Pages

02 April 2015

Yesus Ditinggikan di Salib

Tempat Yesus disalibkan disebut tempat Tengkorak. Dalam bahasa Ibrani tempat ini disebut Golgota. Letaknya di atas bukit dekat kota. Yohanes melukiskan bahwa banyak orang melihat Yesus yang tergantung di salib itu.
   
Karena itu, orang-orang berpengaruh dalam masyarakat Yahudi mengusulkan kepada Pilatus agar tulisan yang terpampang di atas kepala Yesus diubah. Banyak orang membaca tulisan itu, sehingga akan mempermalukan mereka. Mengapa? Karena mereka berani menyalibkan raja mereka sendiri. Semestinya seorang raja mendapatkan tempat terhormat dalam masyarakat Yahudi.
    
“Yesus, orang Nazaret, raja orang Yahudi.” Demikian bunyi tulisan yang dibuat dalam tiga bahasa itu. Pilatus memang menolak permintaan para pemuka Yahudi itu. Dia tidak ingin urusan dengan Yesus itu berlarut-larut. Cukuplah ia mengadili Yesus hingga menyerahkan-Nya kepada bangsa Yahudi untuk mengambil tindakan mereka sendiri. Bukankah ia sudah mencuci tangan sebagai tanda tak bersalah?
   
Di sisi lain mungkin Pilatus takut, karena seorang yang tak bersalah justru dihukum mati. Dia sendiri mempunyai andil dalam hal itu dengan menyerahkan Yesus ke dalam tangan bangsa Yahudi.
    
Namun mungkin alasan yang lebih besar bagi Pilatus untuk menorehkan tulisan itu adalah ia sungguh-sungguh sadar bahwa Yesus adalah seorang raja. Penerangan yang diberikan Yesus kepadanya dalam sidang pengadilan di istananya memberikan pemahaman baru baginya. Jam-jam setelah ia menyerahkan Yesus kepada orang Yahudi menjadi suatu kesempatan berefleksi mengenai tokoh kontroversial itu.
    
Baginya, Yesus lebih dari layak mendapat gelar raja. Seorang raja itu mesti mendapatkan tempat yang terhormat. Ia mesti ditinggikan. Menurut Yohanes, Sang Pengarang Injil, Yesus ditinggikan di atas kayu salib supaya semua orang yang memandang-Nya memperoleh keselamatan .Yesus menjadi Musa baru yang menarik semua orang kepada keselamatan melalui diri-Nya. Musa yang lama meninggikan ular tembaga di padang gurun, sehinggaorang-orang yang dipagut oleh ular tedung mendapatkan kesembuhan dengan memandang ular tembaga itu.
   
Dengan peninggian Yesus di kayu salib itu, Yohanes mau menegaskan bahwa Yesus itu raja yang tetap menjadiandalan bagi semua orang yang mendambakan keselamatan. Yesus menjadi jalan bagisemua manusia. “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” kata Yesus (Yoh. 14:6)
   
Di atas salib itu menjadi saat Yesus dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Mengapa? Karena Yesus mampu mengejawantahkan kasih Allah dengan kasih dan kesetiaan-Nya kepada Allah dan manusia, Yesus menyempurnakan tugas-Nya menebus manusia dengan mengorbankandiri, agar manusia mengalami keselamatan.
 
Tentu cara pemuliaan seperti inimerupakan sesuatu yang tragis bagi manusia yang cenderung mencapai kemuliaan melalui cara paling gampang alias tanpa korban. Namun inilah suatu pengajaran baru bagi manusia yang diberikan oleh Allah sendiri melalui peristiwa peninggian di salib itu. Peristiwa ini menjadi jalan rahmat bagi manusia. Kebahagiaan itu diraih melalui suatu perjuangan. Karena itu, kebahagiaan itusungguh bernilai dan bermakna bagi kehidupan manusia.

Menarik sekali bahwa ketikalambung Yesus ditikam justru mengalirkan darah dan air. Ini dua unsur yang menghidupkan. Peninggian di salib itu menjadi sarana pemberian diri Allah. Artinya, pemberian kehidupan bagi manusia. Manusia yang memandang kepada Diayang tertikam mendapatkan kehidupan baru.
    
