Suatu hari seorang murid bertanya kepada gurunya, “Guru, apakah jalan yang sejati itu?”
Guru itu menjawab, “Setiap hari adalah jalan yang sejati itu.”
Dengan penuh semangat, murid itu bertanya lagi, “Dapatkah aku mempelajarinya?”
Sang Guru menjawab, “Semakin kamu mempelajarinya, semakin kamu jauh dari jalan itu.”
Murid itu semakin kebingungan. Ia tidak habis pikir, mengapa gurunya yang bijaksana itu menjawab seperti itu. Ia pun bertanya lagi, “Kalau aku tidak mempelajarinya, bagaimana mungkin aku dapat menjalaninya?”
Sambil tersenyum, guru bijaksana itu menatap wajah muridnya dan berkata, “Jalan itu bukanlah benda yang dapat dilihat ataupun benda yang tidak dapat dilihat. Jalan itu juga bukanlah ilmu yang dapat diketahui maupun ilmu yang tidak dapat dikeketahui. Ia tidak perlu dicari, dipelajari atau didefinisikan. Untuk menjadikan jalan itu sebagai bagian dari dirimu, bukalah dirimu lebar-lebar seluas langit di angkasa.”
Ada banyak hal di sekitar kita yang dapat kita gunakan untuk kemajuan diri kita. Namun sering kali hal-hal itu kita anggap remeh. Kita menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna. Akibatnya, kita banyak kehilangan kebijaksanaan yang semestinya dapat kita gali untuk hidup kita.
Alam, misalnya, menyediakan begitu banyak pelajaran yang berguna bagi hidup kita. Semut-semut kecil yang tampak berkeliaran di sekitar kita, ternyata memiliki semangat kebersamaan yang begitu tinggi. Dengan cara mereka sendiri, mereka dapat berkomunikasi di antara mereka. Hasilnya, mereka menemukan kebersamaan dan kerjasama yang baik. Hidup mereka damai. Mereka tidak berkelahi atau bertengkar.
Belajar dari kehidupan alam itu sangat berguna bagi kelangsungan hidup kita. Kita dapat menimba suatu suasana yang baik yang disediakan oleh alam dan segala isinya. Untuk itu, kita mesti membuka diri lebar-lebar terhadap setiap kebijaksanaan yang disediakan oleh alam dan sesama kita. Hal-hal yang tampaknya sepele itu ternyata memiliki nilai yang indah dan besar bagi kelangsungan hidup kita.
Membuka diri lebar-lebar berarti kita mau menerima sesuatu yang baik bagi diri kita. Kita ingin berkembang terus-menerus dengan belajar sesuatu yang baru dari dunia sekitar kita. Untuk itu, dibutuhkan suatu sikap rendah hati. Hati yang sombong itu biasanya menutup hal-hal baik yang berasal dari luar diri untuk dipelajari.
Mari kita berusaha untuk membuka diri lebar-lebar bagi kebijaksanaan yang ada di sekitar kita. Dengan demikian, kita dapat memiliki kebijaksanaan yang sempurna. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
154
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.