Pages

30 Januari 2013

Tuhan Bekerja dalam Peristiwa-peristiwa Hidup Kita

Bagaimana sikap Anda ketika berhadapan dengan peristiwa-peristiwa yang biasa dalam hidup Anda? Anda merasa bosan, karena hidup ini seolah-olah datar saja? Atau Anda mensyukurinya, karena Tuhan tetap bekerja dalam peristiwa-peristiwa biasa itu?

Suatu hati seorang ibu tua mendatangi saya. Berulang kali ia mengucapkan terima kasih atas doa saya bagi cucunya yang sakit. Beberapa hari sebelumnya saya mendoakan cucunya yang terbaring lemah di rumahnya. Cucunya itu sulit menggerakkan tubuhnya. Ia hanya bisa berbaring di tempat tidur. Entah penyakit apa yang dideritanya, saya tidak begitu tahu pasti.

Saya sendiri merasa bahwa doa saya yang sederhana itu tidak punya pengaruh apa-apa. Apalagi doa saya itu menimbulkan mukjizat yang besar. Karena itu, saya tidak terlalu menggubris nenek itu. Tetapi nenek itu ngotot. Ia mengatakan bahwa berkat doa saya itu, sang cucu kini sudah bisa duduk. Ia juga sudah bisa mengenali orang-orang yang ada di sekitarnya.

Saya tidak percaya akan hal itu. Saya tersenyum sinis mendengar cerita nenek itu. Melihat saya tidak begitu menanggapi kata-katanya, nenek itu sewot. Ia marah terhadap saya. Ia mengatakan bahwa saya orang yang tidak mau percaya akan kebaikan Tuhan.

Ia berkata, “Bukankah Tuhan telah begitu baik kepada cucu saya melalui doa-doa romo? Mengapa romo tidak mau percaya? Saya harap, kali ini romo mau percaya akan kata-kata saya.”

Saya tetap skeptis terhadap kata-katanya. Karena itu, sore harinya saya mendatangi rumahnya. Benar! Saya menyaksikan sendiri cucunya bisa duduk dan makan. Lantas begitu melihat saya masuk ke dalam rumah, ia pun tersenyum lebar menyambut kehadiran saya. Saya membalas senyumnya untuk memberikan semangat hidup kepadanya.

Sahabat, banyak orang ingin melihat hal-hal ajaib terjadi dalam hidupnya. Hal-hal yang kecil disepelekan. Tidak digubris. Seolah-olah hal-hal kecil itu tidak punya pengaruh sama sekali dalam kehidupan ini. Akibatnya, banyak orang cenderung mencari dan menemukan hal-hal spektakuler dalam hidup ini.

Kisah pengalaman saya di atas mau mengatakan kepada kita bahwa Tuhan pun bekerja melalui hal-hal yang tampak senderhana. Tuhan masuk ke dalam hidup manusia melalui peristiwa-peristiwa hidup kita yang biasa-biasa. Sebuah doa yang sederhana bisa menjadi cara Tuhan hadir dalam kehidupan kita. Ucapan syukur kita yang kita anggap kurang berarti menjadi kesempatan bagi Tuhan untuk mengalirkan rahmatNya bagi hidup kita.

Kita ambil contoh udara yang kita hirup setiap hari. Sering kita tidak peduli akan pentingnya udara bagi kelangsungan hidup kita. Apalagi udara itu tidak bisa kita lihat atau kita pegang. Karena itu, kita sering merasa cuek saja terhadap kehadiran udara. Apalagi tanpa kita pikirkan atau usahakan pun udara akan ada terus-menerus selama dunia ini masih ada.

Tetapi kalau kita sadar sungguh-sungguh kehadiran udara itu, kita mesti bersyukur atas kebaikan Tuhan. Dengan udara yang tidak bisa dilihat itu, kita boleh mengalami keajaiban-keajaiban dalam hidup ini. Kita bisa menjalani hidup ini dengan baik dan normal. Bukankah ini suatu mukjizat yang datang dari Tuhan?

Karena itu, mari kita hargai pemberian Tuhan bagi hidup kita, seberapa kecil pun pemberian itu. Dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan untuk berjumpa dengan Tuhan. Seorang bijaksana berkata, “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN. Tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi” (Rat 3:22-23). Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT


939

29 Januari 2013

Memiliki Kasih yang Berlimpah-limpah

Apa yang akan Anda lakukan ketika rasa cemas menguasai diri Anda? Orang mengatakan bahwa kecemasan itu menguasai diri manusia ketika manusia mengalami kekurangan kasih. Atau terjadi deficit kasih dalam diri manusia. Karena itu, yang mesti dilakukan adalah berusaha untuk memiliki kasih yang berlimpah-limpah.

Karl Barth adalah seorang teolog ternama. Ia juga salah seorang teolog Kristen yang terbesar di abad 20 ini. Suatu ketika, seusai sebuah seminar, seorang anak muda bertanya kepadanya, “Jika Anda merangkum semua pengajaran Anda, bagaimana Anda merangkumnya dalam sebuah kalimat?"

Karl Barth menjawab dengan riang dengan mengutip lagu anak-anak Sekolah Minggu, "God Loves me, this I know, for the Bible tells me so..."

Karl Barth mengatakan, lagu ini sering ia dengar waktu masih kecil. Lagu ini senantiasa disenandungkan oleh ibunya di telinganya. Ia tetap mengingat lagu itu ke mana pun ia pergi. Karena itu, ia menyimpulkan bahwa manusia dapat menjalani hidup ini hanya karena Tuhan mengasihi. Kasih Tuhan tak pernah berhenti.

Karena itu, meski ia seorang teolong ternama, Karl Barth tetap membuka hatinya bagi curahan kasih Tuhan atas dirinya. Ia tidak jemu-jemu datang kepada Tuhan untuk menimba kasih Tuhan itu. Kasih Tuhan itu nyata dalam kehidupan manusia sehari-hari. Kasih Tuhan itu hidup dan menaungi hidup manusia.

Sahabat, banyak orang masih meragukan kasih Tuhan yang meresap dalam hidup mereka. Hal ini tampak dalam sikap hidup maupun perbuatan nyata. Misalnya, di saat orang merasa galau dalam hidupnya, orang serta merta meninggalkan Tuhan. Mereka pergi kepada berhala-berhala untuk meminta pertolongan. Atau mereka pergi kepada dukun untuk meramal nasib mereka. Padahal jelas-jelas berhala-berhala itu tidak bisa membantu manusia. Berhala-berhala itu tidak punya jiwa, tidak hidup.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa kasih Tuhan tak pernah berhenti. Meski kita mengalami duka dan derita dalam hidup ini, Tuhan tetap setia kepada kita. Tuhan memberi kita kemampuan-kemampuan untuk mengatasi berbagai kesulitan hidup kita. Yang penting adalah kita tetap bertahan untuk hidup dalam kasih Tuhan itu.

Karena itu, yang dibutuhkan dalam hidup ini bukan rasa cemas atas apa yang akan dihadapi. Yang dibutuhkan adalah iman yang mendalam kepada Tuhan. Beriman berarti kita mengandalkan Tuhan dalam hidup ini. Beriman berarti hanya Tuhan yang memegang kendali dalam kehidupan kita ini. Bukan hal-hal lain yang mengendalikan hidup kita.

Unuk itu, kita mesti buang semua rasa cemas atau kuatir dari diri kita. Kita mesti memenuhi diri kita dengan kasih Tuhan yang bernyala-nyala itu. Dengan demikian, yang ada dalam diri kita hanyalah kekuatan kasih. Dengan kekuatan kasih itu, kita dapat melangkah maju untuk membangun hidup yang lebih baik. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

KOMSOS Keuskupan Agung Palembang


938

27 Januari 2013

Menghadapi Godaan dengan Iman

 
Apa yang akan Anda lakukan ketika godaan menerpa diri Anda? Anda menyerah dan mengikuti godaan itu? Atau Anda tetap bertahan pada integritas diri Anda?