Dengan menerima pemberian diri Allah melalui peristiwa peninggian di salib itu, manusia dibebaskan dari perhambaan dosa. Manusia yang dahulu menjadi budak dosa, kini menjadi makhluk tertebus. Semua mata yang memandang Dia yang dimuliakan di atas salib dengan darah dan air yang mengucur, menemukan Allah dalam Sang Sumber Kehidupan itu. “Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah. Tetapi sekarang, sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kami dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?” kata St. Paulus mengenai orang-orang yangsudah mengenal Allah karena peristiwa peninggian Anak Manusia itu (Gal. 4:8-9).

Dewasa Ini: Yesus masih Ditinggikan
   
Suatu pagi, Aji, seorang anak kecil yang sering datang ke kantor saya, membuat saya sangat terpesona oleh pernyataannya. Pagi itu dia datang ke kantor dan menghidupkan salah satu komputer yang biasa dia senangi. Komputer itu mempunyai screen server seseorang yang duduk di sofa sambil menggoyangkan kakinya. Berkali-kali sebelum pagi itu saya sudah menakut-nakuti dia bahwa orang yang ada di layar komputer itu adalah hantu. Sebelumnya memang dia agak takut dengan lari mendekati saya sambil melihat dari jauh. Namun pagi itu sungguh luar biasa.

“Awas hantu,” saya mengganggunya.

“Tidak takut ah,” jawab Aji, anak berusia tiga tahun ini singkat.

“Kenapa kamu tidak takut samahantu?” saya berusaha ingin tahu.
    
“Karena di rumah ada salib, romo,” kata Aji meyakinkan saya.
  
Saya sungguh terkejut mendengar pernyataan Aji, bocah ingusan itu. Anak sekecil itu sudah punya suatu pegangan hidup. Dari mana dia mendapatkan iman seperti itu? Yesus yang ditinggikan disalib rupanya begitu memukau hati Aji. Baginya, salib Yeus itu bukan sekadar dipampang di dinding rumah. Salib itu sungguh-sungguh meneguhkan hati Aji, sehingga ia tidak perlu takut terhadap bayang-bayang hantu. Sungguh luar biasa!
    
Dalam suatu perjalanan dari Jakarta menuju Yogyakarta, seorang ibu rumah tangga yang masih muda membuat tanda salib begitu bus yang kami tumpangi mulai bergerak dari stasiun. Baginya, tanda salib itu memberikan ketenteraman dan kenyamanan dalam perjalanan. Ia yakin keselamatan akan terjadi dengan perantaraan Kristus yang ditinggikan di kayu salib.
 
“Ibu katolik, ya?” tanya saya yangduduk di sampingnya.
“Ya, saya katolik,” jawabnya singkat, tanpa rasa takut.
 
Saya pun membuat tanda salib,tanda kemenangan Kristus. Lantas saya mengajak ibu itu  untuk bersama-sama berdoa.
   
Dewasa ini banyak orang mengenakan salib di leher sebagai sebuah asesori. Mereka mau mengatakan kepada dunia bahwa mereka adalah orang-orang kristiani yang mengimani Tuhan Yesus. Bagi sementara orang, salib di dada itu sungguh memberikan kekuatan, karena peninggian Yesus di salib itu membawa kemenangan. Karena itu, ada suatu kebanggaan tersendiri menjadi seorang kristiani.
   
Namun ada sementara orang yang mengenakan salib di dada sekadar hiasan belaka tak bedanya dengan kalung berlian atau emas. Bagi mereka, seseorang yang mengenakan salib belum tentu mengungkapkan iman akan Dia yang ditinggikan di salib. Karena itu, salib di dada itu tidak terlalu berpengaruh dalam hidupnya.
    
“Ah, saya pakai salib ini kan sebagai suatu hiasan saja. Saya bisa ganti dengan hiasan lain yang lebih menarik,” kata seorang pemuda yang saya temui di sebuah swalayan.
    
Oke. Setiap orang boleh punyasikap yang berbeda terhadap sebuah palang bernama salib. Namun bagi seorang kristiani, Tuhan Yesus yang ditinggikan di kayu salib itu membebaskan manusia dari kematian kekal. Mereka yang memandang Dia yang tertikam akan mendapatkan kehidupan kekal.
   
Mau memperoleh hidup abadi? Pandanglah Dia yang tertikam yang ditinggikan di atas kayu salib itu. **

Frans de Sales SCJ

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.