Pages

22 September 2009

Menjadi Pembawa Damai



Seorang penggemar akuarium dan ikan-ikan memelihara ikan hiu pada tempat-tempat yang telah dirancangnya. Ada akuarium kecil, ada akuarium sedang, ada akuarium besar. Pada akuarium yang berukuran kecil, hiduplah ikan hiu kecil. Pada akuarium yang berukuran sedang, tumbuh dan hiduplah ikan hiu yang berukuran sedang. Dan pada akuarium besar, tumbuh dan hiduplah seekor ikan hiu yang berukuran besar.

Seorang pengunjung yang menyaksikan ikan-ikan hiu itu terheran-heran. Ia bertanya, “Bagaimana mungkin kamu bisa mendapatkan ikan-ikan hiu dengan berbagai macam ukuran seperti ini? Dari mana kamu dapatkan rnereka?”

Sang penggemar akuarium itu tertawa. Lalu ia menjawab, “O, saya tidak membeli ikan-ikan itu dalam ukuran seperti sekarang. Pada mulanya, ikan-ikan hiu itu sama, lalu saya taruh pada akuarium yang berbeda ukurannya. Dan kini, mereka berkembang sesuai dengan ukuran akuarium itu.”

Manusia tidak bertumbuh dan berkembang dalam situasi yang sama. Ada orang yang hidup di lingkungan yang keras. Hasilnya, ia bisa bertumbuh menjadi orang yang keras dalam hidupnya. Ia bisa saja sulit diatur. Cara bicaranya pun keras. Ia tidak gampang untuk diajak kompromi.

Tetapi ada juga orang yang hidup di lingkungan yang damai. Suatu lingkungan yang mengandalkan kebersamaan dalam menjalin persaudaraan. Orang ini akan tampil tenang. Ia tidak tergesa-gesa dalam hidupnya. Ia mudah menjadi orang yang bijaksana dalam membangun kehidupannya. Ia dapat menjadi orang yang begitu terbuka terhadap orang lain.

Namun ada juga orang dapat menjadi orang yang begitu tenang dan damai dalam hidupnya meski lingkungan di mana ia hidup itu keras. Ia mampu menguasai suasana di sekelilingnya. Ia tumbuh menjadi orang yang penuh toleran terhadap sesama di sekitarnya. Sebaliknya, bisa saja ada orang yang susah diatur dan keras meski ia tumbuh dan berkembang di lingkungan yang damai dan tenteram. Ia dapat saja menjadi orang yang egois yang tidak toleran terhadap lingkungannya. Ia dapat menjadi orang yang mau menang sendiri. Orang yang sombong dalam hidupnya.

Nah, Anda tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang mana? Sebagai orang beriman, kita mesti dapat hidup dalam lingkungan mana pun. Artinya, kita mesti mampu beradaptasi dengan lingkungan di mana kita tinggal. Kalau kita mampu beradaptasi, kita akan mudah diterima oleh siapa pun yang ada di lingkungan itu. Orang memiliki hati yang terbuka untuk kita. Dengan demikian, kita menjadi orang-orang yang berguna bagi masyarakat di lingkungan kita hidup. Artinya, kita dapat diandalkan untuk menjadi orang yang mampu menciptakan damai dan kesejahteraan bagi lingkungan hidup kita.

Mari kita menjadi orang-orang yang membawa damai bagi sesama. Hanya dengan damai itu, kita dapat menciptakan suatu masyarakat yang baik dan sejahtera. Tuhan memberkati. **





Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.




174

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.