Suatu hari, dompet seorang gadis menipis. Ia tidak perlu kuatir akan hal itu. Mengapa? Karena ia membawa kartu ATM. Karena itu, ia bergegas memasuki sebuah bilik Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Saat itu, ia sangat membutuhkan uang tunai untuk belanja sebelum pulang ke rumahnya. Ia tidak mau pulang ke rumah dulu untuk ambil uang.

Begitu masuk ke bilik ATM itu, layar monitornya bertuliskan, "Apakah Anda ingin melanjutkan dengan transaksi yang lain?" diikuti pilihan "ya dan tidak". Hal itu berarti masih ada kartu ATM yang tertinggal dalam kondisi aktif di sana. Gadis itu mulai tergoda. Ia ingin mengambil uang tanpa harus kehilangan uang.

Setelah melihat kiri dan kanan, ia memastikan bahwa tidak ada orang lain yang melihat. Ketika ia pilih tombol "ya" dan mengklik info saldo, ternyata masih ada hampir Rp 20 juta uang tersisa. Ah, godaan itu semakin kuat menarik diri gadis itu.

Ia berkata dalam hati, “Bagaimana cara mendapatkan uang itu? Ditarik tunai atau ditransfer ke rekening pribadi?”

Keringat dingin mulai mengucur deras membasahi wajah gadis itu. Degup jantungnya menjadi lebih kencang. Ia melihat kiri dan kanan lagi. Ia memastikan lagi bahwa tidak ada orang yang sedang mengamati dirinya. Tetapi ada dua suara dalam hati nuraninya sepertinya sedang berebut pengaruh. Yang satu mengatakan, "Ambil saja. Kapan lagi? Ini berkatmu..." Sementara suara yang lain berkata, "Ingat posisimu! Jaga integritas!"

Gadis itu sadar. Secepat kilat ia memilih untuk menaati larangan yang lain itu. Bagaimana pun uang itu hak milik orang lain, bukan miliknya.

Sahabat, godaan tidak pernah berhenti menyerang kehidupan kita. Bahkan godaan itu menyerang dari segala lini. Kita seolah-olah tidak bisa bergerak. Kita dilingkupi oleh godaan-godaan itu. Ketika kita lengah, kita dapat saja masuk dalam perangkap godaan itu. Kita jatuh ke dalam godaan itu.

Kisah di atas menjadi inspirasi bagi kita untuk tetap bertahan pada kebenaran. Kita mesti berani mengatakan ‘tidak’ terhadap tawaran menggiurkan yang ditujukan kepada kita. Kita dituntut untuk memilih yang baik dan benar yang membawa kebahagiaan bagi diri kita. Ketika kita jatuh ke dalam godaan, dosa menjadi bagian dari hidup kita.

Orang yang hidup dalam dosa mengalami kegalauan dalam hidupnya. Orang tertekan oleh dosa-dosa itu. Orang tidak merasa bebas dalam menjalani hidup ini. Selalu saja suara kebenaran menuntut dirinya untuk berlaku jujur.

Karena itu, yang dibutuhkan dalam hidup ini adalah mempertahankan integritas pribadi. Ketika orang berani membuat komitmen untuk hidup baik dan benar, orang mesti menepatinya. Orang mesti berusaha keras untuk tetap setia pada komitmen itu. Kalau hal ini yang dilakukan, orang akan mengalami damai dalam hidupnya. Sukacita dalam menjalani hidup ini menjadi bagian yang tak terpisahkan.

Seorang bijaksana berkata, “Orang yang jujur dilepaskan oleh kebenarannya, tetapi pengkhianat tertangkap oleh hawa nafsunya” (Amsal 11:6). Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT

Saat Gagal, Tetap Berserah Diri kepada Tuhan

Pernahkah Anda gagal dalam hidup ini? Saya rasa, setiap dari kita pernah mengalami kegagalan dalam hidup ini. Soalnya, bagaimana pandangan Anda tentang kegagalan itu? Ketika Anda memandang kegagalan sebagai akhir dari segala-galanya, Anda akan mengalami kehancuran dalam hidup ini.

Kisah Simson atau Samson sangat menarik untuk disaksikan atau didengar. Dikisahkan bahwa Simson dipersembahkan untuk Tuhan selepas minum susu dari ibunya. Sejak lahir, ia dipenuhi oleh kuasa Tuhan. Ia menjadi orang yang sangat kuat karena matiraga dan ulah tapanya. Tidak ada seorang pun yang mampu mengalahkan Simson.

Namanya berarti sinar mentari atau mentari kecil. Seperti mentari, ia terus-menerus bersinar. Ia memberikan jaminan bagi bangsanya bahwa bangsanya tidak akan bisa ditaklukkan oleh bangsa-bangsa lain. Sejak dia lahir dan tumbuh dewasa, dia seperti panas mentari yang membakar musuh-musuhnya dengan sangat dahsyat.

Sayang, kekuatannya itu tunduk di bawah rayuan Delilah. Rambutnya yang panjang yang menjadi sumber kekuatannya, berhasil dipotong oleh Delilah yang berasal dari Lembah Sorek. Akibatnya, Simson ditangkap oleh bangsa Filistin. Ia dipenjarakan dan kemudian mendapatkan penganiayaan yang luar biasa.

Tetapi Tuhan tetap menyertai Simson. Dalam keadaan tak berdaya, Tuhan masih melindungi Simson. Dengan sisa-sisa kekuatannya, Simson masih melakukan hal-hal yang ajaib. Ia masih bisa membunuh orang-orang yang menganiaya dirinya.

Di akhir hidupnya, Simson berkata, “Biarlah kiranya aku mati bersama-sama orang Filistin ini."

Lalu membungkuklah ia sekuat-kuatnya. Rubuhlah rumah di mana ia ditahan dan menimpa raja-raja kota itu dan seluruh orang banyak yang ada di dalamnya. Yang mati dibunuhnya pada waktu matinya itu lebih banyak daripada yang dibunuhnya pada waktu hidupnya.

Sahabat, ketika hal-hal kurang baik menimpa seseorang, orang selalu berpikir bahwa Tuhan meninggalkan orang tersebut. Padahal belum tentu. Dalam suasana kurang baik pun Tuhan tetap bekerja untuk menyelamatkan umat manusia. Kisah Simson menjadi salah satu contoh yang menarik bagi kita.

Orang selalu mengenang kisah Simson dengan sedih. Kisah tentang kegagalan. Orang akan mengingat kisahnya yang memalukan karena diperalat oleh seorang pelacur dan berakhir menjadi seorang badut buta di istana musuh. Tetapi benarkah seperti ini? Bukankah "Yang mati dibunuhnya pada waktu matinya itu lebih banyak daripada yang dibunuhnya pada waktu hidupnya?" Pertempuran terakhirnya adalah puncak kemuliaannya, tak peduli segala kegagalan dan kekelaman yang dia lewati.

Tuhan tidak pernah mencap kita sebagai orang gagal. Tak peduli betapa memalukan kegagalan kita. Tak peduli sekali pun semua orang, bahkan saudara-saudari kita mengecam kita, Tuhan senantiasa memberi kesempatan. Hal itu dibuktikan melalui Simson. Pertempuran terakhirnya lebih dahsyat dari segala pencapaian seumur hidupnya.

Kasih Tuhan itu seperti mentari abadi. Tidak pernah pudar. Kasih Tuhan selalu bersemi selama-lamanya, tidak peduli apakah kita masih ada atau tidak. Karena itu, apa yang mesti kita buat? Yang mesti kita buat adalah berserah diri di bawah kuasa Tuhan. Kita membiarkan Tuhan menguasai seluruh hidup kita. Dengan demikian, hidup ini menjadi suatu kesempatan untuk membahagiakan diri dan sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO


936

25 Januari 2013

Mengasah Ketrampilan bagi Kemajuan Diri

 Apa yang terjadi ketika Anda berhenti mengasah ketrampilan yang Anda miliki? Saya yakin, ketrampilan Anda akan berhenti. Anda tidak akan lebih trampil lagi.

