Apa yang akan Anda lakukan ketika godaan menerpa diri Anda? Anda menyerah dan mengikuti godaan itu? Atau Anda tetap bertahan pada integritas diri Anda?
Suatu hari, dompet seorang gadis menipis. Ia tidak perlu kuatir akan hal itu. Mengapa? Karena ia membawa kartu ATM. Karena itu, ia bergegas memasuki sebuah bilik Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Saat itu, ia sangat membutuhkan uang tunai untuk belanja sebelum pulang ke rumahnya. Ia tidak mau pulang ke rumah dulu untuk ambil uang.
Begitu masuk ke bilik ATM itu, layar monitornya bertuliskan, "Apakah Anda ingin melanjutkan dengan transaksi yang lain?" diikuti pilihan "ya dan tidak". Hal itu berarti masih ada kartu ATM yang tertinggal dalam kondisi aktif di sana. Gadis itu mulai tergoda. Ia ingin mengambil uang tanpa harus kehilangan uang.
Setelah melihat kiri dan kanan, ia memastikan bahwa tidak ada orang lain yang melihat. Ketika ia pilih tombol "ya" dan mengklik info saldo, ternyata masih ada hampir Rp 20 juta uang tersisa. Ah, godaan itu semakin kuat menarik diri gadis itu.
Ia berkata dalam hati, “Bagaimana cara mendapatkan uang itu? Ditarik tunai atau ditransfer ke rekening pribadi?”
Keringat dingin mulai mengucur deras membasahi wajah gadis itu. Degup jantungnya menjadi lebih kencang. Ia melihat kiri dan kanan lagi. Ia memastikan lagi bahwa tidak ada orang yang sedang mengamati dirinya. Tetapi ada dua suara dalam hati nuraninya sepertinya sedang berebut pengaruh. Yang satu mengatakan, "Ambil saja. Kapan lagi? Ini berkatmu..." Sementara suara yang lain berkata, "Ingat posisimu! Jaga integritas!"
Gadis itu sadar. Secepat kilat ia memilih untuk menaati larangan yang lain itu. Bagaimana pun uang itu hak milik orang lain, bukan miliknya.
Sahabat, godaan tidak pernah berhenti menyerang kehidupan kita. Bahkan godaan itu menyerang dari segala lini. Kita seolah-olah tidak bisa bergerak. Kita dilingkupi oleh godaan-godaan itu. Ketika kita lengah, kita dapat saja masuk dalam perangkap godaan itu. Kita jatuh ke dalam godaan itu.
Kisah di atas menjadi inspirasi bagi kita untuk tetap bertahan pada kebenaran. Kita mesti berani mengatakan ‘tidak’ terhadap tawaran menggiurkan yang ditujukan kepada kita. Kita dituntut untuk memilih yang baik dan benar yang membawa kebahagiaan bagi diri kita. Ketika kita jatuh ke dalam godaan, dosa menjadi bagian dari hidup kita.
Orang yang hidup dalam dosa mengalami kegalauan dalam hidupnya. Orang tertekan oleh dosa-dosa itu. Orang tidak merasa bebas dalam menjalani hidup ini. Selalu saja suara kebenaran menuntut dirinya untuk berlaku jujur.
Karena itu, yang dibutuhkan dalam hidup ini adalah mempertahankan integritas pribadi. Ketika orang berani membuat komitmen untuk hidup baik dan benar, orang mesti menepatinya. Orang mesti berusaha keras untuk tetap setia pada komitmen itu. Kalau hal ini yang dilakukan, orang akan mengalami damai dalam hidupnya. Sukacita dalam menjalani hidup ini menjadi bagian yang tak terpisahkan.
Seorang bijaksana berkata, “Orang yang jujur dilepaskan oleh kebenarannya, tetapi pengkhianat tertangkap oleh hawa nafsunya” (Amsal 11:6). Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Majalah FIAT
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.