Ada seorang janda tua yang telah membantu seorang kaya di sebuah rumah yang mewah selama lebih dari dua puluh tahun. Dia juga telah mendirikan sebuah gubuk dan selalu memberi makanan untuk orang kaya itu. Suatu ketika janda itu ingin mengetahui perkembangan ilmu yang telah dicapai oleh orang kaya itu.
Kebetulan, ada seorang gadis cantik dan kaya yang sedang ada dalam masalah. Si janda tua lantas menyarankan supaya gadis itu pergi kepada orang kaya tersebut untuk meminta nasihat. Janda tua itu juga menyampaikan salam dan pesan kepada orang kaya itu.
Kata si janda kepada gadis itu, "Pergi dan datangilah dia. Tolong tanyakan bagaimana keadaannya sekarang."
Gadis itu pergi ke rumah orang kaya itu dan melakukan apa yang diminta janda itu. Tanpa banyak basa-basi, gadis itu langsung mendatangi orang kaya tersebut. Dia juga menanyakan keadaannya sebagaimana pesan si janda.
Orang kaya itu menjawab pertanyaan gadis itu dengan sangat puitis, "Sebatang pohon tua tumbuh di bebatuan pada musim dingin. Tidak ada kehangatan di sana."
Gadis itu memberitahukan semua yang ia dengar kepada janda tua tersebut.
Dengan kemarahan yang besar, janda tua itu berteriak, "Telah dua puluh tahun aku membantunya. Tetapi ternyata, dia tidak punya perhatian pada orang lain. Bahkan, dia tidak berniat untuk membantumu. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri dan kesenangannya!"
Tidak lama kemudian, janda itu pun mendatangi rumah orang kaya tersebut dan membakarnya.
Hidup kita di dunia ini tidak hanya terbatas pada lingkup kita sendiri. Kita selalu bersosialisasi dengan sesama. Kita senantiasa bertumbuh dan berkembang dengan sesama di sekitar kita. Karena itu, relasi dengan sesama mesti ditumbuhsuburkan. Dengan relasi yang baik itu, kita memberi perhatian kepada sesama. Kita ingin agar hidup yang kita miliki ini bukan hanya untuk diri kita sendiri.
Kisah di atas memberi kita suatu kenyataan hidup bahwa kita mesti selalu berusaha untuk hidup bukan hanya bagi diri kita sendiri. Kisah ini menyadarkan kita bahwa kita memiliki sesama dan dimiliki oleh sesama di sekitar kita. Kadang-kadang kita memberi suatu senyum kepada sesama itu menjadi suatu yang sangat berharga bagi mereka. Itulah bentuk perhatian kita kepada mereka.
Namun perhatian yang kita berikan itu juga mesti suatu perhatian yang datang dari hati yang tulus. Kadang-kadang ada orang yang mau memberi perhatian kepada sesama karena mengingini sesuatu dari sesamanya itu. Untuk itu, kita mesti merefleksikan kembali bangunan relasi yang selama ini kita buat dengan sesama kita. Apakah relasi yang kita bangun itu dengan hati yang murni? Mengapa kita ingin membangun relasi dengan sesama?
Sebagai orang beriman, kita ingin agar relasi yang kita bangun dengan sesama itu berdasarkan cinta kasih sejati. Cinta kasih itu menguatkan kita untuk senantiasa memiliki perhatian bagi sesama. Mari kita bangun relasi yang baik dengan sesama berdasarkan cinta kasih. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
157
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.