Anda tentu mengenal Shania Twain. Paling kurang Anda pernah mendengar namanya. Atau Anda pernah menikmati lagu-lagu country rocknya yang menawan. Tetapi tahukah Anda bahwa Shania mesti berjuang keras untuk menjadi terkenal? Apalagi ketika dia mulai rekaman, kedua orangtuanya tewas dalam suatu kecelakaan.

Shania Twain lahir di Ontario, Kanada. Ia bertumbuh menjadi seorang penyanyi dan penulis lagu-lagu. Ia mulai menyanyi di bar-bar pada usia delapan tahun untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sering ia dibayar 20 dollar untuk menyanyi dari tengah malam sampai pagi hari, ketika bar tutup. Meski ia tidak menyukai bernyanyi di bar-bar itu, Twain yakin bahwa menyanyi di bar-bar itu menjadi sebuah pertunjukkan seni sekolah.

Shania mesti bekerja lebih keras lagi, ketika kedua orangtuanya meninggal dalam suatu kecelakaan maut di jalan raya. Ia mesti kembali ke rumah untuk menghidupi tiga saudara tirinya. Ia sekaligus menjadi ibu dan ayah bagi mereka. Untuk mendapatkan pemasukan harian, ia menyanyi dan menari di bar-bar di Ontario.

Namun pengalaman menyanyi dan menari di bar-bar di Ontario itu kemudian membantu dirinya dalam mengembangkan bakatnya. Lagu-lagunya menjadi megahit yang melambungkan namanya. Ia dinamai Ratu Country Pop. Album-albumnya terjual lebih dari 85 juta keping di seluruh dunia. Ia juga meraih 7 grammy award dan sejumlah penghargaan lainnya.

Bagi Shania, yang ia lakukan adalah untuk meraih hidup yang lebih layak bersama keluarganya. Ia sangat peduli terhadap kakak-kakak kandung dan adik-adik tirinya. Sungguh, luar biasa suatu karya besar yang tetap membumi. Shania tetap hidup sederhana meski memiliki kekayaan yang berlimpah.

Sahabat, orang biasa mengerjakan hal-hal yang luar biasa sering kita jumpai dalam perjalanan hidup ini. Tetapi ketika orang mengerjakannya dengan penuh ketulusan, hasil yang diperoleh pun akan sangat tinggi. Orang melaksanakannya dengan bebas, tanpa beban sedikit pun. Orang hanya fokus pada kebaikan bagi orang lain.

Kisah Shania Twain menjadi salah satu contoh bagi kita untuk tetap setia pada tugas pokok kita. Ia setia pada panggilannya untuk menjadi penulis dan penyanyi Country Pop. Ada banyak tantangan yang mesti ia hadapi. Ada banyak godaan untuk meninggalkan dunia yang sedang ditekuninya. Namun ia tetap bertahan pada panggilan hidupnya.

Banyak orang merasa bahwa mereka tidak perlu berjuang lagi begitu mereka meraih kesuksesan dalam hidup. Mereka telah merasa puas dengan pencapaian mereka. Akibatnya, mereka hanya menikmati hasil dari kesuksesan mereka. Tidak ada upaya-upaya lagi dalam mengembangkan kesuksesan itu.

Tentu saja sikap seperti ini membahayakan perjalanan hidup. Sikap seperti ini membuat manusia kehilangan kreativitas dalam hidup ini. Akan terjadi ketumpulan dalam berkreasi. Mengapa? Karena sebuah ketrampilan yang tidak pernah diasah lagi akan mengalami kemandegan. Tidak akan berkembang dengan lebih maksimal lagi.

Bercermin dari Shania Twain, mari kita asah terus ketrampilan-ketrampilan yang kita miliki. Dengan demikian, ketrampilan-ketrampilan itu berguna bagi hidup kita dan sesama kita. Bagi orang beriman, hal ini juga menjadi kesempatan untuk mengungkapkan iman kepada kepada Tuhan, Sang Pemberi hidup. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT

935 

23 Januari 2013

Tetap Berusaha meski dalam Keterbatasan



Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda menjumpai diri Anda lemah tak berdaya? Anda putus asa? Atau Anda mau bangkit untuk meraih sukses yang gilang gemilang?

Erik Weihenmayer lahir pada 23 September 1968 merupakan orang buta pertama yang menjejakkan kakinya di puncak Everest pada 25 Mei 2001 lalu. Ia juga melakukan hal yang sama saat mendaki gunung Ararat. Ia juga mendaki tujuh puncak gunung dunia pada September 2002 lalu.

Ketika lahir, Erik didiagnose punya kelainan pada retinanya bagi seorang anak yang masih sangat muda, berusia tiga tahun. Hati orangtuanya hancur luluh saat mendengar penjelasan dokter bahwa retinanya melekat pada bola matanya yang menghalanginya untuk langsung melihat. Ia mempunyai keterbatasan pandangan, tetapi begitu usia belasan ia mesti buta. Erik menyaksikan keputusasaan orangtuanya terhadap kondisi matanya.

Erik memang kehilangan pandangannya, namun bukan keberaniannya. Setelah menjadi buta, pertama-tama Erik tidak mau menggunakan tongkat atau belajar huruf braile. Ia ingin membuktikan bahwa ia dapat melanjutkan perjalanan hidupnya. Ia mencoba untuk bermain bola, tetapi kemudian ia sadar bahwa ia tidak bisa. Ia kemudian belajar gulat. Di sekolah mengenah, ia mengikuti kejuaraan gulat gaya bebas di Iowa, Amerika Serikat. Lantas ia masuk Boston College dan meraih gelar sarjana dalam Bahasa Inggris. Kini ia menjadi seorang guru di Phoenix Country Day School.

Erik mengatakan, proses pelatihan dan meraih keinginannya merupakan hadiah tertingginya, saat-saat yang paling bahagia dalam hidupnya. Ia berkata, “Menjejakkan kaki di puncak tertinggi dunia menjadi suatu tanda bahwa pada hari itu Anda membawa situasi yang tidak terkontrol berada di bawah kontrol.

Sahabat, banyak orang terpaku pada keterbatasan mereka. Akibatnya, mereka lebih memilih untuk menjadi penonton yang baik daripada menjadi pemain di tengah-tengah lapangan. Orang hanya mau duduk manis sambil bertepuk tangan saat menyaksikan para pemain berjuang di lapangan.

Kisah tadi memberi kita inspirasi bahwa keterbatasan membuka kesempatan untuk mengembangkan diri. Terbatas dalam hal fisik tidak berarti akhir dari segala-galanya. Ketika ada keberanian, orang mesti mencoba untuk melakukan sesuatu yang terbaik bagi kehidupannya. Erik Weihenmayer yang buta memberikan harapan yang besar kepada dunia. Tidak ada yang mustahil ketika orang berani menghadapi tantangan-tantangan kehidupan.

Untuk itu, orang mesti mengubah cara pandang terhadap kondisi hidupnya. Orang mesti memandang hidup ini dengan lebih optimis. Cacat atau keterbatasan mesti memacu orang dalam meraih cita-cita yang didambakan sejak lahir. Citra diri yang benar dan sehat adalah cara pandang diri kita seperti Tuhan melihat kita sebagai ciptaan yang mulia dan berharga.

Orang yang punya tekad membaja akan meraih kesuksesan dalam hidupnya. Sebaliknya, orang yang mudah menyerah pada keadaan akan menyesali diri seumur hidup. Mengapa? Karena orang seperti ini tidak mau melakukan apa-apa untuk kemajuan dirinya dan sesama. Orang seperti ini hanya menggantungkan diri pada orang lain.

Sebagai orang beriman, tentu saja kita mau melibatkan Tuhan dalam karya-karya kita. Mari kita membuka hati bagi Tuhan, agar Tuhan menuntun dan membimbing kita dalam perjalanan hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT

934

22 Januari 2013

Memiliki Telinga yang Peka terhadap Suara Tuhan

Apakah Anda punya telinga yang baik untuk mendengarkan suara Tuhan? Apakah Anda punya hati yang peka untuk disentuh oleh Tuhan? Saya rasa, semua kita punya telinga yang mampu mendengarkan suara Tuhan. Kita semua punya hati yang mampu disentuh oleh Tuhan.

