Pages

19 Juli 2014

Memerangi Korupsi untuk Hidup Lebih Baik




Kiranya semua kita setuju kalau korupsi itu seperti penyakit kanker yang perlahan-lahan menggerogoti kehidupan manusia. Karena itu, korupsi adalah dosa berat yang mesti disingkirkan

Gubernur Tokyo Naoki Inose tanggal 19 Desember 2013 lalu mengundurkan diri, karena terlibat skandal keuangan senilai 50 juta yen atau sekitar Rp 5 milyar. Gubernur Inose dituduh menerima uang sekitar 50 juta yen dari perusahaan kesehatan Tokushukai yang mengoperasikan 280 fasilitas kesehatan, termasuk 66 rumah sakit.

Hal itu terungkap akibat kejelian polisi menemukan bukti adanya dana dari perusahaan tersebut yang diberikan kepada enam pejabat pemilihan umum dan dianggap melanggar ketentuan UU Pemilu Jepang.

Gubernur Tokyo yang terkenal sebagai mantan novelis terkenal dan ikut berjasa menjadikan Tokyo sebagai tuan rumah Olimpiade 2020, mengakui bahwa ia menerima uang sebesar itu. Uang dimasukkan ke dalam tasnya. Ketika tim investigasi mengatakan tidak mungkin memasukkan uang dalam kotak ke dalam tas sekecil itu, Gubernur Inose memperagakan bagaimana caranya memasukkan kotak berisi uang tersebut.

Gubernur Tokyo Naoki Inose menunjukkan tas tempat ia memasukkan uang ¥50 juta (sekitar Rp 5 milyar) dalam sidang DPRD Tokyo tanggal 16 Desember 2013.

Setelah itu, dia menyatakan mengundurkan diri sebagai gubernur Tokyo. Naoki Inose adalah mantan wakil gubernur yang maju sebagai calon gubernur. Ia menggantikan Ishihara yang mengundurkan diri setelah empat periode. Naoki Inose memenangi pemilukada Tokyo tahun 2012 dengan suara terbanyak yang pernah ada dalam sejarah pemilihan gubernur Tokyo, yaitu sekitar 4,34 juta suara.

Sahabat, korupsi itu dosa. Pertama-tama dosa melawan hati nurani yang mengingkari sumpah jabatan seorang pejabat. Namun korupsi juga merupakan dosa yang berat, karena menelantarkan rakyat banyak. Semestinya anggaran untuk pembangunan bagi kesejahteraan rakyat banyak, tetapi uang yang ada dipakai hanya oleh satu atau sejumlah orang. Orang hanya mementingkan dirinya sendiri.

Orang tidak peduli terhadap sesamanya yang sangat membutuhkan untuk keluar dari kungkungan kesulitan hidup. Rakyat boleh hidup merana melarat, yang penting pejabat boleh hidup mewah. Ini dosa besar terhadap Tuhan dan sesama.

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk menyadari diri kita di hadapan Tuhan dan sesama. Ketika kita melakukan kesalahan, besar atau kecil, kita mesti berani mengakuinya. Dengan mengakui kesalahan itu, kita dapat menyelamatkan banyak hal dalam kehidupan ini. Kita sadar bahwa dosa yang kita buat menyebabkan penderitaan begitu banyak orang. Untuk itu, kita mesti bertobat.

Sayang, di negeri ini para koruptor masih bebas merdeka berlenggang tangan ke sana ke mari. Bahkan para koruptor yang sudah jelas-jelas tertangkap basah oleh Komisi Pemberantasan Korupsi masih juga membela diri. Mereka masih merasa tidak bersalah atas perbuatan jahat mereka. Mereka tidak tertunduk malu saat digelandang petugas keamanan menuju hotel prodeo. Mereka tidak menyadari bahwa perbuatan kotor mereka telah menyebabkan begitu banyak rakyat yang menderita.

Orang beriman mesti mengubah hidupnya. Orang beriman mesti berani menyadari diri bahwa perbuatan dosa membawa akibat soscial yang begitu mengerikan. Misalnya, kemiskinan, kemelaratan hidup, perpecahan dalam kehidupan bersama dan contoh negatif bagi generasi penerus bangsa ini.

Karena itu, orang beriman mesti berani memerangi korupsi. Bukan hanya mengatakan ‘tidak’ terhadap korupsi. Tetapi lebih dari itu, mengatakan korupsi adalah kanker yang membawa penderitaan bagi rakyat. Semoga semakin banyak koruptor menyadari perbuatannya dan bertobat. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1117

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.