Ada seorang ibu yang melahirkan anak kembar. Ia bahagia sekali menyaksikan sepasang anak kembarnya. Ia langsung memberinya nama Jeffrey dan Anne. Sebelum lahir, Anne diketahui memiliki kelainan pada jantungnya. Bahkan dokter telah mengatakan kepada ibunya bahwa Anne hanya akan dapat bertahan selama dua jam setelah lahir. Karena itu, ibunya memohon agar diberi kekuatan untuk
menghadapi keadaan itu. Ia yakin, Tuhan punya rencana sendiri atas anaknya itu.
Sang ibu kemudian berdiskusi dengan suaminya, bahwa jika benar apa yang dikatakan oleh dokter, mereka akan mendonorkan organ Anne. Ada dua bayi yang
sedang berjuang hidup dan sekarat, yang sedang menunggu donor organ bayi di rumah sakit itu. Pasangan ini berlinangan air mata. Dalam posisi sebagai orangtua, mereka bahkan tidak mampu menyelamatkan Anne. Pasangan ini bertekad untuk tabah menghadapi kenyataan yang akan terjadi.
Saat sang istri berhasil melahirkan kedua bayinya dengan selamat merupakan saat yang sangat berharga. Sang suami menggendong Anne dengan sangat hati-hati. Anne menatap ayahnya dan tersenyum dengan manis. Senyuman Anne yang imut tak akan pernah terlupakan dalam hidupnya. Tidak ada kata-kata yang mampu menggambarkan perasaan pasangan tersebut pada saat itu.
Mereka sangat bangga bahwa mereka sudah melakukan pilihan yang tepat. Mereka sangat bahagia melihat Anne yang begitu mungil tersenyum pada mereka. Tetapi mereka sangat sedih, karena kebahagiaan itu akan berakhir dalam beberapa jam saja. Sungguh, tidak ada kata-kata yang dapat mewakili perasaan pasangan tersebut. Mungkin hanya dengan air mata yang terus jatuh mengalir, air mata yang berasal dari jiwa mereka yang terluka.
Hidup ini milik Tuhan. Tidak ada orang yang berhak menentukan hari-hari hidupnya. Karena itu, yang mesti dilakukan oleh manusia adalah menerima fakta bahwa kita mesti mempertahankan hidup ini.
Kisah perjuangan orangtua untuk menerima kenyataan hidup anak mereka itu menjadi suatu inspirasi bagi kita. Hidup itu indah. Hidup itu memiliki makna yang sangat dalam bagi manusia. Tanpa hidup, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Tanpa suatu perjuangan untuk mempertahankan hidup ini, kita tidak berarti apa-apa.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk selalu memaknai hidup ini. Setiap hari kita menyaksikan hidup ini berakhir. Ada yang berakhir secara alami dan indah. Tetapi ada hidup yang mesti berakhir secara tragis dan mengenaskan. Kita merasa sedih, ketika kita menyaksikan akhir hidup yang tragis dari orang-orang yang dekat dengan kita. Kita merasa sedih ketika kehidupan yang kita perjuangan dengan berbagai cara mesti berakhir.
Bagi kita, yang penting adalah dalam kehidupan ini kita ingin berguna bagi sesama. Kita melakukan sesuatu untuk kebaikan sesama kita. Kebaikan itu membahagiakan orang lain. Kebaikan yang kita buat bagi sesama itu mendatangkan sukacita bagi mereka. Karena itu, mari kita tak jemu-jemu berbuat baik bagi sesama yang ada di sekitar kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
172
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.