Pages

17 Maret 2016

Hati yang Mudah Tergerak oleh Kasih

 
Manusia sering mengalami kebuntuan dalam hidupnya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini bisa terjadi karena hati manusia menjadi keras seperti batu. Karena itu, manusia mesti memiliki hati yang mudah tergerak oleh situasi di sekitarnya.

Ada sebuah batu besar yang berada di tengah-tengah sebidang ladang. Batu itu sangat keras. Sang petani yang empunya ladang sampai putus asa ketika hendak memecahkan batu itu. Berkali-kali ia berusaha untuk memecahkannya, tetapi ia tidak berhasil. Bahkan lengannya hampir putus saat memecah batu.

Suatu ketika ia membakar batu itu. Namun api hanya menjilat-jilat. Api tidak mampu menghanguskan batu itu. Api tidak mampu membuat batu itu menjadi lembut. Batu besar itu tetap keras. Bahkan batu itu menertawakan sang pembakar.

Batu itu berkata, “Kamu hanya menghabiskan tenagamu saja. Saya ini sangat keras. Jadi lebih baik, kamu biarkan saja saya seperti ini. Saya juga tidak akan mengganggu kegiatanmu.”

Petani itu tidak mau mengalah. Ia tidak mau mendengarkan omongan sombong dari sang batu. Ia berkata, “Saya akan tetap berusaha untuk menghancurkanmu. Saya tidak akan pernah membiarkan kamu menjadi penghalang bagi kebun saya ini.”

Petani itu terus-menerus berusaha untuk menghancurkan batu besar yang keras itu. Berbagai usaha ia lakukan, namun sia-sia belaka. Batu itu tetap berdiri kokoh. Ia tidak dapat dihancurkan.



Jangan Punya Hati Yang Keras

Sering dalam hidup ini kita menjumpai orang-orang memiliki hati yang keras seperti batu. Orang-orang seperti ini sulit ditaklukan. Kemauan mereka sangat keras. Apa saja yang mereka inginkan akan mereka laksanakan dengan ketat dan penuh konsekuen. Tidak ada dalam diri mereka untuk gagal. Kalau sampai gagal, mereka akan bangkit lagi. Mereka tidak mudah patah semangat.

Kisah di atas memberi kita kesempatan untuk merenungkan tentang ketegaran hati. Hati yang tegar sering menguatkan seseorang dalam memperjuangkan hidupnya. Hati yang keras seperti batu sering membuat orang cuek terhadap situasi di sekitarnya. Orang yang punya hati yang keras seperti batu tidak peduli terhadap orang-orang di sekitarnya.

Orang yang memiliki hati seperti batu akan membuat perasaannya semakin keras. Orang seperti ini tidak mengizinkan kasih masuk ke dalam dirinya. Orang yang memiliki hati seperti ini akan cenderung lebih mudah untuk melukai perasaan orang lain.

Tentu saja orang beriman tidak ingin memiliki hati yang keras seperti batu. Sebaliknya, orang beriman mesti memiliki hati yang lembut. Hati yang mudah tergerak oleh kondisi hidup sesamanya. Orang beriman selalu menyediakan hatinya bagi bertakhtanya kasih bagi dirinya dan sesamanya. Untuk itu, orang mesti melepaskan hatinya yang keras seperti batu itu.

Mari kita tidak membiarkan hati yang keras seperti batu menguasai diri kita. dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan bagi kita untuk peduli terhadap hidup sesama kita. kasih dan kesetiaan senantiasa menjadi andalan bagi hidup kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO

1189

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.