Pages

27 Juli 2014

Belajar Melayani Sesama

 
Mampukah Anda melayani sesama yang hidup di sekitar Anda? Anda akan mampu melayani sesama Anda, kalau Anda mampu melayani diri Anda sendiri.

Presiden China, Xi Jinping, melakukan hal yang tidak biasa dengan antre dan makan di sebuah restoran di Beijing, berbaur dengan warga biasa. Foto-foto yang diunggah ke media sosial Weibo - yang dikenal sebagai Twitter-nya China - memperlihatkan Presiden Xi mengunjungi jaringan restoran Qinfeng. Restoran ini yang menyediakan roti kukus atau steamed bun.

Presiden China, Xi Jinping, mengantre, membayar sendiri, membawa nampan ke salah satu meja. Lantas ia menyantap hidangan untuk makan siang tersebut. Restoran Qingfeng tengah padat pengunjung saat Presiden Xi berada di restoran.

Surat kabar South China Morning Post memberitakan bahwa para pengunjung langsung mengambil foto begitu menyadari pria yang berada di salah satu meja adalah salah satu orang terpenting di China. Tak lama kemudian foto-foto Presiden Xi ini ramai di Weibo.

Seorang pengguna jaringan Weibo berkata, "Saya sampai tak percaya melihat Presiden Xi antre, bayar sendiri, dan membawa nampan makanan."

Para pejabat tinggi China biasanya selalu mendapatkan pengawalan ketat. Sejak menjabat sebagai presiden pada Maret 2013 lalu, Xi berulang kali menyerukan agar para pejabat China tidak bergaya hidup mewah. Mereka mesti lebih sering bergaul dengan rakyat biasa.

Sahabat, sering manusia menginginkan kehormatan. Karena itu, mereka sering berusaha untuk dihormati. Mereka mencari kehormatan itu dalam berbagai kesempatan. Kalau sampai tidak mendapatkan kehormatan, mereka merasa tersinggung. Mereka kemudian menjadi marah. Kalau orang itu seorang yang terpandang, ia akan sangat marah terhadap orang yang melakukan dirinya dengan tidak hormat.

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk tidak menempatkan diri kita sebagai orang yang sangat dihormati. Presiden Xi Jinping tidak peduli terhadap status dirinya sebagai seorang penguasa tertinggi di negerinya. Bahkan ia merasa statusnya itu mengganggu dirinya untuk bersentuhan langsung dengan rakyat yang dipimpinnya. Karena itu, ia berani berbaur dengan rakyatnya. Ia memberikan contoh bahwa seorang pemimpin mesti mau melayani dirinya sendiri. Ia tidak harus dilayani oleh rakyatnya.

Melayani sesama merupakan panggilan jiwa dari setiap manusia. Namun begitu banyak orang yang lebih menantikan pelayanan dari sesamanya. Orang enggan untuk melayani sesamanya. Mengapa? Karena orang merasa dirinya lebih penting daripada yang lain. Orang merasa dirinya lebih pantas untuk dilayani.

Tentu saja ini suatu gaya hidup yang mewah. Memiliki pelayan itu mengandaikan orang mampu membayar orang yang melayani dirinya. Padahal manusia dipanggil untuk melayani sesamanya. Melayani sesama mengandaikan orang mampu hidup ugahari. Orang mampu merendahkan diri di hadapan sesamanya dengan rela menjadi pelayan bagi sesamanya.

Tentu saja hal ini tidak mudah. Mengapa? Karena orang mesti mampu merendahkan diri di hadapan orang yang akan dilayani itu. Karena itu, menjadi pelayan itu membutuhkan suatu kerendahan hati. Yesus mengatakan bahwa Ia hadir di dunia ini bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani.

Pertanyaan bagi orang beriman di zaman sekarang adalah beranikah kita merendahkan diri untuk melayani sesama kita? Tampaknya kita mesti belajar dari Presiden Xi Jinping yang tidak mau merepotkan rakyatnya. Dengan melayani dirinya sendiri, ia belajar untuk melayani rakyatnya dengan hidup sederhana. Mari kita memiliki semangat melayani sesama kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT
1122

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.