Jaman dahulu hidup seorang budak bernama Androcles. Ia milik seorang majikan yang sangat kejam. Kendati pekerjaan yang dilakukan Androcles baik, majikannya memukulnya setiap hari. Androcles sedih karena itu. Dia berpikir untuk melarikan diri. Begitu mendapat kesempatan, suatu hari ia melarikan diri dari rumah majikannya.
Dalam pelariannya itu ia melewati sebuah hutan yang lebat. Tiba-tiba ia berjumpa dengan seekor singa ganas. Ketika mendengar auman singa itu, ia ingin lari. Tetapi ketika singa itu mengaum untuk kedua kalinya, ia merasakan ada perbedaan. Singa itu mengaum seolah sedang merintih kesakitan. Dengan tenang Androcles mendekati singa itu. Ketika melihat kedatangannya, singa itu melompat dan akan menerkamnya. Tetapi ternyata singa itu kemudian mengangkat cakarnya sambil memohon sesuatu.
Androcles merasa lebih yakin, ia kemudian mendekat. Ia melihat sebuah duri tertancap di salah satu cakar singa itu, sehingga cakar itu membengkak dan singa itu kesakitan. Androcles kemudian mengangkat cakar itu dengan lembut untuk mengeluarkan duri. Atas pertolongan itu, singa mencium tangan Androcles sebagai tanda terima kasih.
Androcles kemudian tinggal bersama singa itu beberapa hari. Ketika singa itu telah membaik, Androcles melanjutkan pelariannya. Akan tetapi, karena ia pergi tidak terlalu jauh, orang-orang majikannya segera menangkapnya. Ia dibawa kembali kepada majikannya.
Sebagai hukuman, Androcles dimasukkan penjara. Hari berikutnya di hadapan raja dan para pegawai istana ia dimasukkan ke dalam gelanggang, di mana seekor singa telah menanti memangsanya. Ketika seekor singa mendekat, Androcles menutup matanya karena takut. Ia sangat terkejut, ketika singa itu hanya menjilat tangannya. Ternyata singa itulah yang telah ia selamatkan. Singa itu ditangkap, ketika ia juga ditangkap. Raja menyaksikan peristiwa itu, kemudian beliau meminta penjelasan. Setelah mendengar cerita tentang hubungan Androcles dan singa itu, maka Androcles dan singa dibebaskan.
Kisah di atas tentu sangat menyentuh hati kita. Raja rimba itu ternyata mampu mengungkapkan rasa terima kasih atas bantuan yang diberikan kepadanya. Kebaikan ia balas dengan kebaikan. Kasih ia balas dengan kasih pula. Betapa indah, kalau hal ini tidak hanya hidup dalam cerita khayalan. Andai saja setiap manusia memiliki sikap yang demikian, tentu dunia ini akan semakin damai. Dunia ini menjadi tempat yang aman bagi hidup manusia.
Dalam hidup sehari-hari kita ditantang untuk senantiasa memberikan pelayanan yang terbaik bagi sesama yang kita jumpai. Mengapa? Karena sesama itu adalah bagian dari hidup kita. Mereka bukanlah orang asing. Ketika kita membantu sesama yang mengalami kesulitan dalam hidup, kita akan menemukan hidup yang damai dan tenang.
Sebagai orang beriman, kita mau mewujudkan iman kita itu dengan melakukan hal-hal yang terbaik bagi sesama kita. Pada dasarnya kita dipanggil untuk berbuat baik bagi sesama. Kalau toh yang terjadi adalah hal yang sebaliknya, tentu itu bukan niat kita.
Untuk itu, kita mesti tetap bertahan dalam perbuatan-perbuatan baik kita. Kita tidak boleh tergoda oleh berbagai tawaran menarik yang palsu. Sering orang begitu mudah untuk mengikuti bujuk rayu dari godaan-godaan. Ini bahaya. Godaan itu selalu menjerumuskan kita ke jurang yang dalam.
Mari kita berusaha untuk senantiasa berbuat baik bagi sesama kita. Hanya dengan melakukan kebaikan kita dapat menciptakan suatu dunia yang lebih baik, yang aman dan damai bagi hidup kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
169
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.