datang menghadang kehidupan bersama. Godaan bisa saja membuat komitmen yang telah dibuat oleh mereka berantakan.

Pertanyaannya, mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini bisa terjadi ketika orang hanya mementingkan terpenuhinya keinginan-keinginannya. Ketika orang hanya mengikuti keinginan-keinginannya, orang akan membahayakan kesetiaannya terhadap sesamanya. Sehebat-hebatnya orang, orang tidak bisa memenuhi keinginannya. Mengapa? Karena keinginan manusia itu bermacam ragam dan bentuknya.

Untuk itu, orang mesti mengadakan suatu penegasan antara keinginan dan kebutuhan. Setiap keinginan tidak mesti dipenuhi. Namun setiap kebutuhan tentu saja berguna bagi perjalanan hidup bersama. Kebutuhan itu yang mesti dipenuhi, agar hidup orang menjadi semakin lebih baik.

Sebagai orang beriman, kita ingin tetap setia satu sama lain. Mari kita berusaha setia dengan memilah mana keingnan dan kebutuhan yang mesti kita penuhi. Tuhan memberkati.**



Frans de Sales SCJ

SIGNIS INDONESIA/Tabloid KOMUNIO


1085

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.