Apa konsern Anda terhadap persoalan korupsi yang terjadi dalam hidup kita? Anda tutup mata saja, karena Anda merasa hal ini tidak mempengaruhi diri Anda?
Aktor Lukman Sardi (42) berperan sebagai kepala SMP bernama Ridwan Spd dalam film pendek berjudul Cerita Kami yang diproduksi Badan Pemeriksa Keuangan. Sang kepala sekolah mengorupsi dana bantuan operasional sekolah siswanya, sehingga fasilitas untuk siswa tidak maksimal.
Selepas pemutaran film itu di Medan pada akhir Januari lalu, Lukman berkata, “Saya miris, itu dana untuk anak-anak sekolah.”
Selain Cerita Kami, diputar pula dua film pendek lain, yakni Uang Rujak Emak tentang pelayanan haji di Indonesia dan Kertas Si Omas tentang pengolahan tenaga kerja di Indonesia. Film-film itu diinspirasi oleh temuan BPK di lapangan.
Meski berperan sebagai koruptor, di dunia nyata, Lukman sangat menghindari korupsi, termasuk korupsi waktu. Menurut dia, tak ada yang bisa dikorupsi oleh aktor dalam sebuah produksi film kecuali waktu. Dia berupaya tepat waktu dalam tiap kegiatan. Ia juga mengajarkan anaknya untuk taat aturan.
Bagi Lukman, film adalah media untuk mengajarkan hal yang baik kepada masyarakat, termasuk gerakan antikorupsi. “Apalagi masyarakat kita masih enggan untuk membaca, film menjadi media yang efektif,” katanya.
Sahabat, korupsi apa saja bentuknya pasti merugikan diri dan orang lain. Ketika seseorang mengkorupsi waktu, ia tidak hanya merugikan dirinya sendiri. Tetapi ia juga merugikan orang lain yang bekerja bersama dengannya. Orang membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak begitu berguna. Akibatnya, pekerjaan menjadi terbengkalai.
Kisah di atas menjadi suatu pelajaran yang sangat berguna bagi kita untuk belajar tidak coba-coba untuk melakukan korupsi. Meski kita merasa orang lain tidak tahu apa yang kita lakukan berkenaan dengan korupsi, namun tindakan itu melekat pada diri kita. Sadar atau tidak sadar, kita telah membangun mentalitas korup di dalam diri kita.
Orang yang melakukan tindakan korupsi, dalam bentuk apa pun, sebenarnya tidak menghargai orang lain. Orang seperti ini merasa bahwa hidup ini hanya untuk dirinya sendiri. Orang lain hanyalah pelengkap bagi dirinya sendiri. Karena itu, orang seperti ini tidak takut menyelewengkan berbagai fasilitas umum yang menjadi tanggungjawabnya. Orang merasa bahwa hanya dirinya yang membutuhkan fasilitas-fasilitas itu.
Orang beriman mesti membangun kesadaran untuk menghindari korupsi dalam bentuk apa pun. Mengapa? Karena korupsi menyebabkan penderitaan bagi diri dan sesama. Ketika orang menderita, orang kehilangan sukacita dalam hidupnya. Orang mengalami hidup ini tidak ada kedamaian. Padahal setiap orang ingin memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.
Mari kita berusaha untuk melepaskan diri dari tindakan korupsi dengan mendidik diri kita untuk disiplin dalam hidup ini. Dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan untuk membangun kebahagiaan. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Tabloid KOMUNIO/http://inspirasi-renunganpagiblogspot.com
1155
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.