Burung Sterna, burung kecil sejenis camar, tinggal di Afrika dan berkembang biak selama belahan bumi bagian utara mengalami musim panas. Ketika musim dingin tiba, burung laut itu melakukan migrasi, pindah ke selatan, ke Antartika, dengan menempuh jarak sejauh 15.000 kilometer untuk mendapatkan musim panas di bagian selatan. Ini merupakan salah satu migrasi terpanjang daripada yang dilakukan burung lainnya.
Dengan pindah ke selatan, mereka mendapatkan keuntungan, yaitu waktu siang hari yang lebih panjang untuk mencari makan. Pada waktu musim berganti lagi, dan musim panas mulai tiba di Antartika, burung-burung itu sekali lagi terbang menempuh jarak 15.000 kilometer kembali ke tempat asal mereka. Dengan demikian, burung Sterna bisa terus mencari makan dan mendapatkan cahaya matahari sepanjang tahun.
Musim dingin melambangkan kepasifan. Banyak binatang yang tidur panjang selama musim dingin seperti beruang, serigala dan ular. Namun burung Sterna tidak demikian. Jika musim dingin tiba, mereka pindah ke tempat lain yang lebih hangat di mana musim panas berlangsung. Dengan sayap kecilnya, burung-burung itu terbang menempuh jarak yang sangat jauh untuk mencari kehangatan dan makanan. Dalam satu tahun, mereka melakukan perjalanan dua kali, menempuh jarak 30.000 kilometer pergi pulang, agar tidak mengalami musim dingin dan dapat mencari makan.
Kisah di atas sangat menarik bagi hidup kita. Burung-burung kecil yang tampak kurang berdaya, ternyata mampu menggunakan instingnya untuk mempertahankan hidup. Tentu saja mereka telah dibekali kemampuan oleh Yang Mahakuasa, agar tidak begitu saja mati dalam kesia-siaan. Mereka mesti berusaha untuk mempertahankan hidup.
Manusia adalah makhluk yang lebih mulia dan lebih berakal budi daripada binatang. Kalau burung saja tetap dapat bertahan hidup dan terhindar dari musim dingin yang membekukan, kita tentu saja juga bisa bertahan dalam masa-masa yang sulit, asal kita mau bekerja keras, rajin dan kreatif mencari peluang.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk semakin hari semakin membuka diri untuk begitu banyak peluang yang ada. Orang yang tidak berani melihat peluang dalam hidupnya itu orang yang kurang beriman. Orang begitu mudah menyerah pada nasibnya. Orang yang beriman kuat itu dengan gagah berani menghadapi berbagai tantangan hidupnya. Ia tidak mudah menyerah pada garis tangan kehidupan. Mengapa? Karena ia mengandalkan Tuhan. Di dalam Tuhan, orang beriman menemukan peluang-peluang untuk kebahagiaan hidupnya.
Mari kita tetap berusaha untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan dalam meraih sukses dalam hidup kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
165
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.