Pages

14 Januari 2013

Belajar Berproses dalam Kehidupan



Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda menjadi seorang pemimpin dalam suatu komunitas? Anda begitu saja memimpin? Atau Anda mau mempelajari dulu seluk beluknya?

Suatu waktu, ada seorang konsultan sedang mengikuti wawancara tentang quality control. Konsultan itu begitu percaya diri dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pewawancara. Pada satu pertanyaan terakhir yang diberikan pewawancara kepadanya, ia ditanyakan mengenai pengalamannya di dalam bidang quality control.

Konsultan itu menjawab, "Dalam quality control, kita tidak peduli tentang produknya. Kita peduli tentang prosesnya. Jika prosesnya benar, produknya dijamin."

Pewawancara itu sangat kagum mendengar jawaban konsultan itu. Ia menjawabnya dengan benar. Ketika pewawancara itu bertanya, apakah dia melakukannya sendiri, konsultan itu mengatakan bahwa ia mengalami sendiri hal itu.

Konsultan itu mengatakan bahwa ilmu yang ia peroleh telah teruji dalam proses-proses di lapangan kehidupan. Dengan demikian, ia memberikan suatu pengarahan yang tepat bagi klien-kliennya.

Sahabat, orang tidak dapat memimpin siapa pun lebih jauh dibanding yang telah dilaluinya sendiri. Terlalu sering orang kuatir tentang hasil suatu produksi. Akibatnya, orang mencoba jalan pintas atas proses produksi. Orang ingin suatu produksi cepat-cepat jadi, sehingga lebih cepat pula dinikmati.

Pengalaman konsultan dalam kisah di atas memberi kita suatu pelajaran yang sangat bermakna. Kalau kita ingin meraih kesuksesan dalam hidup ini, ya kita harus taat pada proses yang berlaku. Janganlah kita cepat-cepat mencari jalan pintas. Janganlah kita cepat-cepat mencari yang instan. Yang instan itu biasanya tidak normal dalam prosesnya. Akibatnya, hasilnya pun tidak normal.

Yang dibutuhkan dalam perjalanan hidup ini adalah integritas atau satu kesatuan menyeluruh yang memberikan suatu kelengkapan dalam produksi. Bukan hanya hasil akhir yang diharapkan. Tetapi proses perjalanan itu yang mesti dilalui. Tidak ada jalan pintas, jika integritas terlibat.

Untuk itu, yang dibutuhkan adalah melakukan suatu produksi seperti saat berlatih untuk memproduksi. Menjadi seorang pemimpin yang baik dan bijaksana itu membutuhkan suatu proses. Tidak ada pemimpin karbitan. Seorang pemimpin karbitan biasanya kurang bertanggungjawab atas bawahannya. Ketika ada masalah, biasanya melemparkannya kepada orang lain. Tidak berani pasang badan.

Tentu saja kita ingin menjadi pemimpin yang baik dan bijaksana dalam hidup bersama. Kita ingin menjadi pemimpin yang tidak lepas tanggung jawab di saat terjadi masalah dalam kepemimpinan kita. Sebagai orang beriman, kita tentu memohon bantuan dari Tuhan untuk memberi kita rahmat kebijaksaan yang menguatkan perjalanan hidup kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT

929

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.