Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda mengalami kegalauan dalam hidup beriman Anda? Anda acuh tak acuh terhadap Tuhan? Atau Anda membuka diri Anda untuk menerima kasih karunia Tuhan?
Suatu hari seorang teman mengalami suatu masalah yang menurutnya berat. Ketika berada dalam situasi tersebut, imannya goyah. Ia mulai mempertanyakan peranan Tuhan di dalam hidupnya. Seingat dia, tidak pernah ada kata-kata berkat yang keluar dari mulutnya ketika itu.
Perhatiannya terhadap masalah yang sedang dihadapinya membiaskan kasih karunia yang sebenarnya telah Tuhan berikan dalam kehidupannya. Ia menjadi ragu-ragu untuk beriman. Ia tidak mau mendengarkan suara Tuhan lagi. Apa yang dia lakukan adalah menuruti keinginan dirinya sendiri. Hal itu berarti mengikuti kemauannya yang bertentangan dengan kehendak Tuhan dalam hidupnya.
Akibatnya, ia tidak mau berdoa. Ia menjadi orang yang malas untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Teman itu berkata, “Saya menjadi acuh tak acuh terhadap Tuhan dalam hidup saya. Saya merasa Tuhan tidak peduli terhadap hidup saya. Saya pun mengumpat-umpat Tuhan.”
Dalam kondisi seperti itu, teman saya itu mengaku ia semakin kehilangan rahmat Tuhan. Mengapa? Karena hatinya tertutup oleh belas kasihan Tuhan. Ia menolak kasih Tuhan yang begitu besar kepadanya. Padahal Tuhan senantiasa melimpahkan berkatNya, meski manusia tidak pernah memintanya.
Teman itu berkata, “Akhirnya saya sadar. Tuhan ternyata begitu baik. Tuhan terus-menerus mengejar saya dengan kasihNya. Saya menyerah. Saya mendengarkan kehendak Tuhan. Saya mau mengalami keselamatan dalam hidup ini.”
Sahabat, banyak orang merasa kuat dalam perjalanan hidupnya. Mereka merasa bahwa mereka dapat melakukan segala sesuatu tanpa bantuan Tuhan. Mereka mencari jalan mereka sendiri. Kondisi seperti ini tentu saja sangat memprihatinkan dalam hidup beriman. Orang semestinya sadar bahwa hidupnya merupakan anugerah dari Tuhan.
Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa iman kepada Tuhan mesti senantiasa hidup dalam kenyataan sehari-hari. Ada banyak tantangan dalam hidup beriman. Ada rasa bosan. Ada rasa ragu-ragu tentang penyerahan diri kepada Tuhan. Tetapi orang mesti sadar bahwa hidup ini diselenggarakan oleh Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan, manusia mesti berpasrah diri kepada Tuhan.
Untuk itu, orang beriman mesti senantiasa menyadari kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Tuhan selalu hadir dalam setiap sepak terjang kehidupan ini, meski manusia kurang merasakannya. Tuhan bekerja di dalam diri manusia melalui rohNya. Tuhan memberi semangat dan dorongan, agar manusia tetap bertahan dalam imannya kepada Tuhan.
Persoalan hidup yang dihadapi dalam perjalanan hidup ini semestinya tidak melemahkan iman manusia. Semestinya persoalan hidup itu terus-menerus memacu manusia untuk tetap setia kepada Tuhan. Manusia mesti tetap bertahan dalam imannya, karena Tuhan tetap setia pula menyertai manusia. Mari kita tetap setia kepada Tuhan. Dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan untuk mengalami kasih setia Tuhan. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
KOMSOS Keuskupan Agung Palembang
931
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.