Joan of Arc adalah seorang pejuang asal Prancis. Ia memimpin pasukan Prancis dalam beberapa kemenangan penting selama Perang Seratus Tahun. Perang ini kemudian menaikkan Raja Charles VII menjadi raja Prancis. Joan mengatakan bahwa ia mendapatkan pesan dari Tuhan untuk membela Charles VII dan membebaskan Prancis dari dominasi Inggris dalam Perang Seratus Tahun tersebut.

Tetapi kemudian ia ditangkap oleh kaum Burgundi. Ia dijual ke Inggris lalu dipenjarakan. Ia kemudian dibakar hidup-hidup pada usia 19 tahun. Namun 20 tahun kemudian namanya dibersihkan setelah ditemukan tidak ada kesalahan apa pun pada dirinya.

Suatu hari, seseorang bertanya kepada Joan of Arc, mengapa Tuhan berbicara hanya kepadanya. Ia menjawab, "Tuan, Anda salah. Tuhan berbicara kepada semua orang. Saya hanya mendengarkan.”

Sahabat, banyak orang tidak menyadari bahwa setiap hari Tuhan berbicara kepada diri mereka. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini bisa terjadi, karena manusia menutup telinganya rapat-rapat terhadap suara Tuhan. Manusia juga menutup hatinya terhadap sentuhan rahmat Tuhan.

Joan of Arc memasang telinga dan hatinya untuk mendengarkan suara Tuhan. Karena itu, ia mau berjuang demi pembebasan bangsanya dari dominasi bangsa Inggris. Ia tidak peduli, apakah ia masih muda atau sudah tua. Yang penting baginya adalah Tuhan menghendaki kebebasan bangsanya. Setelah mendengarkan suara Tuhan, ia berani menghadapi resiko atas apa yang dilakukannya.

Mendengarkan suara Tuhan di zaman sekarang ini tidak gampang. Banyak orang telah disibukkan oleh berbagai hal yang menyenangkan diri sendiri. Banyak orang lebih suka mendengarkan kehendak dirinya sendiri. Padahal kehendak diri sendiri sering membawa orang pada kesesatan. Suara Tuhan itu jernih dan membawa orang kepada keselamatan.

Para pemimpin di zaman sekarang ini sering menjadi orang-orang yang sibuk pada diri mereka sendiri. Mereka dengan mudah terperangkap dalam kewajiban-kewajiban mereka. Akibatnya, mereka sulit untuk mendengarkan suara Tuhan. Konsekuensinya, mereka tidak mengerjakan tugas-tugas bagi kesejahteraan umum. Mereka lebih peduli pada kesejahteraan pribadi.

Kalau saja para pemimpin zaman sekarang memiliki telinga dan hati yang mampu mendengarkan suara Tuhan, pasti hati mereka lebih tersentuh untuk peduli terhadap kepentingan umum. Untuk itu, para pemimpin mesti meminta Tuhan untuk memberikan telinga yang mampu mendengarkan suara Tuhan. Dengan demikian, yang didengarkan adalah kehendak Tuhan yang menyelamatkan semua orang. Mereka tidak hanya mendengarkan kehendak mereka yang lebih mementingkan kehendak pribadi.

Untuk itu, kita butuh saat teduh untuk mendengarkan pengarahan dari Tuhan. Dengan demikian, yang kita kerjakan adalah kehendak Tuhan bagi keselamatan semua orang. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO

932

18 Januari 2013

Memaknai Kasih yang Tak Berkesudahan

Pernahkah Anda merasa disakiti oleh kasih yang Anda berikan? Bagaimana Anda mengatasinya? Tema permenungan kita malam ini adalah Memaknai Kasih yang Tak Berkesudahan.

Ada seorang ibu yang sangat tertusuk hatinya oleh tindakan putranya. Putranya itu melarikan seorang gadis yang dicintainya. Pasalnya, orangtua gadis itu tidak merestui hubungan mereka. Ibunya merasa sangat malu atas perbuatan anaknya. Ia merasa hatinya sangat sakit. Ia sangat menyayangi putranya itu, tetapi mengapa ia melakukan perbuatan yang sangat memalukannya itu.

Namun ibu itu tidak membencinya. Ia tetap menyayanginya. Karena itu, ia mencari keberadaan putranya itu. Ia menghubungi teman-teman putranya itu. Bahkan ia mendatangi tempat anaknya pernah berada. Meski ia tidak menjumpainya, karena putranya sudah pergi dari tempat itu, ia tidak merasa sakit hati.

Ibu itu terus mencari. Ia berkata dalam hatinya, “Dia putraku yang sangat saya sayangi. Saya tidak akan membiarkan dia terlantar. Saya tidak mau dia menderita. Saya akan terus mencari dan menemukannya.”

Suatu hari, putranya menghubunginya dari suatu tempat. Ia merasa sangat gembira. Di ujung telephone, putranya meminta dikirimi sejumlah uang. Ia sudah kehabisan uang. Sang ibu dengan senang hati mengirimi putranya sejumlah uang yang dibutuhkannya. Inilah tanda bahwa ia tetap menyayangi putranya, meski suaminya cuek saja terhadap anaknya.

Sahabat, cinta yang tulus dan murni tidak berkesudahan. Cinta akan tetap berjalan terus meski hati manusia sakit seperti tersayat sembilu. Mengapa? Karena cinta yang tulus itu mengabaikan segala dukacita yang dialami. Cinta yang murni terus-menerus merasuk ke dalam hati.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa ibu itu tidak peduli terhadap hatinya yang pedih oleh perbuatan anaknya. Satu hal yang ia inginkan adalah anaknya tidak mengalami penderitaan dalam hidupnya. Karena itu, ia tidak peduli akan aral yang menghadang di hadapannya. Ia tetap mencari dan menemukannya. Ia tetap menyayangi putranya dalam situasi apa pun.

Hal ini berarti kasih tidak akan pernah gagal. Tiada yang berhasil tanpa kasih. Tiada kegagalan yang dapat terjadi, ketika orang hidup dalam kasih yang tulus. Ketika orang hidup oleh kasih, orang tidak dapat gagal. Untuk itu, dibutuhkan iman untuk percaya bahwa ketika orang mengasihi sesamanya tanpa batas, orang tidak akan gagal dalam hidupnya.

Tentu saja hal ini terjadi, ketika manusia berani melepaskan diri dari egoisme dan keserakahan. Orang yang masih dipenuhi oleh dua hal ini akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan dan menghayati kasih yang murni dalam hidupnya. Santo Paulus berkata, “Kasih menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.”

Hidup dalam kasih berarti orang berani menerima sesama apa adanya. Orang tidak menolak kehadiran sesamanya, karena menyadari bahwa semua orang sama dicintai oleh Tuhan. Mari kita tumbuhkan kasih yang tulus dalam diri kita. Dengan demikian, kita dapat menemukan sukacita dan damai dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT

932

17 Januari 2013

Banyak Masalah, Tetap Setia kepada Tuhan



Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda mengalami kegalauan dalam hidup beriman Anda? Anda acuh tak acuh terhadap Tuhan? Atau Anda membuka diri Anda untuk menerima kasih karunia Tuhan?

Suatu hari seorang teman mengalami suatu masalah yang menurutnya berat. Ketika berada dalam situasi tersebut, imannya goyah. Ia mulai mempertanyakan peranan Tuhan di dalam hidupnya. Seingat dia, tidak pernah ada kata-kata berkat yang keluar dari mulutnya ketika itu.

Perhatiannya terhadap masalah yang sedang dihadapinya membiaskan kasih karunia yang sebenarnya telah Tuhan berikan dalam kehidupannya. Ia menjadi ragu-ragu untuk beriman. Ia tidak mau mendengarkan suara Tuhan lagi. Apa yang dia lakukan adalah menuruti keinginan dirinya sendiri. Hal itu berarti mengikuti kemauannya yang bertentangan dengan kehendak Tuhan dalam hidupnya.

