Pages

16 Januari 2013

Membiarkan Tuhan Mengubah Hati Kita

 
Apa yang Anda butuhkan untuk menjadi seorang pemimpin yang baik? Tentu ada banyak jawaban atas pertanyaan ini. Bagi orang beriman, seorang pemimpin itu melayani mereka yang dipimpinnya.

Dikisahkan dalam Kitab Suci, suatu malam yang gelap, Yakob bergulat dengan seseorang yang tidak dikenalnya sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub. Akibatnya, sendi pangkal paha itu terpelecok.

Lalu kata orang itu, "Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing."

Sahut Yakub, "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku."

Bertanyalah orang itu kepadanya, "Siapakah namamu?"

Sahutnya, "Yakub."

Lalu kata orang itu, "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang."

Bertanyalah Yakub, "Katakanlah juga namamu."

Tetapi sahutnya, "Mengapa engkau menanyakan namaku?"

Lalu diberkatinyalah Yakub di situ. Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya, "Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong.”

Sahabat, pergulatan antara Yakub dengan orang yang tidak dikenalnya menunjukkan suatu perjuangan pembentukan kepemimpinan. Tuhan sedang membentuk Yakub sebagai seorang pemimpin yang akan memimpin kaumnya. Tetapi seorang pemimpin tidak cukup hanya mengisi kekuatan fisiknya. Seorang pemimpin yang baik mesti diubah oleh Tuhan. Mengapa? Karena rakyat yang dipimpin itu bukan miliknya. Tetapi rakyat yang dipimpin itu milik kepunyaan Tuhan.

Karena itu, seorang pemimpin mesti memiliki karakter dan kepemimpinan yang berasal dari Tuhan sendiri. Karakter dan kepemimpinan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, kalau seseorang ingin menjadi pemimpin. Kepemimpinan bukan hanya berbicara hal-hal di luar diri, tetapi juga hal-hal yang ada di dalam diri.

Yakub dalam kisah di atas adalah tokoh nyata yang diajar Tuhan dalam hal karakter. Dari semula Yakub mempunyai pengaruh yang besar. Tidak peduli apa yang dilakukannya atau ke mana ia pergi, ia menggugah segala sesuatu.

Ia orang yang kaya, kuat, berpengaruh dan diberkati dengan keluarga besar. Akibatnya, ia mengira bahwa dirinya memiliki segala sesuatu. Seorang pemimpin yang mencari jalan dan keuntungan pribadi tidak dapat menjadi sebuah alat yang efektif dalam tangan Tuhan. Tuhan harus menghancurkan Yakub untuk membuatnya berguna.

Dalam proses penghancuran itu, seorang pemimpin diubah menjadi lebih baik. Ia tidak lagi melayani diri sendiri. Ia mesti melayani rakyat yang dipimpinnya. Ia tidak lagi memusatkan segala sesuatu pada dirinya sendiri. Tetapi ia memusatkan kepemimpinannya dalam upaya kesejahteraan bagi banyak orang.

Setiap kali seorang pemimpin mengalami kesulitan-kesulitan, di saat itu ia sedang dipersiapkan untuk semakin tajam dalam pelayanannya. Menjadi pemimpin itu bukan menjadi penguasa yang sewenang-wenang. Tetapi menjadi pemimpin itu melayani orang-orang yang dipimpin.

Mari kita membuka hati kita untuk dibentuk oleh Tuhan. Dengan demikian, kita dapat menjadi pemimpin-pemimpin yang handal dalam melayani sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO


930

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.