Suatu hari seorang guru bijaksana berjalan-jalan bersama dengan beberapa orang muridnya. Mereka tiba di sebua, hutan di mana ratusan penebang pohon tengah menebang pohon. Para penebang itu membabat habis seluruh pohon di hutan itu, kecuali sebatang pohon yang sangat besar.
Satu-satunya pohon yang ditinggalkan itu memang luar biasa besar. Cabang-cabangnya sangat banyak dan besar-besar. Lebih dari sepuluh ribu orang bisa berteduh di bawahnya. Pohon itu seakan menjadi tenda raksasa. Ratusan penebang pohon itu pun berteduh dan beristirahat di bawah pohon itu.
Guru bijaksana itu memerintahkan murid-muridnya untuk bertanya mengapa pohon itu tidak ditebang saja seperti pohon-pohon lainnya. Murid-murid itu mengikuti perintah gurunya. Mereka duduk bergabung dengan ratusan penebang pohon yang sedang beristirahat di bawah pohon raksasa itlu.
"Pak, mengapa kalian tidak menebang pohon ini sekalian?" tanya salah seorang murid kepada penebang pohon.
"Pohon ini tidak berguna sama sekali. Kita tidak bisa membuat apa-apa dari pohon ini, karena batangnya terlalu banyak dan melengkung. Tidak ada yang lurus. Kitajuga tidak bisa memakainya untuk kayu bakar, karena asapnya berbahaya untuk mata. Pohon ini betul-betul tidak berguna. Itulah sebabnya kami tidak memotongnya," jawab salah seorang penebang pohon itu.
Kemudian para murid kembali ke guru bijaksana itu dan melaporkan jawaban dan alasan para penebang pohon itu.
Guru bijaksana itu hanya tertawa dan berkata, "Jadilah seperti pohon itu. Kalau kamu berguna, kamu akan dipotong dan dijadikan perabotan untuk dipakai di rumah orang. Kalau kamu cantik, kamu akan dijadikan barang untuk dijual di pasar. Jadilah seperti pohon itu: sama sekali tidak berguna. Dengan demikian, kamu akan tumbuh, besar, berkembang, punya banyak batang dan cabang, sehingga ribuan orang akan mendapatkan kesejukan di bawah naunganmu!”
Bagi kita, kata-kata guru bijaksana ini terasa janggal. Bukankah manusia mesti bertumbuh dan berkembang? Bukankah kita mesti mengembangkan kemampuan-kemampuan kita seluas-luasnya untuk kemajuan diri dan sesama?
Tapi baiklah. Mungkin guru bijaksana itu punya suatu pandangan yang lain tentang hidup ini. Mungkin guru bijaksana itu mau mengatakan hidup ini akan sangat berarti bagi diri sendiri, kalau dimanfaatkan seefisien mungkin. Orang semestinya tidak boleh menyia-nyiakan bakat dan kemampuannya. Orang mesti menggunakannya untuk kesejahteraan diri dan sesama.
Sebagai orang beriman, kita ingin agar hidup kita memiliki nilai yang berguna untuk Tuhan dan sesama. Karena itu, kita menggunakan hal-hal yang ada dalam diri kita sebaik-baiknya untuk perkembangan dan kemajuan hidup kita. Hidup ini sangat bernilai dan berharga. Karena itu, jangan disia-siakan. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB./155
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.