Akibatnya, ia tidak mau berdoa. Ia menjadi orang yang malas untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Teman itu berkata, “Saya menjadi acuh tak acuh terhadap Tuhan dalam hidup saya. Saya merasa Tuhan tidak peduli terhadap hidup saya. Saya pun mengumpat-umpat Tuhan.”

Dalam kondisi seperti itu, teman saya itu mengaku ia semakin kehilangan rahmat Tuhan. Mengapa? Karena hatinya tertutup oleh belas kasihan Tuhan. Ia menolak kasih Tuhan yang begitu besar kepadanya. Padahal Tuhan senantiasa melimpahkan berkatNya, meski manusia tidak pernah memintanya.

Teman itu berkata, “Akhirnya saya sadar. Tuhan ternyata begitu baik. Tuhan terus-menerus mengejar saya dengan kasihNya. Saya menyerah. Saya mendengarkan kehendak Tuhan. Saya mau mengalami keselamatan dalam hidup ini.”

Sahabat, banyak orang merasa kuat dalam perjalanan hidupnya. Mereka merasa bahwa mereka dapat melakukan segala sesuatu tanpa bantuan Tuhan. Mereka mencari jalan mereka sendiri. Kondisi seperti ini tentu saja sangat memprihatinkan dalam hidup beriman. Orang semestinya sadar bahwa hidupnya merupakan anugerah dari Tuhan.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa iman kepada Tuhan mesti senantiasa hidup dalam kenyataan sehari-hari. Ada banyak tantangan dalam hidup beriman. Ada rasa bosan. Ada rasa ragu-ragu tentang penyerahan diri kepada Tuhan. Tetapi orang mesti sadar bahwa hidup ini diselenggarakan oleh Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan, manusia mesti berpasrah diri kepada Tuhan.

Untuk itu, orang beriman mesti senantiasa menyadari kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Tuhan selalu hadir dalam setiap sepak terjang kehidupan ini, meski manusia kurang merasakannya. Tuhan bekerja di dalam diri manusia melalui rohNya. Tuhan memberi semangat dan dorongan, agar manusia tetap bertahan dalam imannya kepada Tuhan.

Persoalan hidup yang dihadapi dalam perjalanan hidup ini semestinya tidak melemahkan iman manusia. Semestinya persoalan hidup itu terus-menerus memacu manusia untuk tetap setia kepada Tuhan. Manusia mesti tetap bertahan dalam imannya, karena Tuhan tetap setia pula menyertai manusia. Mari kita tetap setia kepada Tuhan. Dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan untuk mengalami kasih setia Tuhan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

KOMSOS Keuskupan Agung Palembang

931

16 Januari 2013

Membiarkan Tuhan Mengubah Hati Kita

 
Apa yang Anda butuhkan untuk menjadi seorang pemimpin yang baik? Tentu ada banyak jawaban atas pertanyaan ini. Bagi orang beriman, seorang pemimpin itu melayani mereka yang dipimpinnya.

Dikisahkan dalam Kitab Suci, suatu malam yang gelap, Yakob bergulat dengan seseorang yang tidak dikenalnya sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub. Akibatnya, sendi pangkal paha itu terpelecok.

Lalu kata orang itu, "Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing."

Sahut Yakub, "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku."

Bertanyalah orang itu kepadanya, "Siapakah namamu?"

Sahutnya, "Yakub."

Lalu kata orang itu, "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang."

Bertanyalah Yakub, "Katakanlah juga namamu."

Tetapi sahutnya, "Mengapa engkau menanyakan namaku?"

Lalu diberkatinyalah Yakub di situ. Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya, "Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong.”

Sahabat, pergulatan antara Yakub dengan orang yang tidak dikenalnya menunjukkan suatu perjuangan pembentukan kepemimpinan. Tuhan sedang membentuk Yakub sebagai seorang pemimpin yang akan memimpin kaumnya. Tetapi seorang pemimpin tidak cukup hanya mengisi kekuatan fisiknya. Seorang pemimpin yang baik mesti diubah oleh Tuhan. Mengapa? Karena rakyat yang dipimpin itu bukan miliknya. Tetapi rakyat yang dipimpin itu milik kepunyaan Tuhan.

Karena itu, seorang pemimpin mesti memiliki karakter dan kepemimpinan yang berasal dari Tuhan sendiri. Karakter dan kepemimpinan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, kalau seseorang ingin menjadi pemimpin. Kepemimpinan bukan hanya berbicara hal-hal di luar diri, tetapi juga hal-hal yang ada di dalam diri.

Yakub dalam kisah di atas adalah tokoh nyata yang diajar Tuhan dalam hal karakter. Dari semula Yakub mempunyai pengaruh yang besar. Tidak peduli apa yang dilakukannya atau ke mana ia pergi, ia menggugah segala sesuatu.

Ia orang yang kaya, kuat, berpengaruh dan diberkati dengan keluarga besar. Akibatnya, ia mengira bahwa dirinya memiliki segala sesuatu. Seorang pemimpin yang mencari jalan dan keuntungan pribadi tidak dapat menjadi sebuah alat yang efektif dalam tangan Tuhan. Tuhan harus menghancurkan Yakub untuk membuatnya berguna.

Dalam proses penghancuran itu, seorang pemimpin diubah menjadi lebih baik. Ia tidak lagi melayani diri sendiri. Ia mesti melayani rakyat yang dipimpinnya. Ia tidak lagi memusatkan segala sesuatu pada dirinya sendiri. Tetapi ia memusatkan kepemimpinannya dalam upaya kesejahteraan bagi banyak orang.

Setiap kali seorang pemimpin mengalami kesulitan-kesulitan, di saat itu ia sedang dipersiapkan untuk semakin tajam dalam pelayanannya. Menjadi pemimpin itu bukan menjadi penguasa yang sewenang-wenang. Tetapi menjadi pemimpin itu melayani orang-orang yang dipimpin.

Mari kita membuka hati kita untuk dibentuk oleh Tuhan. Dengan demikian, kita dapat menjadi pemimpin-pemimpin yang handal dalam melayani sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO


930

14 Januari 2013

Belajar Berproses dalam Kehidupan



Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda menjadi seorang pemimpin dalam suatu komunitas? Anda begitu saja memimpin? Atau Anda mau mempelajari dulu seluk beluknya?

Suatu waktu, ada seorang konsultan sedang mengikuti wawancara tentang quality control. Konsultan itu begitu percaya diri dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pewawancara. Pada satu pertanyaan terakhir yang diberikan pewawancara kepadanya, ia ditanyakan mengenai pengalamannya di dalam bidang quality control.

Konsultan itu menjawab, "Dalam quality control, kita tidak peduli tentang produknya. Kita peduli tentang prosesnya. Jika prosesnya benar, produknya dijamin."

Pewawancara itu sangat kagum mendengar jawaban konsultan itu. Ia menjawabnya dengan benar. Ketika pewawancara itu bertanya, apakah dia melakukannya sendiri, konsultan itu mengatakan bahwa ia mengalami sendiri hal itu.

Konsultan itu mengatakan bahwa ilmu yang ia peroleh telah teruji dalam proses-proses di lapangan kehidupan. Dengan demikian, ia memberikan suatu pengarahan yang tepat bagi klien-kliennya.

Sahabat, orang tidak dapat memimpin siapa pun lebih jauh dibanding yang telah dilaluinya sendiri. Terlalu sering orang kuatir tentang hasil suatu produksi. Akibatnya, orang mencoba jalan pintas atas proses produksi. Orang ingin suatu produksi cepat-cepat jadi, sehingga lebih cepat pula dinikmati.

Pengalaman konsultan dalam kisah di atas memberi kita suatu pelajaran yang sangat bermakna. Kalau kita ingin meraih kesuksesan dalam hidup ini, ya kita harus taat pada proses yang berlaku. Janganlah kita cepat-cepat mencari jalan pintas. Janganlah kita cepat-cepat mencari yang instan. Yang instan itu biasanya tidak normal dalam prosesnya. Akibatnya, hasilnya pun tidak normal.

