Pages

04 November 2015

Menjaga Hati Tetap Baik

 
Hati yang baik mesti selalu dijaga dan dirawat. Namun banyak orang kurang peduli terhadap hal ini. Akibatnya, relasi dengan sesama kurang membahagiakan.

Pagi itu, kebun bunga yang asri di depan rumah berantakan. Pasalnya, semalam suntuk tikus-tikus tanah berpesta. Tiba-tiba mereka keluar dari dalam tanah. Rupanya tikus-tikus itu sudah lama membuat sarang di dalam tanah. Mereka keluar untuk mencari makan saat mereka kelaparan. Apa saja yang mereka temukan, mereka lahap untuk mengenyangkan perut mereka.

Bunga-bunga yang indah luluh lantak begitu diserang oleh tikus-tikus tanah itu. Sang pemilik rumah yang menyaksikan hal itu hanya gigit jari. Apalagi tikus-tikus itu sudah hilang entah ke mana. Ia hanya berjanji untuk memusnahkan tikus-tikus itu dengan racun tikus.

Pemilik rumah lantas segera memperbaiki taman di halaman rumahnya. Lobang tikus segera ia tutup dengan semen. Ia berharap bahwa dengan cara itu, tikus-tikus itu akan mati terkubur di dalam tanah. Ia tidak mau melihat situasi yang berantakan berlangsung lebih lama. Ia juga berjanji untuk menyiapkan penjaga taman berupa kucing yang suka berburu tikus.



Memberi Kesejukan

Hati manusia kadang-kadang seperti taman yang indah. Hati yang baik yang selalu dirawat akan memberikan kesejukan bagi orang-orang yang ada di sekitar kita. Orang merasa nyaman berada di sekitar kita. Bahkan orang akan menemukan damai saat berjumpa dengan kita.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa tidak selamanya hati manusia itu seperti taman yang indah. Bisa saja terjadi suatu ketika hati kita hancur lebur oleh perbuatan kita sendiri. Bila kita tidak memelihara hati kita, kita bisa diserang seperti tikus yang menghancurkan taman bunga itu. Akibatnya, hati kita tidak berbentuk lagi.

Soalnya, bagaimana kita mampu menciptakan hati yang indah? Hati yang indah dapat diciptakan melalui hidup baik dengan sesama di sekitar kita. Kita mesti membangun relasi yang baik dengan sesama. Relasi yang baik itu dibangun dengan menghargai kehadiran sesama kita. Kita tidak menjadi pribadi yang mendominasi kehidupan bersama. Sebaliknya, kita memberi perhatian kepada sesama kita.

Memang, mesti diakui bahwa hal ini tidak mudah. Mengapa? Karena kita memiliki egoisme dan kepentingan diri. Kita ingin diri kita dihormati dan dihargai lebih dari yang lain. Untuk itu, dibutuhkan suatu sikap rendah hati untuk berani menerima dan menghargai sesama kita. Dengan demikian, relasi dengan sesama semakin baik. Hidup kita menjadi semakin berguna bagi diri dan sesama.

Seorang bijaksana berkata, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Hati yang baik memancarkan kehidupan. Untuk itu, hati yang baik perlu dijaga dengan penuh kewaspadaan. Mengapa? Karena setiap saat musuh-musuh yang berkeliaran dapat menghancurkan bangunan hati kita yang sudah baik dan indah itu.

Karena itu, kita butuh bantuan dari rahmat Tuhan. Tuhan menginginkan hati yang baik dan indah untuk tumbuh dan berkembang bagi kebaikan bersama. Tuhan ingin hati kita bisa semarak seperti taman bunga yang indah. Tunas-tunas baru, kondisinya sehat dan segar, sejuk, asri dan penuh warna.

Mari kita jaga hati kita dengan penuh kewaspadaan. Dengan demikian, kita dapat menjadi pembawa damai dan sukacita bagi orang lain. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO – Majalah FIAT

Palembang – Kota Mpek-mpek

1178

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.