Di sebuah gunung yang tinggi terdapat satu sarang burung elang. Sarang itu berisi empat butir telur besar. Suatu hari, terjadi sebuah gempa yang mengguncang gunung itu, sehingga menyebabkan sebuah telur terlempar keluar sarang, bergulir ke kaki gunung, hingga berhenti di dekat peternakan ayam. Ayam-ayam yang melihat telur itu berpikir bahwa telur besar itu pun harus dilindungi dan dijaga. Ada seekor ayam bersedia mengerami dan memelihara telur elang itu.
Setelah beberapa hari, telur itu pun menetas dan lahirlah seekor elang yang indah. Sayangnya, elang itu dibesarkan untuk menjadi seekor ayam, sehingga sang elang kecil itu pun percaya bahwa ia tidak lebih dari seekor ayam. Sang elang mencintai rumah dan keluarganya, tapi jiwanya berteriak agar dia dapat melakukan lebih banyak lagi.
Ketika suatu kali elang bermain-main di halaman, dia melihat ke atas di mana ada segerombol besar elang sedang terbang dengan sangat gagahnya.
Elang itu berteriak, “Oh, saya ingin bisa terbang seperti burung-burung itu.”
Para ayam pun menertawakan keinginannya itu. Kata mereka dengan nada ejekan, “Kamu tidak bisa terbang seperti burung-burung itu. Kamu tidak dapat terbang dengan burung-burung itu. Kamu adalah ayam dan ayam tidak terbang tinggi.”
Sang elang terus memandangi kelompok elang itu. Keluarganya yang asli berada di atas sana. Dia bermimpi bisa hidup bersama mereka. Sang elang tidak bisa melupakan mimpinya. Tetapi setiap kali dia membicarakan hal itu, semua ayam mengatakan bahwa dia tidak bisa terbang. Dan dia pun percaya. Akhirnya, sang elang berhenti bermimpi dan melanjutkan hidupnya sebagai seekor ayam hingga akhir hayatnya.
Ada orang merasa bahwa mereka hidup dalam suasana yang salah. Dalam kondisi ekonomi sulit begitu, ada orang yang menyesal hidup saat ini. Mereka bermimpi seandainya mereka hidup di tahun tujuhpuluhan mungkin hidup mereka lebih baik. Atau ada juga yang bermimpi hidup di negeri yang makmur dan aman sentosa. Mereka yakin, hidup mereka jauh lebih baik.
Tetapi sekarang orang mesti realistis. Inilah hidup itu. Hidup di jaman sekarang banyak menantang manusia. Manusia dituntut untuk menerima kenyataan hidup ini. Namun manusia mesti tetap berusaha untuk keluar dari kesulitan-kesulitan hidup itu. Caranya adalah dengan menyatukan kemauan, kerja keras dan mimpi. Orang yang ingin keluar dari kesulitan hidup itu mesti berani kreatif melakukan berbagai hal yang baik dan positif untuk kemajuan dirinya.
Inilah iman yang hidup. Iman yang hidup itu iman yang tampak dalam hidup nyata. Orang yang mau mengamalkan imannya dalam hidup sehari-hari itu menjadikan iman itu nyata dan berguna. Iman yang nyata dan berguna itu memotivasi orang untuk tetap bertahan dalam kesulitan hidup. Iman seperti ini mendorong orang untuk tetap melakukan hal-hal yang baik untuk keluar dari kesulitan hidup itu.
Karena itu, mari kita bekerja keras. Jangan terlalu lama bermimpi tentang hidup yang enak dan bahagia. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB
179
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.