Yang dibutuhkan dalam perjalanan hidup ini adalah integritas atau satu kesatuan menyeluruh yang memberikan suatu kelengkapan dalam produksi. Bukan hanya hasil akhir yang diharapkan. Tetapi proses perjalanan itu yang mesti dilalui. Tidak ada jalan pintas, jika integritas terlibat.

Untuk itu, yang dibutuhkan adalah melakukan suatu produksi seperti saat berlatih untuk memproduksi. Menjadi seorang pemimpin yang baik dan bijaksana itu membutuhkan suatu proses. Tidak ada pemimpin karbitan. Seorang pemimpin karbitan biasanya kurang bertanggungjawab atas bawahannya. Ketika ada masalah, biasanya melemparkannya kepada orang lain. Tidak berani pasang badan.

Tentu saja kita ingin menjadi pemimpin yang baik dan bijaksana dalam hidup bersama. Kita ingin menjadi pemimpin yang tidak lepas tanggung jawab di saat terjadi masalah dalam kepemimpinan kita. Sebagai orang beriman, kita tentu memohon bantuan dari Tuhan untuk memberi kita rahmat kebijaksaan yang menguatkan perjalanan hidup kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT

929

12 Januari 2013

Keberanian Membawa Sukses dalam Hidup

Apa yang akan terjadi ketika Anda berhenti melakukan suatu usaha yang Anda anggap punya resiko yang besar? Saya rasa, Anda akan mengalami begitu banyak hal yang hilang dalam hidup Anda.

Pendiri dan pimpinan sebuah perusahaan penerbangan yang sukses di Amerika Serikat suatu hari mengungkapkan filsafat bisnisnya. Ia berkata, "Saya suka melakukan hal-hal yang menakutkan. Tanpa ketakutan, tidak ada keberanian."

Filsafat bisnis itu menyebabkan ia selalu mencari kemungkinan-kemungkinan untuk dapat memperluas jangkauan penerbangan. Ia tidak berpuas diri dengan kekayaan yang telah dicapai oleh perusahaan penerbangannya. Ia menempuh banyak resiko setiap kali ia memulai pelayanan ke kota-kota yang baru. Namun, ia tidak pernah patah semangat.

Ketika mengalami tantangan atau kendala, ia berusaha untuk menemukan jalan keluar. Ada berbagai kreativitas yang ia lakukan, agar perusahaan penerbangan itu meraih keuntungan sebesar-besarnya. Hasil dari keberaniannya itu adalah karyawan-karyawatinya menjadi sejahtera. Mereka merasa gembira bekerja di perusahaan penerbangan itu.

Sahabat, banyak orang takut memulai sesuatu untuk kehidupan yang lebih baik. Banyak orang berkutat dengan diri mereka sendiri. Orang takut mengalami kegagalan dalam hidup. Padahal kegagalan itu guru yang terbaik untuk meraih sukses dalam hidup ini. Ketika orang gagal, orang akan mencari cara-cara untuk keluar dari kegagalan itu.

Kisah di atas mau menunjukkan suatu keyakinan yang besar dalam upaya-upaya meraih sukses. Tanpa keyakinan, orang akan berhenti dalam kepuasan diri yang berlebihan. Orang merasa diri sudah mencapai segala sesuatu yang diinginkan. Tentu saja keyakinan itu mendorong orang untuk berani melangkahkan kaki, meski masih ada banyak hal yang belum jelas dalam hidupannya.

Keberanian bukan berarti tidak ada ketakutan. Tetapi adanya kemauan untuk bertindak bahkan ketika kita merasa takut akan apa yang mungkin terjadi bila kita melakukannya. Akan ada resiko terhadap suatu tindakan yang diambil. Tetapi resiko itu menjadi suatu kesempatan untuk menjadikan hidup ini lebih baik. Resiko memberi suatu warna dalam perjalanan hidup manusia.

Tentu saja orang mesti membuat perhitungan yang matang dengan strategi-strategi yang jitu. Dengan demikian, usaha yang dijalankannya membawa hasil yang melimpah bagi kehidupan banyak orang.

Tekad menjadi suatu unsur yang sangat berguna dalam merintis suatu usaha. Dengan tekad itu, orang menemukan tujuan dari usaha-usahanya. Orang juga menemukan semangat dalam menjalani hidup ini. Ada gairah untuk berusaha dan berjuang bagi kesejahteraan bersama. Mengapa? Karena orang berani menghadapi kehidupan ini dengan penuh keyakinan.

Orang seperti ini biasanya orang yang memiliki iman yang besar. Dalam usahanya, orang seperti ini menyerahkan seluruh hidup kepada Tuhan. Orang membiarkan Tuhan berkarya dalam dirinya. Mari kita menyertakan Tuhan dalam usaha-usaha kita. Dengan demikian, kita dikuatkan dalam setiap langkah hidup kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO

928 

11 Januari 2013

Rancangan Tuhan Itu Indah bagi Manusia

 
Ketika Anda mengalami duka nestapa dalam hidup ini, apa yang Anda lakukan? Tentu saja banyak dari Anda yang berusaha untuk mengatasi duka nestapa itu. Namun ada pula yang membiarkan diri dikuasai oleh duka nestapa itu.

Ada seorang gadis yang sangat dimanja oleh ibunya. Hal itu terjadi karena sang ibu merasa bahwa putrinya itu anak yang lahir secara istimewa. Betapa tidak? Putrinya itu lahir prematur dengan berat badan yang sangat ringan. Ia mesti hidup di dalam incubator selama beberapa bulan. Membesarkan dan memberi hidup kepada gadis itu diperlakukan secara istimewa pula. Karena itu, sang ibu sangat menyayanginya.

Perhatian dan kasih sayang itu berdampak sangat dalam terhadap jiwa gadis itu. Ketika sang ibu meninggal dunia, gadis itu mengalami shock yang berat. Batinnya terasa sakit yang tiada tara. Orang yang selama ini mencintainya telah pergi untuk selamanya. Ia seolah-olah kehilangan pegangan hidup.

Batin gadis itu terasa sakit seperti disayat-sayat sembilu. Ia merasa seolah-olah dirinya tidak berharga sama sekali. Padahal ia masih memiliki sang ayah yang juga sangat mencintainya. Kakak-kakaknya pun sangat peduli terhadap dirinya.

Suatu hari ia berkata kepada ayahnya, “Ibu adalah bagian dari diri saya yang tidak bisa dipisahkan. Cinta ibu sangat besar bagi diri saya. Saya belum sempat membalas kebaikan ibu, tetapi dia telah pergi untuk selamanya.”

Ayahnya berkata, “Tetapi kamu tidak bisa terlalu lama berlarut-larut dalam duka. Kamu tidak harus membalas cinta ibumu. Cinta dan semangat ibumu telah ada di dalam dirimu. Sekarang cinta itu mesti kamu curahkan kepada orang-orang lain yang ada di sekitarmu. Kami semua juga menyayangimu seperti ibumu mencintaimu.”

Mendengar penjelasan ayahnya, gadis itu tertegun. Airmatanya jatuh satu satu membasahi wajahnya. Airmata kerinduan terhadap sang ibu. Tetapi juga airmata yang memberi secercah harapan. Ia ingin bangkit. Ia tidak ingin berlama-lama dalam duka nestapa.

Sahabat, kehilangan orang-orang yang dekat dan mencintai kita itu sesuatu yang memilukan. Bisa membuat orang mengalami penderitaan yang dalam. Orang merasa kesepian karena cinta yang begitu besar seolah-olah lenyap dari hidupnya. Orang merasa seolah-olah tidak berguna dalam menjalani hidup ini.

Kisah tadi mau mengatakan bahwa cinta begitu kuat bagi sesama manusia. Perhatian, sentuhan, bisikan atau setiap tutur kata memberi inpirasi bagi hidup. Gadis itu menderita oleh cinta yang ia terima selama bertahun-tahun. Tetapi cinta itu sebenarnya mesti ia kembangkan dan sebarluaskan dalam hidupnya.

