Pages

11 Maret 2013

Berusaha untuk Menyadari Hidup

 
Apa yang akan Anda lakukan, kalau Anda ‘terjerat’ oleh penderitaan dalam hidup ini? Tentu Anda akan mengendalikan diri Anda.

Seorang petani kaya mati meninggalkan dua putranya. Sepeninggal ayahnya, kedua putra ini hidup bersama dalam satu rumah. Suatu hari mereka bertengkar dan memutuskan untuk berpisah. Mereka membagi dua harta warisan ayahnya. Setelah harta terbagi, masih tertingal satu kotak yang selama ini disembunyikan oleh ayah mereka.

Ketika membuka kotak itu, mereka menemukan dua buah cincin di dalamnya. Yang satu terbuat dari emas bertahtakan berlian. Yang satu lagi terbuat dari perunggu murah. Melihat cincin berlian itu, timbullah keserakahan sang kakak. Ia berkata, “Kurasa cincin ini bukan milik ayah. Namun warisan turun-temurun dari nenek moyang kita. Karena itu, kita harus menjaganya untuk anak-cucu kita. Sebagai saudara tua, aku akan menyimpan yang emas dan kamu simpan yang perunggu.”

Sang adik tersenyum. Ia berkata, “Baiklah, ambil saja yang emas, aku ambil yang perunggu.”

Keduanya mengenakan cincin tersebut di jari masing-masing dan berpisah. Sang adik merenung, “Tidak aneh kalau ayah menyimpan cincin berlian yang mahal itu, tetapi kenapa ayah menyimpan cincin perunggu murahan ini?”

Dia mencermati cincinnya. Ia menemukan sebuah kalimat terukir di cincin itu, ”Ini pun akan berlalu.”

Kakak-beradik tersebut mengalami jatuh-bangun dalam kehidupan. Ketika panen berhasil, sang kakak berpesta pora. Ia bermabuk-mabukan, lupa daratan. Ketika panen gagal, dia menderita tekanan batin, tekanan darah tinggi, hutang sana-sini. Demikian terjadi dari waktu ke waktu. Akibatnya, ia kehilangan keseimbangan batinnya, sulit tidur, dan mulai memakai obat-obatan penenang. Akhirnya, dia terpaksa menjual cincin berliannya untuk membeli obat-obatan yang membuatnya ketagihan.

Sementara itu, ketika panen berhasil sang adik mensyukurinya. Ia tetap teringat akan kata-kata di cincin perunggunya. Hal itu menyadarkan dirinya untuk tidak larut dalam pesta pora dan kemabukan. Ketika panen gagal, ia tidak larut dalam kesedihan. Ia boleh mensyukuri kebaikan Tuhan, meski panen gagal. Ia tetap hidup dalam keseimbangan batin. Ia tidak perlu ketagihan obat-obatan.

Sahabat Sonora, kesadaran sering datang terlambat. Orang yang sakit diabetes, misalnya, harus banyak melakukan pantang. Namun banyak penderita diabetes sulit untuk pantang. Mereka ingin makan yang manis-manis dan enak-enak. Akibatnya, kandungan gula dalam darah menjadi begitu tinggi. Hal ini berakibat pada jantung, karena aliran darah kurang lancar.

Kisah tadi mengingatkan kita untuk memiliki kesadaran diri yang terus-menerus. Artinya, orang mesti selalu menjaga dirinya, agar tidak dikuasai oleh ketamakan. Yang mesti selalu kita ingat adalah segala sesuatu yang ada di atas dunia ini akan berlalu. Suatu ketika akan berakhir hidup ini. Karena itu, orang mesti berusaha mengendalikan diri, agar tidak terjerumus ke dalam kesulitan hidup.

Orang beriman tentu boleh belajar dari kesahajaan hidup sesama. Dengan demikian, orang memiliki keseimbangan hidup. Orang tidak perlu terbentur oleh frustrasi, kecemasan dalam hidup ini. Kalau orang punya kesadaran untuk mengendalikan dirinya, orang akan menemukan sukacita dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO

954

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.