Bagi kita, rencangan Tuhan bagi manusia itu indah dan tak terselidiki. Rancangan Tuhan itu hadir dalam perjalanan hidup kita. Rancangan Tuhan itu hadir dalam diri orang-orang yang kita cintai. Namun sering kita lupa atau kurang menyadari bahwa Tuhan menghadirkan rancangan dan kasihNya kepada kita.

Di saat kita mengalami kegalauan hati, kita merasa Tuhan begitu jauh. Di saat kita mengalami penderitaan, kita merasa seolah-olah Tuhan tidak peduli terhadap hidup kita. Akibatnya, kita mengalami keterpurukan dalam hidup ini. Kita merasa stress. Kita merasa penyakit sedang menggerogoti seluruh hidup kita.

Karena itu, yang kita butuhkan adalah memohon rahmat penyertaan dari Tuhan. Kita buka hati kita, agar selalu diisi oleh kasih Tuhan yang berlimpah-limpah. Kita mesti sadar bahwa kasih Tuhan itu hadir dalam diri sesama kita. Kasih Tuhan tidak pernah menjauh dari diri kita. Kasih Tuhan selalu hadir dalam diri kita.

Mari kita berusaha untuk terus-menerus menghidupi kasih Tuhan itu dalam perjalanan hidup kita. Dengan demikian, hidup ini menjadi suatu kesempatan untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

KOMSOS KEUSKUPAN AGUNG PALEMBANG

927

10 Januari 2013

Membiarkan Cinta yang Tulus Menguasai Diri

 
Cinta yang tulus bisa menjadi milik semua orang. Namun banyak orang sering mengandalkan pamrih dalam hidupnya. Akibatnya, cinta yang tulus itu kering dan mati, karena tidak bisa ditumbuhkan dalam hidup dengan dibagikan.

Suatu hari, seorang anak yang miskin menjual pakaian dari rumah ke rumah. Ia menjual pakaian itu untuk membiayai seklahnya. Uang yang ada di sakunya tinggal sepuluh ribu rupiah. Setelah hampir setengah hari berjalan dari rumah ke rumah, ia merasa sangat lapar. Karena itu, ia meminta makan di salah satu rumah yang ia datangi.

Rasa laparnya lenyap begitu melihat seorang gadis muda membuka pintu. Daripada meminta makan, ia cuma minta segelas air.

Gadis itu melihat bahwa anak lelaki miskin itu sangat lapar. Karena itu, ia memberikan segelas besar susu. Anak miskin itu meminumnya dengan perlahan. Lantas ia bertanya, “Berapa saya harus bayar?”

Gadis itu menjawab, “Anda tidak perlu bayar sesen pun. Mamaku mengajarkan kami untuk tidak pernah menerima sesuatu pun yang kami lakukan bagi orang lain.”

Anak miskin itu menjawab, ”Saya berterima kasih kepadamu dari hati yang paling dalam.”

Bertahun-tahun kemudian, perempuan itu sakit berat. Dokter di kampung halamannya menyerah untuk mengobatinya. Mereka mengirimnya ke kota di mana ada dokter spesialis yang dapat mengobatinya. Tanpa disangka, perempuan itu berjumpa dengan seorang pemuda yang dulu ia beri minum susu segelas besar itu. Lelaki miskin itu kini menjadi dokter spesialis. Ia sangat terkejut saat pertama kali berjumpa dengan perempuan muda yang tampak loyo.

Segera ia memeriksanya dan memberikan obat. Ia melakukan yang terbaik bagi perempuan muda itu. Mulai hari itu, dokter muda itu memberikan perhatian khusus kepada perempuan muda itu.

Ia berkata dalam hati, “Berkat susu segelas besar itu, saya dapat meneruskan pendidikan saya. Saya menjadi kuat untuk berjualan pakaian.”

Sahabat, cinta yang diberikan dengan tulus kepada orang lain akan berbuah kebaikan. Cinta yang tulus tidak akan menghasilkan sesuatu yang kurang baik bagi kehidupan. Cinta itu menghasilkan sesuatu yang berlimpah-limpah bagi kehidupan manusia. Cinta memberikan damai dalam hidup. Cinta menumbuhkan rasa memiliki terhadap sesama.

Kisah di atas memberi kita pelajaran bahwa orang yang memberi dengan cinta yang tulus akan menuai dengan cinta. Orang tidak perlu mengharapkan balasan atas cinta tulus yang diberikannya. Tampaknya secara alami orang akan mendapatkan kembali cinta yang tulus itu. Bisa saja secara langsung, tetapi bisa juga secara tidak langsung.

Pepatah mengatakan bahwa roti yang dilemparkan seseorang ke atas air akan kembali kepadanya. Sesuatu yang baik yang kita lakukan hari ini, suatu saat kembali kepada kita meski kita tidak harapkan. Kalau tidak terjadi, paling kurang kita membuat suatu perbedaan dalam dunia ini.

Orang beriman dipanggil oleh Tuhan untuk menyalurkan kasihnya kepada sesama dalam kondisi apa pun. Dengan menyalurkan kasih itu, kita akan menemukan bahwa hidup ini sungguh-sungguh berguna bagi Tuhan dan sesama. Mari kita terus-menerus berusaha untuk menyalurkan kasih kepada sesama. Dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan untuk berbuat baik bagi sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO


926

09 Januari 2013

Menumbuhkan Cinta Sejati dalam Hidup

Setiap orang tentu pernah mengalami cinta yang sejati. Namun cinta sejati tidak jatuh dari langit. Cinta sejati mesti diusahakan dan ditumbuhkan dalam hidup. Apakah Anda masih memiliki cinta sejati?

Pagi itu klinik sangat sibuk. Sekitar jam 9:30 seorang pria berusia 70-an datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu jarinya. Seorang perawat menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter masih sibuk. Mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi.

Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah. Sebentar-sebentar ia melirik ke jam tangannya. Perawat itu merasa kasihan. Jadi ketika sedang luang, perawat itu sempatkan diri untuk memeriksa lukanya. Luka itu tampaknya cukup baik dan kering, tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter, perawat putuskan untuk melakukannya sendiri..

Sambil menangani lukanya, perawat itu bertanya, apakah lelaki tua itu apakah dia punya janji lain, sehingga tampak terburu-buru. Lelaki tua itu menjawab tidak. Dia hendak ke rumah jompo untuk makan siang bersama istrinya, seperti yang dilakukannya setiap hari. Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat di sana sejak beberapa waktu. Istrinya mengidap penyakit Alzheimer.

Perawat itu bertanya, “Apakah istri bapak akan marah, kalau bapak datang terlambat?”

Lelaki tua itu menjawab, “Tidak. Istri saya sudah tidak lagi dapat mengenali saya sejak 5 tahun terakhir.”

Perawat itu sangat terkejut. “Dan Bapak masih pergi ke sana setiap hari, walau istri Bapak tidak kenal lagi?” tanya perawat itu.

Sambil tersenyum, lelaki tua itu menjawab, “Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia?”


Tidak Kenal Untung - Rugi

Setiap orang pernah mengalami cinta yang sejati dari sesamanya. Cinta sejati itu tidak mengenal perhitungan untung atau rugi. Cinta sejati tumbuh dan berkembang dalam keseharian hidup. Orang boleh mengungkapkan cintanya kepada orang-orang yang terdekat dengan tindakan nyata.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa cinta sejati itu menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi dan yang tidak akan pernah terjadi. Artinya, cinta sejati itu berpedoman pada kenyataan hidup sehari-hari, bukan mimpi yang dibuat-buat.

Lelaki tua itu tetap mencintai istrinya, walau sang istri sudah tidak berdaya. Ia tetap ingin hadir di samping istrinya yang pikun itu. Meski tidak dikenali lagi oleh istrinya, ia tetap mencintainya. Ini cinta yang luar biasa meski dilakukan dalam hal-hal yang biasa seperti makan siang bersama atau berdoa bersama.

Cinta sejati sesungguhnya tidak bersifat fisik atau romantik belaka. Cinta sejati mewujud dalam kehadiran kita di tengah-tengah orang-orang yang kita cintai. Cinta sejati tetap hidup meski ada badai menimpa kehidupan manusia. Meski ada penyakit yang menggerogoti tubuh, cinta sejati bahkan semakin kuat hidup dalam diri manusia.

Karena itu, orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik. Orang yang paling berbahagia hanya berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. Hidup bukanlah perjuangan menantang badai, tetapi bagaimana tetap menari di tengah badai itu.

Untuk itu, orang beriman mesti yakin akan penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Sebab penyertaan itu sempurna. Rancangan Tuhan penuh damai, aman dan sejahtera walau di tengah badai. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT

925

02 Januari 2013

Tuhan Tidak Pilih Kasih



Anda sudah berdoa begitu lama, namun tampaknya Tuhan belum mengabulkan doa-doa Anda. Apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda berhenti berdoa, karena Anda merasa Tuhan pilih kasih? Atau Anda meneruskan doa-doa Anda, karena Anda percaya suatu saat Tuhan akan mengabulkan doa-doa Anda?

Seorang anak merasa tersayat hatinya. Pasalnya, ia merasa dicuekin oleh ibunya. Ia merasa ibunya lebih mengutamakan sang kakak yang lebih cantik. Padahal ia juga anak mamanya. Ia bukan anak tetangga. Ia juga bukan anak angkat dari keluarga tidak mampu. Ia adalah anak sah dari mamanya. Namun mengapa sang mama lebih peduli terhadap sang kakak?

Hati yang tersayat itu terus ia bawa dalam hidupnya. Akibatnya, ia sering menyendiri. Ia merasa tidak layak berkumpul dengan kakak dan adiknya. Ia mengambil jarak dengan mama dan papanya. Ia merasa kurang percaya diri. Ia merasa rendah diri. Ia lebih suka makan sendiri. Ia lebih suka nonton televisi sendiri. Situasi seperti ini tidak hanya terjadi di rumahnya.

Situasi seperti ini juga terjadi dalam pergaulannya dengan teman-temannya di sekolah. Ia lebih suka menyendiri. Kalau ada temannya yang mendekati dirinya, ia segera menyingkir. Ia tidak mau diganggu. Ia juga merasa enggan untuk mengungkapkan isi hatinya kepada teman-temannya. Akibatnya, ia bertumbuh menjadi anak yang mudah emosi. Ia mudah marah, ketika ia merasa tersinggung.

 
Bahaya Anak Emas

Menjadi orang yang dijadikan nomor dua atau tiga dalam sebuah keluarga bukanlah sesuatu yang mengenakkan. Banyak anak yang terluka atas perlakuan orangtuanya. Ada anak emas mama atau papa bagi anak yang mendapatkan perlakuan khusus. Lalu bagaimana dengan anak-anak yang bukan anak emas? Tentu mereka akan tertekan oleh perlakuan yang demikian. Mereka ingin tumbuh secara fair.

Bagi mereka yang di-anakemas-kan tentu senang dengan perilaku yang diberikan orangtua mereka. Tetapi bagi mereka yang tidak, kekecewaan dan kebencian tumbuh menyatu menjadi satu. Bisa saja tumbuh sikap sadis dalam diri mereka. Mereka bisa saja mengenyahkan mereka yang dianakemaskan itu. Begitu ada kesempatan untuk bertindak, mereka tidak segan-segan bertindak. Tentu saja hal ini sangat berbahaya bagi kehidupan.

Nah, dalam hubungan dengan Tuhan, kita juga sering beranggapan bahwa diri kita menjadi anak emas dari Tuhan. Kita merasa, hanya kitalah yang mesti diperhatikan oleh Tuhan. Ketika kita mengalami keterpurukan dalam hidup, kita merasa Tuhan tidak peduli terhadap kita. Kita lalu menuduh Tuhan. Lebih jelek lagi, kita meninggalkan Tuhan yang kita imani itu. Kita mau berjuang sendiri dalam hidup ini.

Kita mesti sadar bahwa dalam kemahabesaran-Nya, Tuhan memiliki wewenang menganugerahkan kasih dan kuasaNya kepada siapa ia ingin berikan. Bukan berarti Tuhan menganggap seseorang tidak berharga dan yang lain begitu tinggi derajat di hadapan-Nya. Dia memiliki rahasia tersendiri untuk memberkati satu per satu umat-Nya dan kita tidak perlu menanyakannya.

Karena itu, yang dibutuhkan dari kita adalah kita percaya bahwa Tuhan telah menyiapkan berkat yang terbaik. Tuhan akan mencurahkan berkat itu sesuai dengan waktu yang dirancangNya. Tuhan tidak pilih kasih seperti yang banyak dilakukan oleh manusia terhadap sesamanya. Mari kita tetap setia kepada Tuhan, agar hidup kita menjadi damai. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT
924

01 Januari 2013

Menjadikan Kegagalan sebagai Pemacu Kemajuan

Apa program-program yang gagal Anda selesaikan di tahun yang lalu? Apa sikap Anda terhadap kegagalan-kegagalan itu? Anda kecewa? Atau Anda bersikap realistis?

Tahun 2012 telah kita lewati. Ada banyak pengalaman indah yang telah menemani perjalanan hidup kita selama satu tahun itu. Namun ada juga pengalaman pahit yang mesti kita lewati. Semua itu menjadi bekal bagi kita untuk melangkah maju di tahun yang baru ini. Kita bisa menyusun strategi-strategi baru untuk menjalani hidup di tahun yang baru ini. Dengan demikian, kita boleh melangkah dengan gagah menyongsong hari depan yang lebih cerah.

Tahun lalu sudah banyak hal saya buat. Namun ada juga banyak rencana yang gagal, karena berbagai alasan. Saya tidak mau tenggelam dalam kegundahan atas kegagalan-kegagalan itu. Malah saya mencoba untuk melaksanakan program-program baru yang lebih menantang. Program-program itu saya yakini akan mampu menghasilkan hal-hal yang berguna bagi kehidupan bersama.

Kalau ada program yang gagal dilaksanakan, bagaimana? Yah, saya mesti realistis dalam hidup ini. Tentu saja tidak begitu saja bisa dilaksanakan dengan mulus. Ada aral yang melintang. Ada tantangan yang mesti diantisipasi. Untuk itu, dibutuhkan strategi-strategi khusus untuk menghadapi semua itu. Lagi-lagi saya tidak mau takabur. Saya mesti tetap realistis terhadap situasi sekitar yang akan saya hadapi.

Banyak orang masih terbelenggu oleh apa yang dialami di masa lalu. Kegagalan yang mereka alami menjadi suatu ganjalan dalam perjalanan hidup mereka. Akibatnya, mereka sulit untuk bangkit dari keterpurukan itu. Mereka hanya terpaku pada kegagalan demi kegagalan itu. Mereka tidak realistis terhadap hidup ini.

Akibat lebih lanjut adalah mereka tidak bisa mengungkapkan potensi mereka secara maksimal, sehingga gagal menjadi orang sukses. Kadang masa lalu itu memang terlalu menyakitkan atau kadang terlalu menyenangkan, sehingga membuat kita sulit untuk melupakannya. Membuat kita tergoda untuk melihat lagi ke belakang. Padahal seharusnya kita terus melangkah dan menatap ke depan.

Kita semestinya bersikap realistis terhadap ini. Kegagalan boleh saja menghinggapi diri kita. Tetapi kegagalan itu mesti kita gunakan sebagai alat pacu untuk kemajuan diri kita. Kita tidak boleh menyerah pada situasi kegagalan itu. Santo Paulus berkata, “Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku. “

Mari kita sikapi hari-hari hidup kita dengan lebih realistis. Dengan demikian, hidup ini menjadi lebih baik. Hidup ini menjadi kesempatan bagi kita untuk memajukan hidup kita dan sesama. Selamat Tahun Baru. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO

923